Merenungkan Diri

152

HIDUPKATOLIK.com – Hari biasa Pekan I Prapaskah. Yeh. 18:21-28; Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Mat. 5:20-26

MELALUI sebuah uraian yang lumayan panjang, Nabi Yehezkiel mau menyampaikan tiga kenyataan tentang manusia yang saling berkaitan. Pertama, manusia ternyata mempunyai kemungkinan untuk berubah. Orang baik bisa kemudian menjadi jahat.

Tetapi sebaliknya, orang jahat pun tidak harus selamanya menjadi jahat. Ia bisa saja berubah menjadi baik. Tentu saja selama ia masih hidup. Ini mengandaikan bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri.

Kedua, manusia akan menuai hasil pekerjaannya. Cepat atau lambat. Ini tidak bisa diwakilkan, dan tidak bersifat komunal. Yang berbuat, yang bertanggungjawab! Tidak bisa terjadi “ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu” (bdk. Yer 31,29).

Yang ketiga, Allah itu adil, tetapi sebenarnya Ia tidak ingin melihat kematian manusia. Keadilan Allah membuat Ia mesti menghukum orang yang berbuat kejahatan. Tetapi sebenarnya Ia lebih menginginkan manusia itu hidup atau tidak dihukum.

Kalau demikian, maka tidak ada lain yang harus dibuat: supaya Allah tidak melihat kematian seseorang, maka manusia mesti berani berjuang untuk bertobat, berjuang keras untuk beralih dari kejahatan menuju kebaikan.

“Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!” (ay. 32). Lalu? Masa Prapaskah kiranya menjadi kesempatan baik untuk merenungkan diri kita: ke mana kita mau menuju dan apa yang mau kita perbuat?

 

Pastor Dr. V. Indra Sanjaya
Dosen Kitab Suci Pasca Sarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

HIDUP NO.10 2019, 10 Maret 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini