Dari Negara Mayoritas Muslim

235
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (depan, kiri) diterima Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama Takhta Suci, Mgr. Miguel Angel Ayuso Guixot.

HIDUPKATOLIK.com – Menteri Agama Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin berada di Roma untuk berterima kasih kepada Paus Fransiskus karena memilih Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo sebagai kardinal dan atas komitmen Gereja Katolik untuk membangun dialog antaragama. “Pemerintah Indonesia ingin menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Paus atas penunjukan Uskup Agung Suharyo,” ujar Lukman. Ia melanjutkan, “Kami bangga bahwa Bapa Suci menaruh kepercayaannya pada salah satu putra terbaik negara kami.”

Selain itu, Lukman juga berterima kasih kepada Bapa Suci atas Dokumen tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama yang ditandatangani di Abu Dhabi oleh Paus dan Ahmad Muhammad Al-Tayyib, Imam Besar Al-Azhar. “Dokumen ini dipandang berkontribusi bagi perdamaian dunia dan selaras dengan cita-cita Indonesia, yakni dialog dan harmoni antaragama,” ungkapnya.

Ketika bertemu Paus Fransiskus dalam Audiensi Umum di Lapangan Santo Petrus, Lukman merasa terkejut dengan sapaan Paus. “Salah satu hal yang paling mengejutkan saya adalah cara Paus menerima saya. Ketika tiba giliran saya, Paus datang untuk menemui saya. Fakta bahwa Paus turun untuk menyapa orang-orang yang tidak berada dalam hierarki Gereja sangat penting. Saya yakin Paus membuat gerakan ini dengan hati yang tulus, menunjukkan karakter hebatnya.”

Kepada Ketua Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, Mgr Miguel Angel Ayuso yang juga dilantik menjadi kardinal, Lukman menyatakan bahwa Kardinal Suharyo adalah salah satu pemimpin terbaik yang dapat diperhitungkan oleh komunitas Katolik Indonesia. “Dia selalu siap untuk membawa perdamaian di tengah keragaman. Penunjukkannya sebagai kardinal membuat kami bangga. Pemerintah Indonesia berharap bahwa keputusan Paus ini akan meningkatkan hubungan dengan Tahkta Suci. Menunjuk seorang kardinal dari negara mayoritas Islam terpadat di dunia menunjukkan bahwa Paus Fransiskus tidak ingin hanya menghargai negara-negara yang secara tradisional beragama Katolik.”

Felicia Permata Hanggu
Laporan: Paulus Tasik (Vatikan)

HIDUP NO.42 2019, 20 Oktober 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini