AKBP Faisal Florentinus Napitupulu : Tegas Berantas Kejahatan

1308
AKBP Faisal Florentinus Napitupulu.
[NN/Dok.Pribadi]

HIDUPKATOLIK.com – Kepada para anggota, Faisal selalu menekankan agar memposisikan diri sebagai korban yang selalu mengharapkan kepastian dari Kepolisian.

Pertengahan tahun 2018 lalu, AKBP Faisal Florentinus Napitupulu memimpin tim gabungan Kepolisian Resor Nias Selatan, Sumatera Utara untuk menemukan satu hektare ladang ganja. Setelah menyusuri beberapa wilayah, tim berhasil menemukan hamparan pohon ganja di area perbukitan di Desa Hilinamozaua Raya, Onolalu.

Area hutan di Nias Selatan yang cukup luas cukup tersembunyi hingga dapat ditanami ganja. Untuk mengelabuhi polisi, “barang haram” itu ditanam di antara tanaman cabai dan jagung. Tidak hanya itu, di beberapa tempat pelaku menanam ranjau paku di sekitar lokasi kebun. Dua personel polisi terluka akibat ranjau tersebut.

Sebagai Kapolres, Faisal berkomitmen terus melakukan penyisiran di areal hutan. Baginya tak ada toleransi bagi peredaran narkoba di wilayah operasinya. Meski berhadapan dengan aneka bahaya selama menjalankan tugasnya, ia tak mau berhenti memberantas narkoba di wilayah Nias Selatan.

Berantas Preman
Sebelum menjabat Kapolres Nias Selatan, Faisal dipercaya menjadi Kasubdit III Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumatera Utara. Dalam jabatan ini, ia sekaligus memimpin tim khusus anti bandit (TEKAB) yang berjuluk “Tengkorak Mata Merah”. Ia dikenal tegas dan tak gentar dalam memberantas premanisme.

Subdirektorat yang Faisal pimpin merupakan satuan yang bertugas menindak pidana umum terkait penganiayaan, pencurian, perampokan, perusakan barang, dan kejahatan jalanan. Faisal sempat mendapat sorotan publik saat berhasil menangkap Andi Lala, pelaku pembunuhan satu keluarga di Medan. Faisal berhasil meringkus Andi bersama beberapa kopmplotannya. Butuh enam hari bagi Faisal untuk menangkap Andi. “Kami harus terus memantau pergerakan tersangka sambil menganalisa apa yang harus kami lakukan,” kisahnya.

Terungkapnya kasus pembunuhan sekeluarga ini diapresiasi Kapolri, Jenderal Tito Karnavian. Faisal dan TEKAB pun mendapat penghargaan. Menurut Faisal, untuk mengungkap sebuah kasus, naluri serse seorang polisi harus kuat. Selain itu, diperlukan ketenangan, keseriusan, keuletan, dan kemampuan menganalisa suatu perkara.

Beberapa waktu di Medan, Faisal juga mencermati bahwa Medan merupakan salah satu kota yang paling tidak aman di Indonesia. Medan termasuk kota yang rawan akan tindak kejahatan. Saat menjabat sebagai Kepala Satuan Intelijen Keamanan (Intelkam) Polresta Medan, Faisal menjadi orang pertama pemberi informasi kepada pucuk pimpinan di Polresta Medan. Baginya, tugas itu merupakan tanggung jawab berat. Namun, tak sedikitpun ia terbebani dan menyerah.

Setiap tugas bagi Faisal adalah tantangan yang harus dihadapi demi meniti karier di institusi Kepolisian. Di kesatuan Intelkam yang terutama diperlukan adalah informasi. Setiap informasi ini berpengaruh bagi keamanan di Kota Medan. Dalam tugas ini, ia mengakui perlunya kerja sama dengan seluruh elemen masyarakat. “Kerja sama akan mewujudkan terjalinnya kepercayaan, akan muncul rasa cinta masyarakat terhadap Polri,” ujar Faisal.

Faisal mengakui, dalam setiap tugas ia berusaha menyentuh psikologis masyarakat. Ia memposisikan diri bukan hanya sebagai anggota Polri, tetapi harus bisa memposisikan diri sebagai masyarakat. Misalnya, untuk mengamankan sebuah unjuk rasa, ia berusaha mendekati dan mengajak para demonstran untuk memiliki satu pola pikir yang baik. Dengan begitu, aspirasi mereka tetap tercapai tanpa harus bertindak anarkis.

Awalnya Tidak Ingin
Faisal awalnya tidak bercita-cita menjadi polisi. Hingga duduk di bangku SMA, niat tersebut pun belum juga muncul. Akan tetapi, terlahir dari ayah yang seorang prajurit akhirnya menginspirasi untuk berseragam aparat. Usai menjalani pendidikan di Akademi Kepolisan Semarang, ia ditempatkan di Polda Kalimantan Timur.

Tahun 2006, Faisal menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian. Setelahnya, ia ditugaskan di wilayah hukum Polda Sumatera Utara. Selama kariernya, ia pernah dipercaya sebagai Kapolsek Helvetia dan Sunggal, Medan. Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Satuan Intelijen dan Keamanan Poltabes Medan.

Setelah sekian lama menjalani panggilan hidup ini, Faisal menyadari pentingnya memposisikan diri sebagai korban. Baginya, korban selalu mengharapkan kepastian dari kepolisian. Hal ini juga yang selalu ia tanamkan kepada setiap anak buahnya.

Di lapangan, ia seringkali menghadapi kesulitan dalam mengungkap sebuah kasus dikarenakan minimnya informasi dan bukti. Suatu kali terjadi penjambretan karyawati sebuah toko roti. Korban tak mengenali tersangka namun mengenali sepeda motornya. Berkat kerja keras Faisal dan tim, kasus-kasus itu dapat dituntaskan. “Intinya, begitu mentok jangan pulang! Harus gigih dan ikhlas terhadap tugas yang sedang dihadapi, pasti Yang Maha Kuasa akan memberikan petunjuk-petunjuk yang membantu untuk suatu pengungkapan.”

Bungsu dari enam bersaudara ini mempunyai motto, “saya bukan yang terbaik, tapi saya akan berbuat yang terbaik dalam melaksanakan tugas saya”. Faisal selalu meminta petunjuk Tuhan dan restu istri sebelum menjalankan tugasnya mengungkap sejumlah kasus. “Setiap berangkat tugas untuk suatu penangkapan, saya pasti pamit dulu sama istri. Itu sudah prosedur tetap, apalagi untuk kasus menonjol, pasti saya minta didoakan,” ujarnya.

Faisal mengaku, ia selalu merasa rindu kepada anak dan istri saat bertugas di luar daerah. Terkadang, ia harus meninggalkan keluarga demi panggilan tugas. Untuk mengobati kerinduan itu, ia selalu memanfaatkan waktu luang dengan membawa keluarga makan dan ke bioskop. “Seringkali, saat kami sedang berkumpul, tiba-tiba ada panggilan tugas. Beruntung saya punya keluarga yang pengertian. Kadang anak yang protes,” kata Faisal.

Tak ada pencapaian yang tidak berasal dari berkat Tuhan. Begitu keyakinan yang selalu dipegang Faisal. Dalam kedinasan, ia percaya Tuhan memberikan kepercayaan kepadanya untuk melayani melalui institusi Polri. “Tuhan juga memberikan dukungan kepada saya melalui orangtua dan keluarga yang selalu ada, setia mendukung saya. Tanpa itu, saya bukanlah apa-apa.”

AKBP Faisal Florentinus Napitupulu, SIK, MH

Lahir : Jakarta, 22 Februari 1978
Istri : Dodot Mayasari Sihombing
Anak : Felicia R. C. br Napitupulu, Fiona C. br Napitupulu, Darren V. M. Napitupulu, Felove Scholastika br Napitupulu

Pendidikan :
• SMP Ign. Slamet Riyadi Jakarta (1990-1993)
• SMAN 14 Jakarta (1993-1996)
• Akademi Kepolisian Semarang (1996-1999)
• Pendidikan Kejuruan Dasar Perwira Intelijen (2001)
• Kibi Akademi Kepolisian (2002)
• Pendidikan Kejuruan Lanjutan Perwira Intelijen (2003)
• Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta (2007)
• Magister Hukum Universitas Sumatera Utara (2009-2012)
• Sekolah Pimpinan Menengah POLRI (2014)

Jabatan :
Kapolres Nias Selatan, Polda Sumatera Utara (2017-sekarang)

Penghargaan :
• Satya Lencana Kesetiaan 8 Tahun
• Satya Lencana Kesetiaan 16 Tahun
• Certification Appreciation Investigation Bureau Police Agency

Fr. Yogie Benediktus Wandono, SCJ

HIDUP NO.11 2019, 17 Maret 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini