ISKA Sayangkan Konten Pelecehan Simbol Agama

177
Pertemuan Ikatan Sarjana Katolik Indonesia di UNIKA Atma Jaya, Jakarta (30/05/18). (Dok. ISKA)

HIDUPKATOLIK.com – Indonesia merupakan manifestasi perjuangan oleh bukan saja satu golongan, namun dibangun oleh seluruh anak bangsa yang berbeda suku, etnis, agama dan kepercayaan.

Perbedaan pemahaman teologi merupakan hal yang wajar. Namun bukan alasan yang dibenarkan bila perbedaan tersebut untuk merendahkan dan melecehkan keyakinan yang berbeda.

Kabar terakhir ini di sosial media ramai karena beredarnya konten ceramah salah seorang ulama Ustaz Abdul Somad Batubara, yang dikenal dengan Ustaz Abdul Somad yang isinya melecehkan simbol keKristenan.

Diketahui Ustaz Abdul Somad melakukan ceramah tersebut 3 tahun yang lalu yaitu tahun 2016 di Masjid An-Nur, Pekanbaru. Dalam ceramahnya, ia sempat menyinggung di Salib ada setan, ‘jin Kafir’.

Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) menyayangkan beredarnya konten ceramah dosen di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau, tersebut. Terlebih lagi, konten yang meresahkan agama lain ini disampaikan oleh seorang tokoh agama yang justru sebenarnya diharapkan memberikan kesejukan dan mampu mengayomi agama dan kepercayaan lainnya.

Beredarnya konten tersebut ke publik mencederai semangat dan usaha menjaga toleransi antar pemeluk agama. Toleransi merupakan modal dasar keberlangsungan Indonesia sebagai bangsa yang majemuk. Komitmen merawat kebangsaan Indonesia merupakan tanggung jawab moral kita bersama tanpa harus mempertimbangkan kuantitas.

Dalam keyakinan terang iman Katolik maka baiknya seluruh elemen dan umat Katolik untuk bersikap secara proporsional dan bijaksana dalam mensikapi konten tersebut.

Untuk itu melalui siaran pers yang dikeluarkan Sabtu, 17 Agustus 2019, Ketua Presidium Pusat ISKA Hargo Mandiraharjo menginstruksikan kepada jaringan ISKA diseluruh Indonesia untuk bisa ikut aktif mengantisipasi efek negatif yang ditimbulkan akibat beredarnya konten tersebut. Antisipasi bisa dilakukan dengan mengintensifkan komunikasi yang saling menghormati dengan berbagai pihak yang memiliki komitmen kuat merawat kebangsaan Indonesia yang majemuk.

Hargo pun berharap perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia ke 74 mengingatkan masyarakt untuk terus mengisi perjalanan sejarahnya dengan semangat persatuan dan kesatuan tanpa harus saling melukai dan merendahkan sesama anak bangsa lainnya.

Saat dihubungi melalui Whatsapp, Minggu, 18 Agustus 2019, Presidium Internal Organisasi dan Hubungan Antar Lembaga Joanes Joko mengatakan negara harus hadir menyikapi hal ini agar kedepannya tidak terulang lagi.

“Karena ini bukan sekedar permasalahan benar atau salah. Namun menyangkut eksistensi kebangsaan yang terancam oleh maraknya bibit-bibit kebencian dan kecurigaan antar anak bangsa,” tutupnya.

Karina Chrisyantia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini