Beata Baudelia Carlota Duque Belloso (1872-1936) : Pendidik yang Setia hingga Mati

470
Beata Baudelia Carlota Duque Belloso.
[madrecarmen.org]

HIDUPKATOLIK.com – Misteri salib dihayati dalam seluruh pergumulan hidupnya. Ia ingin menjadi seperti Bunda Maria yang memasrahkan diri seutuhnya kepada kehendak Allah.

Dalam setahun, ada dua hari yang dianggap penting oleh Baudelia Duque Belloso, yaitu Pegotes dan Paskah. Pegotes adalah sebutan yang dipakai masyarakat Nava del Rey untuk Pesta Maria Dikandung Tanpa Noda setiap tanggal 8 Desember. Di kota kecil dekat Valladolid, Spanyol ini, umat Katolik merayakan pesta ini dengan meriah sepanjang malam. Umat membawa obor atau lilin dan berdoa di sepanjang jalan menuju Gereja St Yohanes Pembaptis di pusat kota.

Tidak ada suara atau kendaraan yang melintasi jalan yang akan dilewati. Anak-anak, dewasa, bahkan orang tua pun terlibat. Mereka memanjatkan doa secara istimewa kepada Bunda Maria yang terberkati. Bagi masyarakat Nava del Rey, Maria adalah model bagi Gereja dan teladan dalam kekudusan.

Pegotes dan Paskah begitu istimewa bagi Baudelia. Bahkan untuk ulang tahunnya sendiri, ia hanya menganggapnya sebagai rangkaian seremonial yang tak berarti. Untuk menyambut Pegotes, ia mengisinya dengan pantang dan puasa. Sejak 5 Desember, ia memulai Triduum Pelepasan Dosa menyambut hari pegotes.

Devosan Sejati
Kedekatan Baudelia pada Bunda Maria bermula pada teladan yang ditanamkan kedua orangtuanya, Julián Duque Zarzuela dan Laureana Cándida Belloso Martínez. Sejak Baudelia kecil, Julian dan Laureana telah menanamkan disiplin hidup rohani yang kuat. Alhasil, Baudelia berkembang dalam kekaguman mendalam pada pribadi Bunda Maria. Ke mana pun ia berada, Baudelia selalu membawa gambar Maria di saku bajunya.

Julián adalah dosen sastra Spanyol di Universitas Spanyol. Kendati begitu, Julián seorang devosian sejati. Ia pengagum berat St Yusuf. Laureana pun sama, sebagai ibu rumah tangga, ia menjadi pribadi yang berperasaan halus. Laureana adalah seorang ibu yang selalu peduli terhadap perkembangan iman enam anaknya. Di gereja, Laureana juga dikenal aktif dalam Kelompok Ibu Pencinta Maria (La Madre Amante de Maria) di Paroki Nava del Rey.

Dengan kedua orangtua yang saleh, Baudelia berkembang menjadi pribadi yang taat dalam iman. Hal ini ia tunjukkan juga saat, ia belajar di sekolah dasar. Di masa-masa ini, selain berdevosi pada Bunda Maria, Baudelia juga tertarik pada “misteri salib”. Sesekali, ia bertanya kepada guru, apa makna salib bagi orang Kristen.

Banyak pengetahuan soal salib diperolehnya. Tetapi ia semakin tertegun ketika jawaban itu didapat dalam Kitab Suci. “Sebab Kristus telah mati untuk segala dosa kita. Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah” (1 Petrus. 3: 18).

Kata-kata Santo Petrus ini menyadarkan Baudelia bahwa ada banyak jalan menghayati misteri salib. Satu jalan yang tidak biasa adalah menjadi biarawati. Ketika keinginan menjadi biarawati disampaikan kepada orang tuanya, Laureana dan Julián, tanpa banyak berpikir, keduanya menyetujui keinginan sang anak.

Hidup Bakti
Tahun 1886, Tarekat Suster-Suster Fransiskanes dari Hati Kudus Yesus (Suore Francescane dei Sacri Cuori/SFSC) mulai membuka karya di Nava del Rey. Beberapa suster dari tarekat itu mulai melayani sebagai perawat di Rumah Sakit St Michele. Setelah kedatangan para suster ini, Baudelia sempat bertemu dengan pendiri tarekat itu, Sr Maria del Monte Carmelo del Bambino Gesù. Setelah perjumpaan itu, Baudelia langsung terkesan pada kelembutan sang pendiri.

Hanya beberapa bulan setelah kedatangan mereka, atas restu sang ibu, Baudelia mulai menjalani masa postulat dalam Tarekat Fransiskanes dari Hati Kudus Yesus di Malaga, Spanyol. Sr Baudelia mengucapkan kaul perdananya pada 20 Februari 1889. Empat tahun kemudian, Sr Baudelia mengucapkan kaul kekal pada 29 Agustus 1893. Dari sini, cita-cita untuk melayani umat semakin nampak. Hidup dan melihat segala sesuatu dengan mata Allah menjadi arah hidup Sr Baudelia.

Sr Baudelia menyadari kehausan besar akan kontemplasi menghantarnya pada pewartaan iman di segala karya pastoral. Hubungan persaudaraan yang diimani Sr Baudelia ini terwujud menerima tugas sebagai pendidik. Sikap berdiri di hadirat Allah diteruskan dalam melayani anak-anak di sekolah.

Berhasil dalam karya di dunia pendidikan, Sr Baudelia lalu diminta untuk melanjutkan studi di bidang spiritualitas di Universitas Barcelona dan lulus pada tahun 1894. Setelah itu, ia ditugaskan sebagai Direktur Sekolah St Angela, Barcelona. Tahun 1897, ia diutus lagi sebagai Direktur di Sekolah Karmelit Antequera.

Kehati-hatian dan ketulusannya menjalankan tugas membuat Sr Baudelia dipilih sebagai Penasihat Umum Kongregasi dalam Kapitel Jenderal di Sevilla. Di tugas terakhir ini, ia menghadapi masalah besar yaitu pecah perang saudara Spanyol pada Juli 1936. Akibat perang saudara ini, banyak gereja tutup. Biara-biara dibubarkan dan banyak biarawati dipaksa pulang ke orangtua atau menikah.

Perang ini tidak saja meletus di tengah kota tetapi sampai ke daerah-daerah termasuk Vilanova Bellpuig, dekat Lerida, Spanyol. Karena perang ini, Sr Baudelia harus terusir dari biara mereka bersama anggota komunitas yang lain. Sebenarnya, ia disambut oleh penduduk desa untuk tetap tinggal bersama mereka. Namun, ia tak ingin menempatkan penduduk desa itu bahaya. Ia lalu berlindung di Barcelona dengan menempati sebuah apartemen di daerah Avenida Diagonal, Barcelona.

Di tempat baru ini, banyak orang tak mengenal Sr Baudelia sebagai seorang biarawati. Pada siang hari, ia menggunakan pakaian biasa, menjelang malam ia mengenakan jubah dan berdoa sepanjang malam untuk perdamaian Spanyol. Begitu rutinitas yang ia lalui hingga suatu ketika ia terlihat sedang berdoa tanpa mengunci pintu apartemen miliknya.

Bukti Salib
Tanggal 11 November 1936, penjaga apartemen mulai menaruh curiga kepadanya. Ketika cukup bukti, penjaga itu melaporkan Sr Baudelia kepada para milisi. Saat itu, Pastor Teodoro Illera del Olmo, berniat membantu Sr Baudelia, tetapi, ia terlambat. Sr Baudelia telanjur ditangkap oleh milisi.

Sr Baudelia tidak sendiri. Di saat yang sama, milisi menangkap Pastor Enrique Sebastiá Bayón. Kedua pelayan Tuhan ini dipaksa meninggalkan imannya agar dapat bebas, tetapi keduanya menolak. Sr Baudelia karena kecantikannya ingin diperistri oleh pemimpin milisi, lagi-lagi dirinya menolak.

Sr Baudelia akhirnya ditembak di kawasan Maritime Casa Antunes, Barcelona pada 14 November 1936. Ia meninggal sebagai martir Kristus yang setia pada salib. Kematiannya membuktikan betapa tulus cita-cita Sr Baudelia untuk setia pada imannya seperti Bunda Maria.

Keuskupan Agung Barcelona memulai proses beatifikasi Sr Baudelia pada 27 Juni 2012. Komisi Penggelaran Kudus Vatikan menyetujui proses ini tetapi validasi atas beatifikasi baru selesai pada 2016. Pada 18 Desember 2017 dalam audiensi bersama Prefek Penggelaran Kudus Vatikan Kardinal Angelo Amato SDB, Paus Fransiskus menyetujui dekrit beatifikasi Sr Baudelia. Ia dibeatifikasi pada 10 November 2018 di Basilika Sagrada Familia, Barcelona bersama 16 martir korban perang saudara di Spanyol.

Yusti H. Wuarmanuk

HIDUP NO.13 2019, 31 Maret 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini