Saudara Meminjam Uang

1482

HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh terkasih, adik sepupu saya hendak menikah. Beberapa bulan lalu, ia meminjam uang saya. Saya tak menanyakan kepadanya untuk keperluan apa uang itu. Belum lama ini, ia kembali menghubungi saya dan hendak meminjam uang lagi. Sementara, pinjamannya yang lalu belum ia bayar sama sekali. Tante saya (ibu adik sepupu saya itu) mengeluh juga tentang anaknya, hendak menikah tapi tak punya tabungan sama sekali. Tante saya juga mengeluh gaya hidup anaknya. Katanya, sok seperti orang kaya. Kesan seperti itu juga saya alami ketika bertemu langsung dengan sepupu saya itu. Menurut pengasuh, apa yang harus saya lakukan?

Eduardus Ardi, Surabaya

Saudara Eduardus terkasih, terima kasih atas ceritamu. Pinjam-meminjam uang bukanlah urusan mudah. Di satu sisi, kita sangat ingin membantu saudara yang sedang mengalami kesulitan. Namun, di sisi lain, kita juga memiliki keterbatasan, prioritas, dan prinsip pengelolaan keuangan sendiri.

Kelihatannya permasalahan mengenai keuangan ini juga teramati oleh tante Anda. Beliau pun khawatir dengan situasi anaknya, berencana
menikah namun tak memiliki modal untuk itu. Saya melihat Anda menyayangi sepupu Anda dan bermaksud untuk membantunya. Berikut ada beberapa tawaran dari saya yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan Anda.

Pertama, bersikaplah asertif dan tegas kepada sepupu Anda. Jika Anda tak mau memberi pinjaman, katakanlah demikian kepadanya. Sampaikanlah kekhawatiran Anda kepada sepupu
bahwa pinjamannya terdahulu belum dibayar. Sementara Anda punya rencana dengan dana yang Anda miliki saat ini.

Hubungan antara peminjam dan pemberi pinjaman didasari oleh kepercayaan (trust). Dalam trust ini, pemberi pinjaman mengambil risiko merugi apabila uang yang dikeluarkan tak kembali. Apakah ada jaminan yang dijanjikan bila uang yang dipinjam tak kembali? Biasanya dalam hubungan keluarga, perjanjian dengan jaminan semacam ini jarang ditetapkan.

Kedua, jika Anda memiliki hubungan yang cukup akrab dengan sepupu Anda, silahkan ajak dia bicara dari hati ke hati mengenai pengelolaan keuangannya saat ini. Jika dia terbuka, Anda bisa mengajaknya untuk lebih bersikap hati-hati dalam
mengontrol dan mengelola keuangannya. Anda bisa membantunya memberi pertimbangan tentang prioritas dan alternatif pilihan pengeluaran yang lebih realistis, sehingga kebutuhan dapat
terpenuhi dengan standar nominal yang wajar dan cukup sesuai dengan modal yang dimiliki.

Ketiga, jika Anda tidak cukup percaya diri untuk
berbicara dengan sepupu Anda secara personal, silakan menyampaikan hal tersebut kepada tante atau keluarga sepupu Anda. Mungkin juga ada kekhawatiran yang dialami oleh mereka sehingga diskusi tersebut dapat menghasilkan dorongan untuk membicarakan permasalahan ini ke arah yang lebih serius. Artinya, bukan hanya masalah pinjam-meminjam uang, namun juga persiapan
pernikahan, dan gaya hidup setelah menikah nanti. Perlu juga ditelusuri, apakah gaya hidup ini memang sudah terjadi sejak lama, atau baru terjadi menjelang pernikahannya.

Keempat, terkait dengan rencana pernikahannya, ada baiknya diskusi mengenai masalah keuangan ini dilakukan bersama pasangan dan keluarganya. Kelima, Anda bisa memberi masukan mengenai kebiasaan meminjam uang yang perlu dikelola secara baik. Ada situasi yang sangat mendesak dan darurat sehingga butuh meminjam, namun ada situasi di mana kita bisa mengalihkan rencana pengeluaran dan pendapatan sehingga bisa tetap
memenuhi kebutuhan. Tak semua kebutuhan bersifat darurat. Jika ada perencanaan keuangan yang teratur, situasi darurat pun bisa ditangani secara baik. Tuhan memberkati.

Angela Oktavia Suryani

HIDUP NO.03 2020, 19 Januari 2020

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini