Mengasah Asa Asmat

106

HIDUPKATOLIK.com – Keuskupan Agats, Kabupaten Agats, Papua, akan merayakan hari jadi ke-50, tepatnya pada hari Sabtu, 23 November 2019. Pada tanggal tersebut, 50 tahun lalu, Vikaris Jenderal Agats, Pastor Alphonse A. Sowada, OSC, ditahbiskan menjadi Uskup Pertama Keuskupan Agats. Perayaan Emas ini mengangkat tema “Menuju Persekutuan yang Semakin Mandiri dan Berdaya.”

Pelbagai macam kegiatan telah digelar untuk menyongsong dan merayakan momen historis tersebut. Pantaslah jika perayaan jubileum pertama ini disambut dengan penuh syukur. Bahwasanya benih-benih Injil telah jatuh dan tumbuh dengan baik di wilayah ini. Selain, benih panggilan menjadi imam, biarawan-biarawati, partisipasi kaum awam pun semakin menunjukkan tanda-tanda yang menyiratkan harapan akan masa depan Gereja di pesisir Selatan Papua ini.

Bersamaan dengan ucapan syukur dan perayaan sukacita tersebut, peristiwa 50 tahun ini menjadi momentum untuk merenungkan kembali, sejauh manakah dampak kehadiran Gereja sungguh-sungguh dirasakan oleh umat dan masyarakat setempat. Tema jubileum ini tampaknya menyiratkan makna yang mendalam.

Tantangan menggereja di Agats memang tidaklah ringan, tidak jauh berbeda dari keuskupan lain di Tanah Papua. Medan pewartaan dihadapkan pada persoalan serius di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Gereja tidak bisa berpangku tangan. Gereja harus berbuat konkret. Para pelayan pastoral harus terjun langsung dalam kehidupan riil umat untuk membantu meretas masalah-masalah yang melilit sebagian besar umat Katolik di Asmat. Aneka bentuk pemberdayaan dilakukan, mulai dari hal yang paling sederhana semisal bagaimana menjaga kebersihan diri, keluarga, lingkungan hingga bidang pendidikan yang sangat mengkhawatirkan.

Bukan rahasia umum lagi bahwa Kabupaten Agats adalah salah satu kabupaten dengan pendapatan per kapita terendah di Papua. Tentu saja kondisi ekonomi ini akan berpengaruh langsung pada ‘perekonomian’ Gereja, konon memprihatinkan. Uskup Agats sejak tahun 2002, Mgr. Aloysius Murwito, OFM, secara terbuka mengakui hal itu; bahkan berharap uluran tangan dari kita semua.

Sekali lagi, tantangan yang dihadapi Keuskupan Agats multidimensi di tengah perubahan zaman yang tak bisa dihindari. Derasnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan Presiden Joko Widodo dalam lima tahun pertama dan tampaknya akan melanjutkannya di periode ke dua ini, sangat diharapkan akan membawa dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan hidup warga Agats. Kendati, muncul kekhawatiran akan ketidaksiapan sebagian warga Agats menghadapi pembangunan dan perubahan (modernisasi) yang merangsek ke segala bidang kehidupan mereka. Pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang tak terelakkan juga membawa persoalan tersendiri bagi warga Agats, khususnya anak-anak usia dini dan orang muda.

Maka, merujuk pada tema besar perayaan 50 tahun ini, timbul pertanyaan sekaligus harapan kita: langkah strategis apa yang akan ditempuh hierarki bersama dengan para pelayan pastoral untuk meningkatkan persekutuan yang semakin mendiri dan berdaya tahan di keuskupan ini. Tentu saja, Gereja tidak bisa melangkah sendirian. Peran pemerintah setempat akan sangat menentukan juga.

HIDUP NO.45 2019, 10 November 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini