PASTORAL SILA KEDUA PANCASILA

228
Temu Pastoral para imam yang berkarya di KAJ.
[HIDUP/Christophorus Marimin]

HIDUPKATOLIK.comPara imam yang berkarya di Keuskupan Agung Jakarta berjumpa untuk merancang karya pastoral berkemanusiaan, adil dan beradab di era digital. Menjadikan Gereja sebagai komunitas alternatif.

GURU Besar Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta Romo Franz Magnis-Suseno mengatakan, sila kedua Pancasila berbicara tentang martabat manusia yang adil dan beradab. Adil karena hak-hak asasi manusia dihormati; beradab karena tidak menghendaki kekerasan. “Maka Gereja harus bisa menjadi komunitas alternatif terhadap kebusukan-kebusukan dalam masyarakat. Gereja mesti hadir di tengah masyarakat, bukan dengan membawa bendera, tetapi dengan penuh kerendahan hati,” ujar Romo Magnis sebagai salah satu pembicara dalam Temu Pastoral Keuskupan Agung Jakarta (KAJ).

Temu Pastoral yang dihadiri para imam yang berkarya di KAJ ini dibagi dalam dua gelombang. Gelombang pertama berlangsung Senin-Kamis, 13-16/6, sementara gelombang kedua berlangsung Senin-Kamis, 20-23/6. Dalam dua pertemuan itu, para imam merenungkan tema “Mengamalkan Nilai-Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab di Era Digital”. Di sela Temu Pastoral gelombang satu dan dua, juga diadakan Temu Provinsial tarekat biarawan-biarawati yang berkarya di KAJ.

Selain Romo Magnis, hadir pula dua pembicara lain, yakni pakar dan konsultan manajemen, Rhenald Khasali dan pakar dan konsultan IT, Richardus Eko Indrajit. Rhenald menjelaskan, di bidang ekonomi sedang terjadi perubahan dari owning economy ke sharing economy. Semangat dasar sharing economy adalah berbagi atau gotong royong serta social entrepreneurship. Maka, Gereja dalam tugas kerasulan mesti menangkap peluang dan menyesuaikan dengan perubahan yang sedang berjalan dengan cepat. Sementara Eko Indrajit mengatakan, arus digital yang begitu masif dalam masyarakat ikut mengubah pola dan perilaku setiap orang. Gereja diharapkan mampu memaksimalkan pelayanan pastoral melalui media digital.

Menurut Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo, sila kedua Pancasila perlu ditafsirkan, diinterpretasikan, lalu diinternalisasikan, dan kalau bisa dilembagakan. “Interpretasi kemanusiaan yang adil dan beradab, misalkan memperhatikan saudara-saudari yang paling lemah. Kemudian disosialisasikan, diinternalisasikan lewat seminar, pelatihan, hiburan, dan yang lain,” kata Mgr Suharyo dalam pertemuan yang diadakan di Villa Via Renata Cimacan, Jawa Barat.

Acuan pastoral KAJ pada 2017 nanti akan difokuskan kepada pengalaman kemanusiaan yang adil dan beradab dalam era digital. Maka, Mgr Suharyo berharap agar para imam bisa saling berbagi dan menimba inspirasi, lantas menyusun program pelayanan pastoral yang khas, di luar program pastoral yang telah berjalan selama ini.

Christophorius Marimin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini