Dicap Pembawa Sial

1852
[thespruce.com]

HIDUPKATOLIK.com – Romo Erwin yang baik, saya seorang ibu rumah tangga biasa. Usia saya 29 tahun. Saat ini, saya membuka toko kecil di rumah. Suami saya mendukung saya melakukan semua ini, karena dapat mendampingi kedua anak kami yang masih balita di rumah. Saya akui, dulu saya seorang perempuan yang bebas bergaul. Anak pertama kami saya kandung karena hubungan di luar nikah saya dan suami kala itu. Tapi, sejauh ini lima tahun usia perkawinan kami baik-baik saja. Mertua sangat membenci saya dan selalu mengatakan bahwa saya sumber sial keluarganya. Hubungan suami tidak baik dengan orangtuanya dan kehidupan kami memang biasa saja, tak kurang tapi tidak kaya. Apakah saya memang sumber sial, Romo. Saya sudah bertobat sejak menikah.

Anast, Jakarta Selatan.

Anast yang baik, terima kasih untuk pertanyaanmu. Saya jadi teringat peristiwa Yesus yang mengampuni seorang perempuan yang kedapatan berzinah. Kata-kata-Nya sangat menyentuh dan menginspirasi kita semua, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (Yoh. 8:7). Yesus menegaskan kepada kita semua, tak ada satupun manusia di dunia ini yang bebas dari dosa.

Saya percaya, Anda sangat mencintai keluarga Anda. Masa lalu buat Anda adalah suatu peringatan bahwa kesenangan tak selalu membawa kepuasan, melainkan rasa bersalah yang terus menerus mengganggu Anda. Semoga Anda sudah selesai belajar dari masa lalu Anda yang disesali itu. Anda berhasil mengalahkan kecenderungan berdosa dan menjadi istri dan ibu yang baik dalam keluarga kecil yang Anda bina bersama suami.

Dengan pernyataan dari Tuhan Yesus itu, pandangan tentang “membawa sial” lebih mudah dijawab dan direnungkan. Apa yang membawa sial? Siapa yang membawa sial? Apakah Tuhan membuat orang menjadi sumber sial? Seberapa jauh Tuhan menghukum sehingga seluruh keluarga harus menanggung sesuatu yang sudah lama disesali?

Pembawa hal yang tidak baik adalah kekerasan hati dan sikap tegar tengkuk tak mau menghindari dosa. Rancangan Tuhan adalah keselamatan. Ia ingin kita meninggalkan dosa agar mendekati rancangan keselamatan itu. “Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada Tuhan, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.” (Yes. 55:7).

Jika Anda sendiri memandang rendah diri Anda, memang Anda akan jadi mudah terpuruk dan (barangkali) bisa kembali ke kebiasaan lama karena perasaan bersalah itu. Nyatanya Anda banyak melakukan hal-hal baik. Jika Anda menjadi istri dan ibu yang baik, apa kurangnya? Jika Anda memfokuskan diri pada masa kini, apa lagi yang harus disesali?

Tuhan itu panjang sabar dan besar kasih setia-Nya (bdk.Mzm.145:8). Jawaban dari firman Tuhan ini cukuplah untuk membesarkan hati kita yang khawatir. Tuhan melihat hati kita yang mau bertobat dan sudah melakukan pertobatan itu secara setia. Sekarang ini, menurut saya, Anda dapat terus melakukan pertobatan dengan menjaga anak-anak Anda dengan kasih sayang dan perhatian yang tak terpecah. Kasihi mereka dan jangan tinggalkan mereka selama masa pertumbuhan.

Lebih penting lagi adalah menjamin hidup bersama antara Anda dengan suami yang penuh dengan kasih sayang. Anda harus bersyukur karena suami Anda tak menyalahkan atau bahkan ikut-ikutan suara orangtuanya. Berilah perhatian penuh kepada suami dan berikanlah pelayanan yang wajar bagi suami agar Anda menjamin intimasi dan perasaan diterima, dihargai, diperhatikan, dinomorsatukan, dan akhirnya dibawa kepada Tuhan.

Buktikan kepada mertua Anda bahwa sekarang ini Anda selalu sadar akan perlunya pertobatan yang penuh. Masa muda telah berlalu, sekarang Anda dan suami serta anak-anak harus mengalami berkat Tuhan melalui cara hidup sehari-hari yang baik. Niscaya itu menjauhkan Anda dari kata “sial” atau “membawa sial” yang dituduhkan kepada Anda. Jangan menilai keberuntungan hanya dari kekayaan materi saja. Tuhan memberkati Anda sekeluarga.

Alexander Erwin Santoso MSF

HIDUP NO.07 2019, 17 Februari 2019

1 KOMENTAR

  1. Maaf tapi susah untuk d melupakan. Kata kata yg buruk yg keluar dari mulut orang tua sendiri. Sampai sampai aq. Jdi orang yg punya hati karna sebutan anak pembawa sial dari orang tua tidak bisa lupa begitu saja.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini