Alfonsus Budi Susanto : Bisnis Keluarga untuk Bela Negara

695
Alfonsus Budi Susanto.

HIDUPKATOLIK.com – Guru Besar FEB UPN “Veteran” Jakarta ini mengatakan untuk mendukung ketahanan nasional diperlukan ekonomi yang kuat, dimulai dari bisnis keluarga.

Di ruang kerja yang tak ubahnya perpustakaan mini, di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, Alfonsus Budi Susanto menyambut kedatangan wartawan HIDUP, Kamis, 21/11. Penampilannya rapi tapi tak kaku, tak bosan-bosan ia melempar senyum dan berbicara dengan santai. Jelang kepala enam, ia masih terlihat energik dan bersemangat.

Awal November lalu, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta mengukuhkan Alfonsus Budi Susanto sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Dalam pengukuhannya, pria yang akrab dipanggil AB ini, menyampaikan orasi berjudul “Peran Bisnis Keluarga di dalam Manajemen Bela Negara dari Sudut Pandang Manajemen Stratejik”.

Sekilas, bisnis keluarga dan manajemen bela negara seperti tidak berhubungan. Namun, AB mengatakan, jika dicermati lebih lanjut, keduanya berkaitan erat. Terutama bila bela negara dimaknai dalam konteks mendukung ketahanan negara dalam arti yang luas, yaitu bagaimana negara memiliki kedaulatan dari berbagai sisi; kedaulatann ekonomi, informasi, dan bebagai aspek lainnya sehingga tidak tergantung pada negara lain.

“Bela negara merupakan upaya agar negara kita memiliki ketahanan, bukan hanya dalam bidang militer, tetapi juga dalam bidang ekonomi, sosial, pangan, kesehatan, energi, ketenagakerjaan, informasi, dan berbagai bidang lainnya yang diperlukan Indonesia agar kuat dan bersaing dalam tatanan global. Dalam konteks inilah bisnis keluarga memiliki peran yang signifikan,” katanya menjelaskan.

Penggerak Ekonomi
Lebih lanjut, AB menuturkan, untuk mendukung ketahanan nasional diperlukan ekonomi yang kuat, tingkat kesejahteraan yang tinggi, dan ketersediaan lapangan kerja yang memadai. Sehingga bela negara bukan hanya sebatas membela negara tatkala diserang negara lain, tetapi bagaimana berjuang untuk membangun ekonomi yang kuat, berjuang agar tersedia lapangan kerja, dan berjuang untuk menciptakan kesejahteraan. Dengan ekonomi yang kuat, negara dapat membeli alutsista untuk memperkuat pertahanannya. Peran inilah yang diisi oleh bisnis keluarga, yang di seluruh dunia telah terbukti menjadi motor penggerak ekonomi dan penyumbang penciptaan lapangan kerja.

Sekitar 85 persen bisnis rintisan dunia dimodali uang milik keluarga dan di kebanyakan negara, 70 sampai 95 persen perusahaan adalah milik negara. Di Indonesia bisnis keluarga mencakup 72 persen sektor usaha. Bisnis keluarga menjadi kuat karena independensi, kecepatan, fleksibilitas dalam pengambilan keputusan, orientasi bisnis jangka panjang dan rasa saling percaya antaranggota keluarga. Kekuatan-kekuatan ini ditunjang oleh nilai-nilai yang umumnya dianut bisnis keluarga yaitu fokus pada hubungan dan kejayaan keluarga, pendidikan generasi penerusnya, kerukunan keluarga, ketekunan, kerja keras, dan solidaritas.

Meski demikian, AB juga mengungkapkan bisnis keluarga tak lepas dari benturan antara kepentingan keluarga dengan kepentingan bisnis. Tak jarang, generasi senior enggan menyerahkan kendali, ada rivalitas antarsaudara, dan buruknya komunikasi mewarnai bisnis keluarga. Banyak juga bisnis keluarga yang menurun kinerjanya setelah pemiliknya pensiun atau meninggal dunia. Bahkan, ada juga kelemahan yang muncul sejak awal seperti tidak jelasnya struktur organisasi, anggota keluarga yang direkrut tidak kompeten, dan tidak ada pemisahan antara urusan keluarga dengan bisnis.

Di Korea Selatan, lanjutnya, bisnis keluarga telah menjadi motor penggerak ekonomi dan menjadikan negara ini sebagai negara industri terkemuka. Jika bisnis keluarga mengalami kesulitan, akan berdampak pada lapangan kerja, penerimaan pajak, dan pelambatan ekonomi. Karenanya, bisnis keluarga harus sehat dan tumbuh berkesinambungan.

“Jadi konsep bela negara dalam bisnis keluarga adalah berjuang agar bisnisnya kuat dan selalu tumbuh, dapat menciptakan lapangan kerja, membayar pajak, dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negara,” tuturnya.

Dokter ke Manajemen
AB memang telah lebih dari tiga dekade menjadi pendidik bidang ekonomi. Namun, ia juga memiliki latar belakang kedokteran. Lulus SMA Kolese de Britto, sulung 11 bersaudara ini menempuh pendidikan kedokteran di Jerman Barat. Ia menjalani profesi awal sebagai dokter di Jerman dan menjadi direktur medis di perusahaan multinasional farmasi ternama. Saat itulah, ketertarikannya terhadap dunia manajemen tumbuh. Ia memutuskan mengambil program ekstensi di Tanah Air.

Pada 1983, AB mendirikan perusahaan konsultan manajemen strategis, The Jakarta Consulting Group yang terus berkembang hingga sekarang. Kepakarannya di bidang manajemen pun semakin mumpuni dan terus berkembang juga berkat praktik. Puluhan literatur manajemen telah dia lahirkan. Kecintaanya pada dunia literasi juga membuatnya aktif menulis buku tentang beragam topik yang ia minati. Salah satunya A Handbook for Coffee Lovers, buku komprehensif tentang kopi, mulai dari proses penemuan biji kopi, pengelolaan, aspek perdagangan, hingga aspek kesehatan dan kecantikan. Hingga saat ini, dia telah menulis 71 buku, 51 di antaranya terkait manajemen.

Tak hanya ahli dalam soal manajemen dan kesehatan, AB juga terkenal ahli mengidentifikasi batu mulia atau gemologi, yang ia dalami saat di Jerman. Wajar, orangtuanya adalah pedagang perhiasan.

Dengan seabrek keahlian, dokter, dosen, ekonom, ahli berlian, penulis buku, konsultan manajemen, AB lebih menyukai dirinya yang seorang pendidik. “Ada kepuasan tersendiri saat melihat mantan mahasiswa saya berhasil. Ketika sekian waktu tidak berjumpa, dan mereka menyapa, berkisah tentang kenangan saat menjadi mahasiswa saya, itu menyenangkan sekali,” ujar AB yang juga aktif dalam sederet aktivitas profesional dan sosial kemasyarakatan ini.

Bagi AB, kesuksesan yang ia raih saat ini adalah buah dari optimisme dan komitmennya. “Optimis juga harus dibarengi komitmen agar bisa bekerja keras, komitmen untuk bekerja dengan cerdas, bekerja samadalam tim, dan mau berjejaring,” ungkapnya. Setiap pribadi memiliki potensi, dan ia katakan harus dikembangkan dengan serius demi menjadi pribadi berkualitas yang bisa bermanfaat kapanpundan di manapun, seperti garam dan terang.

Alfonsus Budi Susanto

Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 9 September 1950
Istri : Tati Susanto
Anak-anak : Patricia Susanto dan Yohana Susanto

Pendidikan :
– SD Santo Jusuf Yogyakarta, lulus 1963
– SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, 1966
– SMA Kolese de Britto Yogyakarta, 1969
– Fakultas Kedokteran Universitas Bonn Jerman Barat, 1976
– Fakultas Kedokteran Universitas Heinrich-Heine-Dusseldorf Jerman Barat, 1976
– Program Doktor Diabetes Research Institute, Universitas
– Heinrich-Heine-Dusseldorf Jerman Barat, 1977
– Profesi & Ijin Praktek Dokter, Universitas Heinrich-Heine-Dusseldorf Jerman Barat
– Sarjana Ekonomi, Jurusan Manajemen, FE Universitas Indonesia, 1986
– Magister Kajian Wilayah Amerika, FE Universitas Indonesia, 1993
– Doktor Ilmu Manajemen dan Bisnis Bidang Strategic Manajemen, FE Pascasarjana Universitas Padjadjaran, 2011

Pengalaman Kerja Profesional :
– Asisten Riset, Diabetes Research Institute, University of Duesseldorf, 1973-1976
– Dokter Medis di Ratingen Hospital, Marien Hospital & Diabetes Clinic Bad Oeynhausen, 1976-1978
– Direktur Medis, Schering AG Indonesia, 1978-1983
– Managing Partner, The Jakarta Consulting Group, 1984-2010
– Ketua Tim/Anggota Tim Project Konsultasi & In house, 1995-sekarang
– Chairman, The Jakarta Consulting Group, 2010-sekarang
– Komisaris, PT Solaris Indonesia, 2014-sekarang

Pengalaman Kerja di Dunia Pendidikan :
– Universitas Indonesia, Lemhannas RI, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
– Akademi Sekretaris/LPK Tarakanita,
– Universitas Padjadjaran,
– Universitas Kristen Satyawacana,
– Universitas Pelita Harapan,
– Universitas Tarumanagara,
– Universitas Katolik Soegijapranata,
– Universitas Presiden,
– Universitas Sahid Jakarta,
– UPN “Veteran” Jakarta

Hermina Wulohering

HIDUP NO.49 2019, 8 Desember 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini