HIDUPKATOLIK.com – Ia mengalami pelecehan seksual kala kanak-kanak. Ia minggat dari rumah. Ia menjual diri. Kini, ia bagai malaikat bagi para pekerja seks komersial. Ini sebuah kisah pengampunan.
Raganya tampak renta. Keriput menggurat di wajahnya. Tubuhnya mungil; 150 sentimeter. Tapi ia lincah bergerak di tengah kerumunan orang di Lapangan St Petrus Vatikan, medio Mei lalu.
Dialah Elise Lindqvist; perempuan yang dijuluki “malaikat pelacur dari Malmskillnadsgatan”. Malmskillnadsgatan salah sudut jalan di pusat Kota Stockholm, Swedia, yang terkenal sebagai kawasan prostitusi. Ia juga kerap disapa “Bunda Teresa dari Prostitusi”.
Meski berlumur pengalaman dengan mereka yang dianggap “terhina”, tetiba Paus Fransiskus mendekati Elise. “Aku sudah mendengar tentang kamu,” kata Paus. “Kamu melakukan pekerjaan yang bagus!” Paus memegang erat tangan Elise.
Rupanya, Paus Fransiskus telah mengetahui sepak terjang Elise, yang setiap malam menawarkan perhatian bagi para pekerja seks komersial di jalanan Stockholm. Kelahiran 23 Februari 1936 ini memang ingin sekali bersua Paus Fransiskus yang terus berupaya memerangi perdagangan manusia.
Luka Pertama
Elise lahir di sebuah desa kecil di Swedia. Pada usia lima tahun, ia mengalami pelecehan seksual. Orang-orang di sekitar keluarganya yang melakukan hal itu. Elise amat takut. Tapi ia tak kuasa berteriak. Bahkan, ia meyakini bahwa pelecehan itu dialami semua anak. “Ketika orang-orang itu mengajak makan di rumahnya, saya tahu harga yang harus saya bayar,” kenangnya.
Setelah itu, ia akan berlari pulang dalam ketakutan di bawah ancaman. Ia pun tak berani buka mulut. Dalam takut yang akut, tak ada yang membelanya. Sang ibu diam seribu bahasa ketika melihat Elise satu kamar dengan orang dewasa. Sementara di sekolah, beberapa guru pun melakukan hal sama. Hanya ayah, satu-satunya tempat Elise bisa bersandar. “Tanpa ayah, mungkin saya tidak akan selamat sampai hari ini,” ceritanya seperti dikutip dari Vaticannews.va, awal Juli lalu.
Tapi sayang, ayah Elise meninggal ketika ia berusia sepuluh tahun. Hidupnya kian sulit. Ayah tirinya pecandu alkohol, dan kerap memukul Elise. “Suatu hari, dia marah dan mengacungkan pistol ke arah saya. Saya memohon kepadanya agar menarik pelatuk, sebab saya tidak ingin hidup lagi.”
Dan benar, ayah tirinya menarik pelatuk pistol itu. Tapi untung, pistol itu tak berpeluru. “Ternyata, Tuhan ingin saya hidup,” ujar Elise sembari melempar senyum.
Lantaran tak betah, Elise minggat pada usia 14 tahun. Ia tinggal dengan saudara di kota terdekat. Ia pun disambut secara hangat. Ia merasakan penerimaan luar biasa dari mereka. Namun, periode ini tak berlangsung lama.
Suatu hari, seorang perempuan menghampiri Elise. “Kamu cantik sekali!” sapa perempuan itu. Elise terkejut. Baru pertama kali ini ada orang yang mengatakan “dia cantik”. Dan itu memberinya kekuatan luar biasa. Elise pun terkena bujuk rayu sang perempuan asing itu. “Seperti kebanyakan remaja yang terkena bujukan para mucikari. Itulah yang terjadi pada diri saya,” ujarnya.
Hari-hari berikut, Elise selalu memanggil sang perempuan itu dengan sebutan “Mamma”. Setiap minggu, sang Mamma membelikan Elise pakaian baru dan make up. Saat Elise berusia 16 tahun, sang Mamma memintanya agar melayani nafsu syahwat para klien. “Saya pun melakukan semua perintahnya,” kisah Elise.
Elise tak bisa mengingat, berapa lama ia bekerja di bawah perintah sang Mamma. Ia kabur lantaran menderita pemukulan yang sangat kejam oleh salah satu klien. Ia pun tak mau lagi menjadi seorang pelacur. “Mungkin kalau saya melakukan hal itu saat ini, sudah pasti nyawa saya hilang,” tuturnya.
Kesaksian nyata yang sangat inspiratif seperti ini seharusnya diperbanyak, bukan hanya artikel yang berisi nasihat teoritis.