Membangun Generasi Transformatif

402

HIDUPKATOLIK.com – Muara akhir dari setiap proses pendidikan adalah terjadinya perubahan dalam diri peserta didik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak baik menjadi baik, dari malas menjadi disiplin, dan seterusnya. Dalam arti sebenarnya, pendidikan atau pendampingan mendorong terjadinya transformasi individu menjadi pribadi yang bermartabat, lebih baik dan berdampak bagi orang lain.

Martinus Gea, pendiri Yayasan Prima Unggul (YPU), menulis dan menarasikan proses pendidikan transformatif di YPU di buku ini secara lengkap. Ada lima prinsip utama yang menjadi dasar proses transformasi di YPU, yakni: lakukan sesuatu dengan tulus, tujuan yang jelas, cara yang cerdas, tindakan nyata dan totalitas. Kelima prinsip itu menjadi semangat YPU dalam menjalani proses pendidikannya.

Segala sesuatu harus dilakukan dengan tulus dan tujuan yang jelas. Tanpa ketulusan dan tujuan yang jelas, kita bisa kehilangan arah. Guna mencapai tujuan diperlukan cara yang cerdas dan tindakan yang nyata. Namun, segala upaya tersebut bisa tidak berarti apa-apa, bila dikerjakan setengah-tengah. Keseluruhan proses pendidikan harus dijalankan dengan semangat totalitas.

YPU, yang didirikan pada tanggal 11 Februari 2011 adalah Yayasan pendidikan yang menaungi Sekolah Prima Unggul. Para siswanya adalah anak-anak panti dari daerah yang secara sosial ekonomi kurang mampu, namun memiliki semangat belajar yang tinggi. Kelak, para siswa ini akan kembali dan membangun daerahnya.

Tahun ini, YPU berusia delapan tahun. Beragam prestasi dan pencapaian yang telah dicapai oleh YPU menjadi keseriusan YPU melaksanakan visinya: “Mewujudkan 10.000 Entrepreneur Baru dan SDM Profesional Lahir dari Keluarga Sederhana dan Panti Asuhan.”

Lahirnya YPU menjadi jawaban dari mimpi Martinus memutus rantai kemiskinan yang menjadi keprihatinannya sejak awal. Pengalamannya bertemu dengan seorang nenek di panti jompo memunculkan kegelisahan tersendiri. Pasalnya, cerita sang nenek yang dengan polosnya mengaku bahwa anak dan cucunya juga tinggal di panti. Jadi, tinggal di panti asuhan seperti sebuah warisan, membentuk lingkaran ketergantungan.

Berangkat dari kegelisahan itulah, Martinus bertekad untuk memutus rantai kemiskinan itu melalui pemberdayaan anak-anak panti, termasuk para pendamping dan pengurusnya. Harapan terbesarnya tentulah bahwa anakanak panti bisa mengubah mindsetnya, dari pola “tangan di bawah” menjadi “tangan di atas”. Anak-anak keluar dari panti harus bisa mandiri dan berdampak bagi orang lain.

Dalam bingkai nasional, kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari banyaknya pengusaha. Saat ini, Indonesia baru memiliki 1,6% pengusaha dari jumlah penduduk Indonesia. Oleh karena itu, diferensiasi YPU yang berfokus hadir sebagai sekolah berbasis kewirausahaan adalah pilihan yang tepat. Pembekalan dan pelatihan jiwa kewirausahaan harus dipupuk sejak dini. Menjadi wirausaha tidak terjadi secara “ujug-ujug” (tiba-tiba).

Buku ini layak dibaca oleh para para pendidik, terutama pengurus, pendamping sekolah-sekolah non-formal, dan para pemerhati pendidikan yang concern menginvestasikan hati dan cintanya pada pertumbuhan peserta didik. Anda juga diundang untuk bisa langsung merasakan langsung proses transformatif anak-anak YPU, di Jl. Pulomas Utara II E, No. 6, Kayu Putih, Jakarta Timur.

Judul : Pendidikan Transformatif – Buah-buah Pendidikan Karakter ala Yayasan Prima Unggul
Penerbit : Kanisius, Yogyakarta, Mei 2019
Tebal : xvi + 104 halm

Yohanes Budi

HIDUP NO.22 2019, 2 Juni 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini