Rasul Perubahan

101

HIDUPKATOLIK.com – Empat puluh satu mahasiswa-mahasiswi dari Vietnam, India, Taiwan, Bangladesh, Malaysia, Filipina, dan Indonesia berkumpul dan berbagi pengalaman iman di Kampus Universitas Katolik Atma Jaya, Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, akhir Juni hingga awal Juli lalu. Pertemuan “The 7th Asian Chaplains & Animator Formation and Exchange Program” mengusung tema Called to Meet Young People, Rekindling Their Hearts and Walking by Their Side. Asian Chaplains & Animator in Lay Youth Movement merupakan gabungan dari Intenational Young Christian Students (IYCS) Asia, International Movement of Catholic Students (IMCS) Asia, dan International Young Christian Workers (IYCW) Asia-Pasific.

Didampingi pastor mahasiswa, selama sepekan mereka mengasah kepekaan dan memperdalam bisikan panggilan kerasulan mereka sebagai orang muda, harapan, pemilik sekaligus penentu masa depan Gereja di Asia dan di negara asalnya. Satu hal yang menarik dari pertemuan ini, tekad kuat mereka menjadikan komunitas mereka sebagai gerakan dalam kelompok-kelompok kecil (sel-sel). Bukan sebuah perkumpulan massal yang “heboh” dalam pembicaraan tetapi sepi tindakan di lapangan. Konon, gerakan ini telah menjadi salah satu medan kerasulan orang muda yang membawa pengaruh besar, di India dan Perancis.

Sebagai bagian dari proses kaderisasi, mereka dididik menjadi pemimpin yang peduli pada kaum miskin, lemah, dan bertransformasi membangun solidaritas, keadilan, dan perdamaian dunia. Para mahasiswa dilatih untuk tidak menutup mata pada aneka persoalan kemiskinan dan ketidakadilan di sekitar mereka.

Dalam sejarahnya, Gereja memberikan perhatian khusus terhadap orang muda Katolik, termasuk mahasiswa. Paus Yohanes Paulus II dengan World Youth Day (WYD)-nya menggandeng kaum muda di seluruh dunia untuk tidak berdiam diri dalam menyikapi persoalan yang menjadi concern Gereja. “Para mahasiswa hendaknya diajar tentang kebutuhan-kebutuhan seluruh Gereja sedemikian sehingga mereka dengan penuh minat terlibat dalam memajukan panggilan, dalam masalah-masalah misi, ekumenis dan masalah-masalah lain yang lebih mendesak, termasuk juga masalah-masalah sosial,” (Kanon 256; 2).

Dalam konteks ini, Gereja tanpa kenal lelah, memberikan pendampingan rohani terhadap para mahasiswa baik yang menempuh pendidikan di universitas Katolik, universitas negeri, maupun universitas atau perguruan tinggi swasta lainnya. Dibentuk Paroki Mahasiswa atau unit/komunitas di wilayah tertentu. Di sana, selain mendapat pendampingan rohani, mereka memperoleh pembekalan seperti pendidikan, pelatihan kepemimpinan, seminar, lokakarya, dan lain-lain.

Tujuannya, menempa karakter para mahasiswa tersebut untuk tidak hanya mengejar kesuksesan dalam jenjang pendidikan tetapi menjadikan mereka pribadi yang peduli pada sesama dan setia pada panggilan Gereja di tengah dunia (ad gentes). Di Indonesia kita memiliki Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Organisasi ini dalam dinamikanya, kendati belum sepenuhnya memuaskan, diharapkan mampu menghadirkan wajah Gereja sebagaimana tercermin dalam semangat yang diusung mahasiswa-mahasiswi yang berkumpul dan berbagi pengalaman di BSD.

HIDUP NO.30 2019, 28 Juli 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini