Seribu Lilin untuk Sri Lanka

144
Di pinggir jalan Wisma Mahasiswa Yogyakarta, umat berdoa untuk korban bom Sri Lanka.
[HIDUP/H. Bambang S]

HIDUPKATOLIK.com – Bom bunuh diri di Sri Lanka adalah perbuatan keji yang tidak menghargai Hak Asasi Manusia dan telah mencederai kebebasan beragama.

Ratusan umat lintas iman di Yogyakarta mengadakan doa bersama dalam aksi 1000 lilin untuk korban teror peledakan bom di beberapa gereja dan hotel di Sri Lanka. Acara bertajuk “Pray for Sri Lanka” ini diselenggarakan Organisasi Masyarakat Katolik Yogyakarta bertempat di depan Pusat Pastoral Mahasiswa (Margasiswa), Yogyakarta, Sabtu, 27/4.

Usai Misa yang dipimpin Ketua Komisi Karya Kerasulan Mahasiswa Yogyakarta Pastor Ferdinandus Effendi Kusuma Sunur SJ, umat lintas agama itu berbaris diam sambil membawa lilin. Umat dipimpin pemuka agama masing-masing lalu bergantian berdoa. Dimulai doa secara Hindu, dilanjutkan agama Islam, Kristen, dan terakhir secara Katolik. Doa bersama dan aksi ini ditandai dengan tabur bunga.

Mencederai HAM
Pastor Effendi menyampaikan, ledakan bom yang terjadi di tiga gereja, empat hotel, serta di kawasan perumahan di Sri Lanka bertepatan dengan hari Paskah lalu menelan sekitar 300-an korban jiwa. “Saya pikir apa yang jadi pesan dalam peristiwa ini sangat penting bagi kita umat Kristiani dan manusia ciptaan Tuhan yang penuh kasih,” katanya.

Umat Kristen merayakan semangat Paskah dalam suasana berkabung, itu menurutnya, bukan tanpa makna. Dalam sejarah Kristianitas disebutkan umat Kristen awal sejak mulanya sudah mengalami pertentangan dan penganiayaan. Pastor Effendi melanjutkan, justru Kristianitas itu tumbuh dalam pertentangan dan penganiayaan. “Darah-darah yang tumpah itu menyuburkan, menjadikan Kristianitas tumbuh dan berkembang,” ungkapnya.

Paskah yang dirayakan tidak musti dalam nada gembira, tapi juga bisa dalam kesedihan. Di balik kesedihan, Tuhan telah berjanji akan menghibur dan merajai dengan cinta kasih. Selain itu, tambah Pastor Effendi, Tuhan sendiri yang akan membawa solidaritas bagi umatnya. “Berbahagialah orang yang membawa damai. Paskah kita adalah peristiwa mewartakan Kristus. Salah satu semangat Paskah, kita mewartakan kedamaian yang dibawa Tuhan,” ujarnya.

Kegiatan ini dihadiri organisasi masyarakat Katolik di DI Yogyakarta seperti Ikatan Sarjana Katolik Indonesia, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia, Pemuda Katolik, Forum Masyakarat Katolik Indonesia, Komisi Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan Keuskupan Agung Semarang. Terlihat juga beberapa suster dari beberapa tarekat yang ada di Kevikepan Yogyakarta.

Di tempat lain ratusan warga dari Keuskupan Agung Medan juga menggelar doa bersama untuk korban teror bom saat Hari Paskah di Sri Lanka. Kegiatan yang digelar di Lapangan Merdeka Medan, Rabu, 24/4 ini, dihadiri sejumlah elemen seperti tokoh-tokoh agama, organisasi kemasyarakatan lintas agama, dan organisasi-organisasi adat dari Suku Toba, Karo, dan Simalungun.

Saat membuka acara, Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia Horas Bangso Batak Parulian Tampubolon mengatakan tindakan teror yang terjadi di Sri Lanka merupakan pelanggaran berat Hak Asasi Manusia yang diatur untuk dilindungi oleh semua negara di dunia. “Aksi ini kita lakukan sebagai bentuk keprihatinan kita terhadap teror bom yang terjadi di Sri Lanka. Ini merupakan perbuatan keji yang tidak bisa diterima oleh semua agama,” kata Parulian. Parulian menyesalkan teror yang terjadi dan meminta negara internasional mengusut tuntas pelaku teror sampai ke akar-akarnya.

Yusti H. Wuarmanuk
Laporan: H. Bambang S (Yogyakarta)/Mathias Samosir (Medan)

HIDUP NO.18 2019, 5 Mei 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini