Tidak Bersyukur

166

HIDUPKATOLIK.comPekan II Prapaskah; Kej 37:3-4,12-13a,-17b-28; Mzm 105; Mat 21:33-43,45-46

PERJANJIAN Lama dan Perjanjian Baru memuat banyak kisah tentang iri hati yang merusak hidup manusia. Kain iri hati pada Habel lalu membunuhnya. Yakub iri hati pada Esau dan menipunya. Herodes terancam oleh teguran Yohanes lalu memenggal kepalanya.

Para pemimpin agama iri hati kepada Yesus dan menyalibkan Dia. Iri hati yang nampaknya sepele dapat melahirkan dosa besar yaitu membunuh. Iri hati sering muncul secara spontan tanpa perlu dipelajari. Sementara untuk menjadi orang baik, kita perlu belajar seumur hidup.

Iri hati berasal dari sikap tidak bersyukur atas apa yang baik di dalam diri sendiri.  Ia tenggelam dalam kesibukan membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Saudara-saudara Yusuf iri hati karena sang ayah lebih mengasihi Yusuf dan memberikan jubah maha indah kepada nya.

Keuntungan apa yang diperoleh dari iri hati? Tidak ada, hanya penderitaan berat. Kerajaan Allah terampas dari hati yang penuh dengki. Namun, Allah tidak pernah gagal menolong ciptaan-Nya.

Meskipun Yesus menderita dan wafat di kayu salib akibat penolakan serta sikap dengki para pemuka agama, Allah membangkitkan-Nya untuk mengalahkan dosa dan
maut.

Kita diikutsertakan dalam derita, wafat dan kebangkitan Yesus, supaya dapat mengatasi iri hati yang bersarang di hati.

 

Monica Maria Meifung
Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini