HIDUPKATOLIK.com – Pertanian organis adalah salah satu bentuk semangat ekologis yang harus dihidupi semua orang termasuk umat Katolik.
Semangat ekologis merupakan sesuatu yang penting dalam membangun bangsa Indonesia. Sebab, konsepsi kebangsaan mengandaikan persatuan integratif antara Tuhan, Manusia dan Lingkungan Hidup. Tanpa ketiga hal itu, keberlangsungan Indonesia menjadi tidak mungkin.
Seiring dengan perkembangan zaman, sektor pertanian juga ikut berkembang menjadi lebih luas. Jika dulu pertanian sering didefinisikan hanya sebatas kegiatan bercocok tanam, saat ini dianggap sebagai keseluruhan proses mulai dari produksi oleh produsen hingga produk sampai di tangan konsumen.
Topik bahasan seputar pertanian memang menarik diulas. Sebab, pada dasarnya pertanian merupakan suatu kegiatan ekonomi masyarakat untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Teori ekonomi klasik telah mengajarkan bahwa apabila produsen menginginkan keuntungan maksimal, maka sumber daya yang ada harus dimanfaatkan sebesar-besarnya.
Antisipasi Fenomena Alam
Dalam kerangka pemahaman ini, Pemuda Katolik Komcab Kota Bogor ingin menggali lebih dalam tentang pola hidup dan lingkungan yang sehat yang bisa diciptakan dan dilakukan bersama untuk mengantisipasi fenomena alam dewasa ini. Usaha untuk mencintai alam ini disikapi dalam Seminar Pertanian Organis bekerjasama dengan Yayasan Bina Sarana Bhakti dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Bogor, di Gedung KNPI Kota Bogor, Jawa barat, 24/8.
Ketua Pemuda Katolik Komcab Kota Bogor Robertus Gatot Arianto dalam sambutannya berharap, diskusi-diskusi seperti ini terus dilakukan dan bukan hanya berakir pada diskusi namun pada suatu aksi nyata. Tujuannya, sebut Gatot, agar dapat memberikan wadah dalam menciptakan UMKM yang baru bagi semua anggota kader dan juga masyarakat pada umumnya.
Gatot mengajak para peserta untuk melihat fenomena pertanian akhir-akhir ini dengan berkaca pada pengalaman masa lalu. Menurutnya, sejak akhir tahun delapan puluhan, mulai tampak tanda-tanda terjadinya kelelahan pada tanah dan penurunan produktivitas pada hampir semua jenis tanaman yang diusahakan. Hasil tanaman tidak menunjukkan kecenderungan meningkat, walaupun telah digunakan varietas unggul yang memerlukan pemeliharaan dan pengelolaan hara secara intensif.
Penerapan sistim pertanian alternatif yang berwawasan lingkungan memerlukan waktu yang relatif panjang. “Oleh karena itu diperlukan diseminasi terus menerus. Ini agar pengelolaan lahan secara organik dapat diterapkan di Indonesia dengan memperhatikan kelestarian lingkungan,” jelasnya.
Senada dengan Gatot, Perwakilan KNPI Kota Bogor Anjas Andhika Barus menuturkan, diskusi-diskusi seperti ini ini terus kita lakukan bersama, sehingga memberikan wawasan yang baru soal pertanian ekologis. Ia mengakui, kader KNPI sendiri merupakan yang notabene anak muda kadang tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti ini.
Anjas setuju bahwa pemanfaatan pertanian organis menjadi cara yang baik zaman ini. Sebab pertanian modern saat ini juga bisa sangat tergantung pada input kimia buatan (pupuk dan pestisida), benih hibrida, dan mekanisasi dengan memanfaatkan bahan bakar minyak dan juga irigasi. Sistem pertanian ini mengkonsumsi sumber-sumber yang tak dapat diperbarui, seperti minyak bumi dan fosfat dalam tingkat yang membahayakan. “Input tersebut telah mencemari sungai dan air tanah dalam tingkat yang membahayakan,” tegasnya.
Enoz Raja (Bogor)
HIDUP NO.36 2019, 8 September 2019