Dari Benih Cabai sampai Benih Iman

244

HIDUPKATOLIK.com – Perjumpaan yang tidak diduga antara Uskup Keuskupan Agung Medan (KAM) Mgr A. G. Pius Datubara OFMCap dengan Fransiskus Hotman Sipayung yang berpapasan dengan putranya Kornelius Sipayung, terjadi di Paroki Seribu Dolog, Medan, Sumatera Utara tahun 1984 silam. Kedatangan ayah dan anak ini ke sana untuk menemui misionaris Belanda Elpisius van Duijnhoven atau sering dipanggil Opung Dolog untuk meminta agar memberkati benih cabai yang sengaja mereka bawa dari rumah. Kala itu Opung Dolog sedang tidak ada di situ. Tanpa tedeng aling-aling Uskup Datubara mengajukan diri untuk memberkati benih cabai itu.

Setelah memberikan berkat dan doa ia mengarahkan pandangannya pada putra Kornelius lalu menanyakan cita-cita bocah itu. Kornelius tidak menjawab karena gugup. Uskup Datubara dengan kehangatan melanjutkan percakapan dengan putra sulung guru agama Katolik itu. “Jadilah pastor nak, ya, biar kelak ada yang menggantikan saya.” Kornelius menjawab dengan satu kata saja, “Ya.”

Pengalaman perjumpaan itu ternyata tidak hanya membawa berkat bagi benih cabai yang mereka bawa tapi juga bagi benih panggilan yang diam-diam tumbuh di dalam diri Kornelius. Ia kemudian masuk SMA Seminari Menengah Pematangsiantar pada tahun 1986. Setamat dari sana, Kornelius memasuki masa Novisiat Kapusin di Prapat tahun 1991-1992. Layar panggilannya terus berkembang hingga ditahbiskan menjadi imam pada 11 Desember 1999.

Ordo Kapusin kemudian mengirimkannya untuk studi Teologi Dogmatik di Universitas Gregoriana, Roma, Italia. Sekembalinya dari Roma, ia mengabdi di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) St Yohanes Pematangsiantar. Tahun 2015, ia diangkat menjadi Minister Provinsial Ordo Kapusin Provinsi Medan, Sumatera Utara. Setelah pengunduran diri Uskup Kesukupan Agung Medan, Mgr Anicetus Bonsu Sinaga OFMCap, pada 8 Desember 2018 di Vatikan, Paus Fransiskus mengumumkan Mgr Kornelius Sipayung OFMCap menjadi Uskup Agung KAM.

Terpilihnya Uskup Kornelius membuat sang ibunda Hongmailim Rosa Purba Tamsar teringat kembali akan ungkapan Uskup Emeritus Datubara puluhan tahun silam. “Saat bapak (suaminya) mengatakan bahwa Uskup Datubara meminta anak saya jadi pastor, sebenarnya sudah terbayang jauh ke depan, dia mungkin saja menggantikannya,” kata ibunda Kornelius. Ia ditahbiskan menjadi Uskup Agung KAM pada 2 Januari 2019 dengan moto Tahbisan Deus Meus et Omnia, Allahku, segalanyaku.

Buku Jangan Memberi Hati Setengah-setengah ini merupakan biografi singkat Mgr Kornelius dan cerita dari orang-orang yang mengenalnya. Kisah-kisah dalam buku ini melukiskan kebersamaan Uskup Kornelius dengan siapapun, mulai dari keluarga, sahabat, para frater, hingga kenalannya. Mulai dari kisah bagaimana ia membentuk kelompok tani, menerbitkan beberapa album lagu hingga bagaimana dirinya berhadapan dengan sakit jantung yang kemudian membawanya pada pengalaman terbebas dari pemasangan ring di jantungnya.

Kisah-kisah yang sederhana di dalam buku ini menggambarkan siapa Uskup Kornelius itu. Di dalamnya dapat ditemui bagaimana Tuhan dengan rencana-Nya memanggil orang-orang yang sederhana. Kedekatan, kehangatan dan pelayanannya dengan sepenuh hati menunjukkan kualitas pribadinya sebagai seorang gembala yang terus bersandar pada Kristus. Sebagaimana goresan Uskup Kornelius sendiri, “Dengan seindah hati harus kukatakan bahwa kekuatan Kristuslah yang memampukan saya mempunyai kualitas imamat dan manusiawi demikian.”

Judul : Jangan Memberi Hati Setengah-setengah
Pengarang : Jepri Simarmata, Andi Hotmartuah, Simon Saragih
Penerbit : PT. Bina Media Perintis, 2019
Tebal : xvii+177 halaman

Willy Matrona

HIDUP NO.12 2019, 24 Maret 2019

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini