St. Corona Bukan Pelindung Pandemi ?

2419
St Corona (Wikipedia)

DI masa pandemic virus korona (Covid-19), nama St Corona menjadi popular. Banyak orang menganggap,St.Corona sebagai pelindung pandemi. Umat Katolik di banyak negara pun kemudian berdoa dengan perantaraan orang kudus ini.

Siapakah St. Corona dan apakah benar Gereja menetapkannya sebagai pelindung pandemi? Sampai berita ini diturunkan, tidak ada keputusan yang dikeluarkan Gereja yang menetapkan St. Corona sebagai “pelindung di masa pandemi”.

Pelindung Penjudi dan Pencari Harta Karun

Belakangan, St. Corona dipercaya sebagai pelindung pandemi. Hal ini dikarenakan namanya kebetulan sama dengan nama “virus korona” (Covid-19) yang saat ini sedang menyebar di seluruh dunia. Dosen Teologi Kitab Suci di Universitas Birmingham, Inggris, Candida Moss mengatakan, St. Corona bukan santo pelindung untuk pandemi atau penyakit menular. Sebaliknya, St Corona adalah santo pelindung pemburu harta karun. Kisah tentang St. Corona lebih banyak hubungannya dengan pemburu harta karun yang menghargai keberhasilannya atas perantaraannya. “Anda berdoa kepada santo pelindung pemburu harta karun,,” ujar Moss kepada Religion News Service.

Meski begitu, Moss mengatakan, seandainya St. Corona dikaitkan dengan mukjizat penyembuhan apa pun selama pandemi virus korona. Bisa jadi, St. Corona kemudian akan ditetapkan juga sebagai pelindung di masa pandemi.

“Saya lebih suka mereka tidak melakukannya (berdoa kepada St. Corona), tetapi jika cukup banyak orang memutuskan, bahwa St. Corona adalah santo pelindung dari virus korona, dia akan menjadi seperti itu,” kata Moss.

Sudah sejak berabad silam, Gereja menetapkan St. Corona sebagai pelindung segala tindakan yang melibatkan uang, seperti perjudian dan perburuan harta karun. Hal ini karena ada sejumlah pemburu harta karun yang mendapat keberhasilan karena memohon padanya.

 

Siapa St. Corona

Kisah hidup St. Corona terkait erat dengan St. Victor. Legenda mereka menyatakan bahwa Victor adalah seorang prajurit Romawi keturunan Italia, yang disiksa, termasuk dicungkil matanya, dan dipenggal kepalanya. Sebagian besar sumber menyatakan bahwa ia dan Corona terbunuh di Suriah Romawi pada masa pemerintahan Marcus Aurelius (sekitar 160-170-an AD).

Ketika Victor disiksa, seorang istri prajurit lain yang berumur enam belas tahun, bernama Corona atau Stephanie (Stefania atau Stephana, dari Yun στέφᾰνος, stéphanos, ‘mahkota’) menghibur dan membesarkan hati Victor. Untuk ini, Corona ditangkap dan diinterogasi. Corona lalu diikat pada dua pohon palem dan disiksa.

Hari raya St Corona dan St Victor adalah 14 Mei. Di luar kota Feltre di Italia utara, di lereng Gunung Miesna, adalah gereja SS. Vittore e Corona, didirikan oleh Tentara Salib dari Feltre setelah Perang Salib Pertama.

Corona sangat dihormati di Austria dan Jerman bagian timur. Ada sebuah kapel yang didedikasikan untuknya di Sauerlach, Munich. Di tempat itu ada juga dua gereja yang dinamai menurut namanya di Keuskupan Passau. Sedangkan di Austria, ada dua kota yang dinamai menurut namanya

Sekitar 1000 AD Otto III, Kaisar Romawi Suci membawa peninggalan St. Corona ke Aachen di Jerman barat. Relik-reliknya ditemukan kembali selama pekerjaan penggalian di Katedral Aachen pada tahun 1910. Relik-relik itu lalu dipindahkan dari ruang bawah tanah dan ditempatkan di sebuah kapel di dalam katedral.

 

Menuju Pelindung Pandemi

Gereja Katolik memiliki ribuan orang kudus, termasuk St Corona yang adalah seorang martir Kristen pada abad ke-2. Nama “corona”, yang berarti ‘mahkota’ dalam bahasa Latin. Sebagian relikui St. Corona disimpan di sebuah gereja di Italia utara, yang kini menjadi pusat penyebaran Covid-19 terburuk di Eropa.

Di tengah pandemic, banyak umat Katolik di berbagai negara kemudian berdevosi kepada St. Corona. Perkembangan ini telah menjadi berita utama di media sosial dan media-media Katolik, juga dalam publikasi umum.

Sophia Institute Press, penerbit Katolik di New Hampshire, Amerika Serikat beberapa waktu lalu mencetak kartu doa St. Corona. Ribuan kartu ini langsung terjual habis. Michael Naughton, direktur Pusat Studi Katolik di Universitas St. Thomas, mengatakan, meski bukan santa pelindung di masa pandemic, namun St. Corona kini telah menjadi pendoa bagi para korban pandemic. “Dia bukan orang suci pandemi, tapi sekarang kita menjadikannya orang suci pandemi, Saya kira tidak ada masalah dengan itu. Orang-orang suci, dalam sejarah hidup mereka juga setuju saat-saat di mana kita berada.” Naughton mengatakan, semua orang kudus akan berdoa untuk kita di masa pandemi semacam ini.

Dalam hal pandemi, St Edmund yang meninggal pada tahun 869 di Inggris, telah lama dianggap sebagai santo pelindung para korban pandemi. St. Edmund tidak dikenal sebagai pelindung pandemi pada saat ini, mungkin karena namanya yang tidak ada kaitannaya dengan nama virus.

Sebenarnya sejarah St Corona tidak ada yang berkaitan dengan dengan penyakit. Namun, ia memberikan teladan kemartiran. Ia menawarkan penghibur bagi pria yang menderita. Naughton mengatakan, seharusnya St. Corona memberikan teladan juga bagi umat untuk mencintai sesame di tengah pandemi. “Jika St. Corona dapat membantu kita melakukan itu, mari kita lakukan,” ujarnya.

 

Pelindung Pandemi St. Rocco dan St. Edmund

Ada ribuan orang kudus di dalam Gereja. Dari nama nama itu tidak sedikit yang semasa hidupnya dikenal member perhatian kepada mereka yang menderita di masa pandemi. Dua nama yang bisa disebuat adalah St. Rocco dan St. Edmund.

Saint Rocco atau Roch (hidup c. 1348 – 15/16 Agustus 1376/79 (tradisional c. 1295 – 16 Agustus 1327) adalah seorang santa Katolik, seorang bapa pengakuan yang kematiannya diperingati pada 16 Agustus dan 9 September di Italia. Dia secara khusus dipercaya sebagai pelindung melawan wabah. Saint Rocco dikenal sebagai “São Roque” dalam bahasa Portugis dan sebagai “San Roque” dalam bahasa Spanyol, termasuk di banyak daerah yang sekarang berbahasa Inggris, seperti Filipina.

St. Edmund (juga dikenal sebagai St Edmund atau Edmund dari Anglia timur, meninggal 20 November 869) Ia dilahirkan pada tahun 841, putra Æthelweard, seorang raja Anglian Timur, yang dikatakan Edmund berhasil ketika ia berusia 14 tahun (atau sebagai alternatifnya ia adalah putra bungsu orang Jerman. raja bernama Alcmund).

Pada 869, Tentara Denmark memukulinya, menembaknya dengan panah dan kemudian memenggal kepalanya. Menurut salah satu legenda, kepalanya kemudian dilemparkan ke hutan, tetapi ditemukan aman oleh para pencari setelah mengikuti teriakan serigala halus yang memanggil dalam bahasa Latin, “Hic, Hic, Hic” – “Di Sini, Di Sini, Di Sini”. St. Edmund adalah santo pelindung pandemik dan juga raja.

Selain dua nama itu, Gereja memiliki ratusan orang kudus yang juga dikenal sebagai pelindung di masa pandemi dan penyakit. Beberapa orang kudus itu diantaranya; St. Marculf pelindung penderita penyakit kulit, St. Julian dari Nicomendia pelindung bayi lahir dan mereka yang sakit, St. Mungo pelindung penderita penyakit mata, St. Antonius Agung pelindung pandemi, dan masih banyak lagi.

Antonius E. Sugiyanto

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini