Orang Muda, Buka Topengmu

197
Peserta merenungkan hidup dengan memakai topeng.
[HIDUP/Karina Chrisyantia]

HIDUPKATOLIK.com – Sekarang ini, manusia, secara khusus orang muda, rela kehilangan jati diri asalkan eksis.

Menipu bukanlah karakter murid Yesus. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Maria Tjiumena, pada perayaan ulang tahun kedua kegiatan The Day We Meet (TDWM), di auditorium Yustinus lantai 15, Unika Atma Jaya, Jakarta Selatan, Sabtu, 20/7.

Terkait pernyataan itu, Maria mencontohkan soal gaya hidup orang muda zaman sekarang. Menurutnya, banyak orang muda saat ini menggunakan media sosial sebagai “obat kesepian”. Ia yakin hampir tiap orang punya keinginan untuk terkenal atau mendapat pengakuan dari orang lain. Namun, ia menekankan, tiap postingan harus sesuai dengan kenyataan. “Demi feed yang keren, orang sampai rela berbohong. Misal, aslinya badannya berisi lalu diedit sedemikian rupa menjadi langsing. Akhirnya manusia menganut dogma yang dibuat oleh dunia.

Padahal kita sudah diciptakan serupa dengan Tuhan,” tuturnya. Padahal, lanjut Maria, Rasul Paulus mengingatkan, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Rom. 12:2).”

Sebelum menutup sesi, Maria mengajak peserta untuk menggunakan topeng dan merenungkan betapa tidak nyaman topeng yang menghimpit bagian wajah peserta. “Bisa kalian rasakan tidak nyamannya hidup dalam kepura-puraan. Mari kita buka topeng dan mulai menerima diri kita apa adanya,” tegasnya.

Ketua Forum Pewarta dan Pengajar Kepemudaan BPK PKK KAJ Ferdie Soethiono pun angkat bicara mengapa topik Instagram ini perlu diangkat. “Sekarang kelihatan banget postingan di Instagram itu bersifat superficial. Menunjukan hal yang super tetapi yang sial disembunyikan. Akhirnya banyak yang tidak menjadi diri sendiri,”sahutnya

Ferdie menambahkan, banyak anak muda yang terintimidasi dengan konten Instagram. Entah itu dihantui oleh kecemburuan, ketakutan, dan motivasi negatif. Manusia dirasa sudah tidak bebas lagi menurutnya. “Maka dari itu, kami mau coba komunikasikan adalah orang muda Katolik tidak seperti ini tetapi menjadi anak Tuhan bertumbuh dengan kejujuran dan tidak terikat dengan hal-hal duniawi,” tutup Ferdie.

Saat homili, Pastor Ewaldus Al menyampaikan, acara ini adalah wadah untuk anggota saling bertemu. “Kadang kita kurang berjumpa dengan Tuhan dan sesama, karena sibuk memikirkan diri sendiri. Ingat, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Maka dari itu seimbangkan kehidupan rohani dengan kegiatan sehari-hari,” harapnya.

TDWM adalah acara rutin yang dilaksanakan sebulan sekali oleh Kepemudaan Badan Pelayanan Keuskupan Pembaharuan Karismatik Katolik Keuskupan Agung Jakarta (BPK PKK KAJ) sejak 2017 dan kali ini berkolaborasi dengan PDOMPKK Dekenat Pusat dan Dekenat Bekasi.

Karina Chrisyantia

HIDUP NO.30 2019, 28 Juli 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini