YUBILEUM UNTUK DIAKON PERMANEN

309
Diakon Bill Reichmuth yang sering bertugas di Basilika Karmel California membagikan komuni kepada umat.
[vaticanradio.com]

HIDUPKATOLIK.comDi hadapan ribuan diakon permanen yang berkumpul di Lapangan St Petrus, Bapa Suci mengajak mereka untuk melayani dengan murah hati seperti Yesus, Sang Hamba Sejati.

PAUS Fransiskus menegaskan, menjadi pelayan tak lain adalah menjadi hamba. Seorang hamba harus belajar “lupa diri”, melepaskan semua keinginan sendiri, lalu bergerak melayani sesama yang membutuhkan. Semangat hamba, kata Bapa Suci, adalah semangat rendah hati. Artinya, menempatkan kehidupan orang lain di atas kebutuhan pribadi dan keluarga.

Hamba Murah Hati
Bapa Suci merayakan Yubileum bagi Diakon Permanen dengan menggelar pertemuan bersama para diakon permanen dari keuskupan-keuskupan di Italia maupun seluruh dunia. Pertemuan dihelat di Vatikan, Jumat-Minggu, 27-29/5. Pertemuan tiga hari itu menandai rangkaian perayaan Tahun Suci Kerahiman Allah, terutama bagi para diakon permanen, seperti dilansir CNA 29/5.

Dalam pesannya, Paus mengajak para diakon untuk menjadi “baik dan setia”. Hal ini menjadi syarat utama seorang diakon permanen. Kasih dan kesetiaan harus menjiwai hati seorang pelayan. “Menjadi pelayan berarti siap menghadapi semua gejolak yang tak terduga, bahkan menerima saudara-saudari yang jauh dari Allah,” ungkap Bapa Suci.

Menurut Bapa Suci, seorang hamba yang benar selalu melatih diri tiap hari untuk bermurah hati. Hamba mesti sadar bahwa hidupnya diberikan sebagai pelayanan bagi orang lain agar gema Kerajaan Allah semakin nyata di dunia. “Hal ini menyakitkan, tapi itulah wujud semangat sebagai hamba seperti ajaran Kristus kepada umat-Nya,” jelas Paus.

Paus Fransiskus juga menyadari masih sedikit diakon yang mau menjadi hamba. Banyak diakon mengabaikan semangat dasar ini. Dalam tiap pelayanan, masih ada diakon yang mementingkan diri dan bersikap cuek kepada sesama. Bahkan ada diakon yang suka memamerkan kekudusan lahiriah agar dilihat, ketimbang kekudusan batiniah.

Panggilan Tuhan
Pada hari kedua pertemuan bertema “Kemurahan Hati, Promosi Evangelisasi Baru” ini, para diakon bersama keluarga yang dibagi dalam kelompok bahasa yang berbeda melakukan ziarah melalui Pintu Suci di Basilika St Petrus. Setelah itu, mereka mengunjungi paroki-paroki Italia yang memiliki Pintu Kerahiman untuk mengadakan Adorasi Ekaristi dan pengakuan dosa.

Dalam penutup khotbahnya, Paus menegaskan, istilah “Rasul dan Hamba” yang tak pernah terpisahkan. Kedua hal ini seperti dua sisi medali yang berbeda, tapi tak bisa dipisahkan. Seorang diakon dipanggil sebagai rasul sekaligus hamba sebagaimana Yesus datang bukan untuk dilayani tetapi melayani.

Sebagai contoh, Bapa Suci menunjukkan sosok perwira yang meminta Yesus menyembuhkan anaknya dalam Injil Lukas 7:10. Perwira itu, kata Bapa Suci, adalah sosok diakon sejati. Ia tidak saja menjadi rasul, tapi juga hamba yang rendah hati. Ia cukup mendengarkan satu ucapan Yesus saja dan percaya anaknya sembuh. “Dia sederhana. Dia bertindak seperti Allah yang lemah lembut dan rendah hati,” tutup Bapa Suci.

Yusti H. Wuarmanuk

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini