Mgr. Silvester San: Tanpa Kebangkitan Kristus, Tidak ada Pesta Iman lainnya

471
Uskup Denpasar Mgr. Silvester Tung Kiem San memimpin Misa Vigili Paskah di Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar/ Yusti H. Wuarmanuk

HIDUPKATOLIK.COM-SESUAI tradisi tua dalam Gereja, vigili atau “malam berjaga” bagi Tuhan dapat ditemukan dalam Perjanjian Lama (Kel. 12:42). Sedangkan dalam Perjanjian Baru bisa ditemukan dalam Injil Luk. 12: 35-37, dimana umat beriman dengan membawa lilin beryala bersikap seperti sedang menantikan Tuhan bila Ia kembali.

Vigili Paskah, hendaknya menjadi perayaan paling mulia dari segala perayaan, hendaknya bersifat unik untuk setiap Gereja. Hal ini sebagaimana diungkapkan Uskup Denpasar Mgr. Silvester Tung Kiem San dalam Misa Vigili Paskah di Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar, Sabtu, 11/4.

Misa Vigili Paskah di Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar/ Yusti H. Wuarmanuk

Menurut Mgr. Silvester, pada malam ini, Gereja sedang merenungkan karya-karya ajaib yang dikerjakan Tuhan bagi umat-Nya. Peristiwa ini direnungkan dalam bacaan-bacaan di Malam Paskah dari peristiwa Allah kepada bangsa pilihan Allah, karya ajaib lewat kehadiran Kristus sebagai pemenuhan Janji Allah.

Terkait makna Paskah, Mgr. Silvester menambahkan dalam khotbahnya soal peristiwa penting dalam sejarah hidup manusia. Ia memulai dengan sebuah pertanyaan, apa yang paling penting yang pernah terjadi dalam iman Paskah? Maka jawaban semua umat akan berujung pada kelahiran, kematian, dan kebangkitan Kristus. Peristiwa itu telah memberi harapan dan optimisme bagi manusia karena menjanjikan kebahagiaan dan hidup kekal bagi yang mengimaninya.

Menurut Mgr. Silvester, kita merayakan Paskah berarti merayakan inti hidup orang Kristen. Pesta Paskah menjadi pusat dari segala pesta. Dalam Paskah kita merayakan iman, harapan dan kasih. “Tanpa Paskah, kita tidak akan merayakan pesta iman lainnya. Maka pesta Kebangkitan Kristus adalah dasar iman kita, dasar pengharapan kepada Allah,” ujar Mgr. Silvester.

Mgr. Silvester Tung Kiem San/Dok HIDUP

Ia menambahkan, tindakan pengharapan kepada Allah sebagai umat beriman diwujudkan dalam kerelaan untuk membaharui Janji Baptis sebagai putera-puteri Kristus. “Dengan dibaptis, kita telah menjadi bagian dari anggota Gereja yang siap untuk merayakan Paskah, Kebangkitan Kristus,” jelasnya.

Hanya saja, jelasnya, manusia zaman sekarang terlalu membatasi diri dengan tujuan hidup di dunia, bukan mencari hidup yang kekal. Hidup abadi yang harusnya menjadi tujuan hidup manusia tidak lagi diperhitungkan. “Banyak manusia tidak takut lagi berbuat dosa. Mereka berbangga menjadi orang berdosa di dunia dan mengindahkan tujuan kekal di surga.”

Atas perilaku hidup demikian, Mgr. Silvester mengharapkan agar umat Katolik bisa kembali kepada hidup yang sesungguhnya, setiap orang perlu membaharui diri di masa Kebangkitan Kristus ini. Hanya dengan pembaharuan diri, manusia akan mengalami hidup yang kekal.

Yusti H. Wuarmanuk

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini