Dimensi Manusiawi dan Spiritual Pendidikan

1325

HIDUPKATOLIK.com – Keberadaan sekolah-sekolah Katolik, sebagai suatu institusi pendidikan, mengambil peran yang sangat penting dalam proses perkembangan dunia intelektual di Indonesia. Selain menghasilkan generasi muda yang berkualitas, pendidikan Katolik juga sangat memperhatikan perkembangan nilai-nilai luhur kehidupan moral dan religius para peserta didiknya. Berbagai upaya terus dilakukan untuk mengembangkan sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan sebagaimana yang diharapkan pemerintah.

Dalam hal ini sekolah Katolik secara serius menanggapi berbagai kebijakan pemerintah itu dengan menata sedemikian rupa bentuk-bentuk atau pola pembelajaran yang diajarkan sehingga tidak terpisah dari apa yang menjadi tuntutan. Pemenuhan terhadap apa yang menjadi harapan pemerintah tidak kemudian menghilangkan identitas sekolah Katolik dengan segala kekhasannya.

Pembentukan terhadap karakter pribadi peserta didik serta pembentukan mental-spiritual yang bersumber pada ajaran Gereja Katolik tetap mendapat perhatian serius, di samping penguatan pada bidang intelektual. Hal ini dilakukan mengingat pendidikan bukan sekadar sarana untuk mengasah kemampuan bernalar seseorang. Ini penting agar menjadi wadah untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan, sebagai umat beriman.

Dalam pandangan masyarakat luas, pendidikan kerap kali dilihat hanya sebatas tempat untuk mempersiapkan seseorang dalam meraih cita-cita demi masa depan yang gemilang. Dengan pendidikan yang baik, mereka berharap mendapat pekerjaan dan penghasilan yang cukup.

Namun tidak boleh dilupakan bahwa kehidupan sosial dewasa ini menuntut dari setiap kita untuk terlibat secara aktif dalam seluruh realitas dan kehidupan bermasyarakat yang multikultural. Oleh karena itu, hal yang pertama-tama perlu dilakukan untuk mencapai apa yang menjadi tuntutan dalam hidup bermasyarakat adalah membentuk manusia-manusia yang bermutu secara moral melalui pendidikan.

Kemampuan manusia dalam mengaktualisasikan segala ilmu pengetahuan dalam realitas kehidupan sepertinya kurang memadai, apabila tidak diimbangi dengan perwujudan keutamaan-keutamaan manusiawi. Tindakan-tindakan manusia, di samping mencerminkan kualitas intelektualnya, juga harus didasarkan pada suatu dorongan untuk mewujudkan nilai-nilai kebenaran. Dalam arti ini, setiap perbuatan dan tindakan seseorang harus bertumpu pada suatu kemampuan untuk mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai moral.

Sistem pemondokan atau asrama merupakan suatu cara yang ideal untuk membentuk keutamaan-keutamaan manusiawi bagi para siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah Katolik. Dengan begitu, para peserta didik tidak hanya dijejal dengan materi-materi pelajaran di sekolah, tetapi juga dibantu untuk belajar hidup mandiri, mengenal situasi lingkungan sosial serta latihan berinteraksi dengan orang-orang di sekitanya yang memiliki latarbelakang berbeda. Dinamika kehidupan asrama akan membantu para peserta mengembangkan kemampuan dalam berbagai kegiatan seperti live in, menjadi misdinar, anggota kor, Legio Maria, serta kegiatan-kegiatan positif lainnya.

Peran para pendidik juga sangat diperlukan untuk mengarahkan mereka dalam upaya mengaktualisasikan nilai-nilai moral. Berkaitan dengan itu, kita juga perlu mengapresiasi peran para imam, suster, frater dan bruder yang mendedikasikan panggilan hidup mereka untuk pendidikan Katolik. Melalui tangan merekalah, keutamaan-keutamaan manusiawi mengalami persentuhan dengan keutamaan Kristiani sebagai corak pendidikan Katolik.

Keutamaan manusiawi itu dimengerti dan direfleksikan dalam terang ajaran Gereja Katolik. Seseorang melakukan perbuatan baik bukan hanya karena perbuatan itu selaras dengan nilai-nilai moral, tetapi supaya mereka menyadari bahwa panggilan hidup sebagai umat beriman bertujuan untuk memberi kesaksian tentang Kristus dan melalui perbuatan baik itu, mereka boleh bertumbuh dalam kekudusan yang sejati (Bdk. Gravissimum Educationis, artikel 2).

Mengakarkan semangat hidup Kristus kepada peserta didik dilakukan dengan memperdalam aspek-aspek spiritual melalui Perayaan Ekaristi, rekoleksi, retret, latihan doa, renungan Kitab Suci dan refleksi pribadi. Dengan demikian buah-buah pendidikan tidak hanya alami sebagai kemampuan intelektual, tetapi juga mengartar seorang menjadi bijaksana dalam menyikapi berbagai realitas.

Fr Ronalius Bilung MSF

HIDUP NO.48 2018, 2 Desember 2018

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini