Berprestasi untuk Melayani

661
Mgr Ignatius Suharyo (tengah) dalam Misa Syukur Perayaan 160 Tahun St Ursula Jakarta untuk Indonesia dengan sub tema ‘Biji itu telah tumbuh, menjadi pohon, dan berbuah’. [HIDUP/ JR Nugroho]

HIDUPKATOLIK.COM –  Kiprah St Ursula Jalan Pos telah menghasilkan buah-buah bermutu tidak hanya di bidang akademik juga spiritual. Buah 160 tahun ini kini dinikmati oleh Gereja dan bangsa.

LANGKAH demi langkah menapaki anak tangga menjadi lambang perjalanan rohani yang dihayati oleh Santa Angela Merici. Baginya, tak akan ada suatu keberhasilan yang dijalankan dengan loncatan, tetapi dengan setia menapaki anak tangga demi anak tangga walaupun tertatih. Semangat ini pula yang tercermin dalam perjalanan sekolah Santa Ursula (Sanur) Jalan Pos, Jakarta Pusat, hingga menjadi salah satu sekolah Katolik terbaik di bumi Nusantara. Pada zamannya, St Angela dikenal sebagai seorang yang berpandang jauh ke depan dan berani. Wawasan yang luas ini ia dapatkan melalui teladan keteguhan Santa Ursula yang berani memperjuangkan keinginannya untuk mengembangkan diri.

Berawal dari sana terbit inspirasi untuk memperjuangkan kemajuan perempuan melalui pendidikan. Dalam wasiat terakhirnya ia pun mewajibkan persekutuan Kompani Santa Ursula untuk membuat perubahan aturan dan karya sesuai dengan kebutuhan zaman.

Wasiat ini pun menjadi cikal bakal visi misi seluruh sekolah Ursulin di seluruh dunia. Perubahan dunia ini pun ditangkap oleh para alumni dan yayasan. Dewasa ini, dunia disibukkan dengan dampak dari dunia digital yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan.

Kesadaran pengaruh media sosial bermula dari kisah musim semi Arab di penghujung tahun 2010. Cuitan salah satu pedagang Tunisia di Twitter sontak menimbulkan kebangkitan masyarakat hingga memberikan efek domino sosial politik di Timur Tengah.

Tidak hanya itu, pelbagai ujaran kebencian dan berita palsu yang banyak berseliweran dikalangan masyarakat turut menimbulkan keresahan dan kecurigaan sosial. Kini jika dicermati, pemain aktif dunia maya tidak hanya orang dewasa, tetapi juga remaja akil balig.

Kondisi demikian membawa para alumni kepada keprihatinan untuk membekali para perempuan tingkat SMA Santa Ursula agar mendapatkan pembekalan melalui seminar ‘Perempuan dan media sosial’ yang diadakan pada bulan Desember lalu.

Ketua acara perayaan 160 Tahun St Ursula, Fika Rosemary berujar, “diharapkan dengan seminar ini adik-adik kami dapat bijak bermedia sosial dan tidak meninggalkan jejak digital yang memperkeruh situasi bangsa.”

Guna menambah semangat para murid dalam rangkaian tiga hari acara peringatan 160 Tahun Sanur, pada hari kedua, Sabtu (19/1) diluncurkan buku ‘Sukacita dalam Berkarya”. Buku ini selain menjadi memoribilia, juga lecutan inspiratif bagi para siswa yang sedang mengenyam ilmu di sekolah bimbingan Ordo Serikat Ursulin (OSU) ini. 

Terdapat 16 Sanurian inspiratif yang telah memberikan sumbangsih bagi Gereja dan negara di bidangnya masing-masing. Nama seperti Meutia Hatta Swasono sebagai Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan di era Kabinet Indonesia Bersatu turut menjadi sumber tokoh inspirasi alumni Sanur. 

Namun, di tengah taburan bintang yang telah dicetak oleh sekolah yang memegang teguh motto ‘Soli Deo Gloria’ (hanya demi Kemuliaan Tuhan) ini, segenap sivitas akademika Sanur tidak pernah melupakan nilai ‘Serviam’ (Aku mengabdi). Nilai ini merepresentasikan ketulusan dan harapan untuk berkarya dengan semangat melayani sepanjang kehidupan.

Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo juga membeberkan bahwa ketahan ujian Sanur terbentuk akibat semangat pengorbanan dan kemartiran yang dimulai oleh para suster pendiri.

“Kerelaan untuk berkorban menjadi martir-martir kecil di dalam hidup membiara dan pendidikan bagi kepentingan banyak orang membuat Sanur semakin berbuah,” imbuhnya. Untuk itu, seorang Sanurian dipanggil untuk menjadi pohon yang berbuah melimpah agar bisa melayani kepentingan banyak orang di pelbagai bidang.

Provinsial Ursulin Indonesia, Sr Agatha Linda OSU menambahkan bahwa panggilan pembaharuan Sanur yakni menghasilkan pemimpin yang inovatif dan peka terhadap kebutuhan bangsa. “Nilai ‘Servite et Amate’ harus terus diinternalisasi dalam diri agar menumbuhkan jiwa berintegritas sekaligus kesadaran mencintai yang lain,” tandasnya.


Felicia Permata Hanggu
HIDUP NO.4 2019, 27 Januari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini