Terimalah, Lakukanlah

974
[excatholicsforchrist.com]

HIDUPKATOLIK.com – Para pesulap punya mantra. Salah satu yang terkenal adalah ”hocus pocus” dari awal abad ke-17. Maknanya setara dengan simsalabim dan abrakadabra. Maka, berubahlah seutas tali menjadi merpati, atau rangkaian pita menjadi sekuntum bunga.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa hocus pocus itu diambil dari ucapan Yesus: ”Hoc est Corpus meum” (Latin: Inilah Tubuh-Ku). Dipersingkat dengan unsur bunyi yang mirip. Konon itu merupakan sindiran dari kelompok tertentu yang tak mempercayai perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Mereka tidak mengimani kehadiran nyata Kristus yang terjadi saat konsekrasi dalam Misa.

Kisah penetapan
Konsekrasi dan Kisah Institusi adalah dua istilah yang sering dimengerti sama. Namun, secara umum pemakaian ”konsekrasi” lebih luas dan dikaitkan dengan peran Roh Kudus. Dalam Doa Syukur Agung (DSA), keduanya menunjuk pada hal yang sama: “Dalam bagian ini kata-kata dan tindakan Kristus sendiri diulangi, dan dengan demikian dilangsungkan kurban yang diadakan oleh Kristus sendiri dalam Perjamuan Malam Terakhir. Di situ Kristus mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur, dan memberikannya kepada para rasul untuk dimakan dan diminum, lalu mengamanatkan kepada mereka supaya merayakan misteri itu terus-menerus” (PUMR 79, d).

Kisah Institusi adalah cuplikan cerita penetapan Sakramen Ekaristi oleh Yesus berdasarkan KS Perjanjian Baru. Datanya dari Surat Paulus dan tiga Injil Sinoptik (1 Kor 11:23-26, Mat 26:26-29, Mrk 14:22-25, Luk 22:15-20). Dengan cara penceritaan yang agak berbeda, keempat sumber itu memberi gambaran tentang ucapan dan tindakan Yesus Kristus (ipsissima verba et facta Christi) ketika mengadakan Perjamuan Malam Terakhir bersama para Rasul.

Berdasarkan data biblis itu Gereja menetapkan Kisah Institusi sebagai bagian penting dan inti dalam Misa. Oleh karena pertimbangan pastoral dan demi kelancaran konselebrasi, Paus Paulus VI dalam Konstitusi Apostolik tentang Missale Romanum menyatakan pula bahwa Kisah Institusi dalam semua DSA harus satu dan sama. Rumus untuk roti: “Terimalah dan makanlah: Inilah Tubuh-Ku, yang diserahkan bagimu”. Dan untuk piala: “Terimalah dan minumlah: Inilah piala Darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku”.

Kehadiran nyata
Yesus hadir secara nyata dalam Misa. Kehadiran-Nya bukan secara fisik manusiawi, namun secara sakramental dalam rupa roti dan anggur. Kedua rupa itu adalah tanda lahiriah yang melambangkan Tubuh dan Darah Kristus. Keduanya secara material tidak berbeda, namun secara substansial atau hakiki telah berubah melalui konsekrasi (transubstansiasi).

Pengucapan kata-kata Yesus atas bahan persembahan merupakan ekspresi iman Gereja akan kehadiran nyata (realis praesentia) Yesus. Gereja mengimani apa yang pernah diajarkan-Nya (Yoh 6:54-55): “Siapa saja yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman”. Gereja pun tak pernah berhenti melakukan tindakan persatuan dengan Kristus itu.

Ucapan Yesus tak hanya menunjukkan “Inilah Tubuh/Darah-Ku”, tapi juga apa yang akan terjadi selanjutnya: “yang diserahkan/ditumpahkan bagimu”. Ada unsur pengurbanan dalam pengenangan perjamuan Kristus. Secara historis, ucapan itu semacam antisipasi bagi kesengsaraan dan wafat-Nya di kayu Salib. Itulah saat Ia memberikan diri seutuhnya, yang juga Ia amanatkan kepada para pengikut-Nya. Maka, perintah “Lakukanlah” bukan untuk hadir dan merayakan Ekaristi saja, tapi juga untuk hadir di tengah dunia yang menanti keterlibatan nyata kita: mau mencintai sesama sehabis-habisnya.

Christophorus H. Suryanugraha OSC

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini