HIDUPKATOLIK.com – DALAM Kitab Suci, wahyu Allah sering disampaikan melalui mimpi. Dari sini, dapat dipahami bahwa mimpi sebenarnya sebuah keinginan, cita-cita, angan-angan, kerinduan Allah, kehendak Allah yang ingin diwujudkanNya.
Manusia dihadirkan sebagai sarana Allah. Mimpi atau penglihatan adalah penghubung antara Allah dan umat-Nya. Demikian Mgr Yohanes Harun Yuwono saat memberikan pembekalan dalam pertemuan Komisi Hubungan Antar-Agama dan Kepercayaan (HAAK) Regio Jawa di Wisma Guadalupe, Jakarta Timur, 9/2.
Mimpi bukan sekadar kembang tidur tetapi sebagai wahyu Allah. Bahkan orang yang berjaga pun bermimpi. Mgr Harun mengatakan, mimpi saat berjaga ini berisi cita-cita, harapan, atau visi hidup. Hal ini juga berarti angan-angan atau kerinduan mengenai masa depan yang lebih baik.
Lebih jauh, Mgr Harun mengungkapkan, bahwa dalam situasi Indonesia saat ini, dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki mimpi untuk menjadikan bangsa ini lebih baik. “Seorang pemimpin, haruslah juga seorang pemimpi,” ujar ketua Komisi HAAK Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) ini.
Dalam konteks kehidupan beragama, Indonesia mengakui ada enam agama resmi. Namun, lanjut Mgr Harun, masih ada banyak kelompok kepercayaan lain yang belum diakui dan kelompok-kelompok itu juga memiliki mimpi untuk diakui.
Ia mengatakan, bisa jadi bahwa mimpi mereka tentang Pancasila, bhinneka tunggal ika, NKRI, juga merupakan mimpi dan harapan Allah sendiri bagi Indonesia dan bahkan bagi dunia. “Indonesia sudah lama menjadi kiblat kerukunan, kalau kita tetap rukun, mungkin ini sumbangan dari kita bagi dunia,” tuturnya.
Pertemuan Komisi HAAK Regio Jawa ini merupakan agenda dua tahunan yang rutin diadakan sebagai wadah kerjasama bagi Komisi HAAK di seluruh keuskupan di Pulau Jawa. Pastor Antonius Suyadi menjelaskan, pada tahun ini secara kebetulan pertemuan diadakan menjelang Pemilihan Umum 2019.
Ia mengatakan, dalam konteks ini, pemimpin agama berperan penting dalam menjaga situasi yang kondusif di dalam masyarakat. Pada momen Pemilu ini, Pastor Suyadi mengungkapkan, bahwa hal terpenting yang harus dilakukan baik oleh tokoh agama maupun umat adalah tetap memperkokoh tali silaturahmi.
Selain itu, penting untuk terus melawan adanya berita-berita hoaks yang pada saat ini semakin banyak bermunculan. “Kita tetap harus mengedepankan pendekatan,” tegas ketua Komisi HAAK Keuskupan Agung Jakarta ini.
Pastor Agustinus Heri Wibowo pada kesempatan ini juga menyampaikan program-program Komisi HAK KWI. Ia menegaskan, semua program dijalankan untuk mencapai tujuan akhir membangun persaudaraan sejati. Untuk semakin memahami kondisi aktual menjelang Pemilu, pada kesempatan ini juga diundang pengamat politik Yunarto Wijaya dan Burhanudin Muhtadi.
Keduanya berbicara mengenai perkembangan terkini menjelang Pemilihan Presiden dan Legislatif 2019. Keduanya sepakat bahwa tokoh agama sangat berperan dalam menjaga kerukunan.
Antonius E. Sugiyanto
HIDUP NO.7 2019, 17 Februari 2019