Mengapa Merawat Jenazah

1688

HIDUPKATOLIK.com – Belakangan ini di sejumlah paroki di Keuskupan Agug Jakarta (KAJ) misalnya diselenggarakan seminar dan latihan perawatan jenazah. Tak diduga, acara ini cukup diminati pengurus-pengurus lingkungan dengan mengirim perwakilan. Tujuannya jelas, agar di setiap lingkungan ada orang yang terampil dalam memberikan perawatan terhadap jenazah di lingkungan masing-masing jika ada orang yang meninggal dunia.

Harus diakui, merawat jenazah mulai dari mamandikan hingga menaruhnya di peti jenazah bukanlah pekerjan atau hal yang mudah. Tidak semua orang punya kemampuan (baca: kesiapan batin) untuk melakukannya. Ada langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang musti dimengerti oleh setiap orang yang mengerjakannya. Yang bersangkutan tak hanya berhadapan dengan jenazah tetapi juga anggota keluarga yang berduka. Mereka pun menjadi bagian dari ‘perawatan’ jenazah dengan memberikan pendampingan rohani. Ketika, jenazah sudah dimandikan dengan semestinya, diberikan pakaian yang pantas (tidak berlebihan), dirias sedemikian rupa, barulah jenazah dimasukkan ke dalam peti. Dalam kebudayaan daerah tertentu, diadakan upacara adat sebelum dilanjutkan dengan ibadat atau doa menurut tata cara Gereja Katolik.

Bagi kita, orang Katolik, jenazah orang meninggal harus dihormati dan dimuliakan, termasuk jikalau jenazah (tubuh) dikremasi, tidak begitu saja ditabur di laut. Dalam Perjanjian Baru, kepada umat di Roma, Rasul Paulus berkata, “Dan, jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya yang diam di dalam kamu” (Roma 8:11), Lihat pula pada Kolese 3: 3-4; Korintus 15:19-21; Yohanes 11:25.

Katekismus Gereja Katolik atikel 1016 mengatakan demikian: “Oleh kamatian, jiwa dipisahkan dari badan; tetapi dalam kabangkitan, Allah memberi kehidupan abadi kepada badan yang telah diubah, dengan mempersatukannya kembali dengan jiwa kita. Seperti Kristus telah bangkit dan hidup untuk selamanya, demikian juga kita semua akan bangkit pada hari kimat”. Seperti apakah badan/tubuh yang telah diubah tersebut, kita tidak dapat bayangkan. Namun, dalam “Kredo” kita menegaskan iman kita dengan mengakui, “Aku percaya akan kebangkitan badan, kehidupan yang kekal.” Lagi-lagi, Rasul Paulus mengatakan, “Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya: Ia memberikan kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri. … Ada tubuh surgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi (Lihat lengkap dalam 1 Kor 15:35-54).

Setiap kali kita mengenangkan kisah sengsara Kristus pada Hari Jumat Agung, kita merenungkan ayat ini: “Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat” (Yoh.19: 40).

HIDUP NO.15 2019, 14 April 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini