4 Ketua Komisi USCCB Minta Pemerintah Perhatikan Komunitas Afrika-Amerika Terdampak Covid-19

195
Ketua Komisi Ad Hoc Melawan Rasisme, Mgr. Shelton J. Fabre; Ketua Komisi Keadilan Domestik dan Pembangunan Manusia, Mgr. Paul S. Coakley; Ketua Komisi Keragaman Budaya di Gereja, Mgr. Nelson J. Perez; dan Ketua Subkomisi untuk urusan Afrika-Amerika, Mgr. Joseph N. Perry. (kanan-kiri) |Dok. CNS/Bob Roller, Paul Haring, CatholicPhilly.com/ Sarah Webb, dan Gregory A. Shemitz

HIDUPKATOLIK—Empat orang uskup Amerika Serikat menyatakan kesedihan mendalam atas kesenjangan tingkat infeksi dan kematian pada komunitas Afrika-Amerika di Amerika Serikat (AS). Ungkapan kesedihan itu ditulis atas nama empat Ketua Komisi Konferensi Waligereja Amerika Serikat (USCCB), yakni: Ketua Komisi Ad Hoc Melawan Rasisme, Mgr. Shelton J. Fabre; Ketua Komisi Keadilan Domestik dan Pembangunan Manusia, Mgr. Paul S. Coakley; Ketua Komisi Keragaman Budaya di Gereja, Mgr. Nelson J. Perez; dan Ketua Subkomisi untuk urusan komunitas Afrika-Amerika, Mgr. Joseph N. Perry.

Pernyataan yang dikeluarkan pada tanggal 4 Mei itu menuliskan, “Hati kami terluka karena banyak jiwa yang berduka karena komunitas Afrika-Amerika di seluruh negara bagian AS  terinfeksi secara tidak proporsional dan meninggal akibat virus Covid-19. Maka kami mengangkat suara kami untuk mendesak para pemimpin negara bagian dan nasional agar memeriksa struktur generasi dan sistemik tiap kondisi yang membuat virus korona semakin mematikan terutama bagi komunitas Afrika-Amerika.”

Diketahui meskipun tingkat infeksi dan kematian yang akurat di antara orang Afrika-Amerika di tingkat nasional belum jelas, beberapa komunitas ini melaporkan adanya tingkat tertinggi dan mengkhawatirkan diantara populasi mereka.  Sebagai contoh, di area St.Louis, pada awal April, statistik menunjukkan bahwa orang Amerika keturunan Afrika menyumbang 64% dari kasus terjangkit covid-19, meskipun orang kulit hitam merupakan 45% dari populasi. Lalu pada sekitar waktu yang sama di New York, orang Afrika-Amerika masuk dalam angka 28% kematian covid-19, meskipun mereka adalah 22% dari populasi. Kemudian di Distrik Columbia, orang Afrika-Amerika menyumbang hampir setengah dari kasus terpapar covid-19 dengan angka 79% kematian per 4 Mei. Di lain sisi, beberapa pihak menyatakan sangat sulit untuk mendapatkan gambaran utuh dan akurat mengenai situasi di antara komunitas etnis karena beberapa anggota mungkit sekarat di rumah atau tidak mencari perawatan kesehatan karena berbagai alasan.

Tidak hanya komunitas Afrika-Amerika, data pada tanggal yang sama menunjukkan angka yang tinggi di antara populasi komunitas Latin. tertulis orang Latino menyumbang 19% dari total kasus covid-19 di Washington, meskipun mereka hanya 9,1% dari populasi. Angka  in mencerminkan hal yang sama di negara bagian AS lainnya.

Melansir NCRonline, beberapa sumber mengatakan kasus ini telah menunjukkan kurangnya perumahan yang terjangkau sehingga menyebabkan kondisi lingkungan padat, lalu dibarengi tingginya tingkat populasi pekerja untuk tetap melayani selama masa karantina yang datang dari komunitas ini, serta kurangnya akses perawatan kesehatan. Dengan demikian, ketiga hal ini telah berkontribusi terhadap peningkatan jumlah orang terpapar di antara komunitas mereka.

Oleh karena itu pernyataan itu menegaskan, “Kami berdiri untuk mendukung semua komunitas yang berjuang di bawah beban dampak virus ini yang tidak hanya pada kesehatan fisik, tetapi juga mata pencaharaian mereka, terutama pekerja medis dan sanitasi di garis depan, petugas keselamatan publik dan mereka yang berada di industri jasa. Pernyataan para uskup itu pun mengungkapkan, “Kami berdoa dengan sungguh agar pandemi ini segera berakhir, dan bagi kesehatan kita semua, serta penyembuhan emosional di antara semua orang yang telah kehilangan orang tercinta.”

Felicia Permata Hanggu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini