Taman Eden

3938

HIDUPKATOLIK.com – Taman Eden adalah taman di mana manusia pertama Adam dan Hawa hidup. Di sana pula manusia pertama jatuh dalam dosa. Allah akhirnya mengusir mereka dari taman itu. Apakah Taman Eden ini hanya dongeng dan seperti apa sesungguhnya Taman Eden itu?

Yanti, Biak, Papua

Lukisan Taman Eden kita temui dalam Kitab Kejadian (bab 2 dan 3), yaitu taman yang dibuat Tuhan untuk manusia pertama. Taman itu sangat indah, penuh tanaman yang baik, dengan buah-buahan yang menarik dan enak dimakan. Bahkan ada dua pohon istimewa di dalamnya: pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Ada pula sungai yang menga lir dari Eden, yang bercabang empat: Pison, Gihon, Tigris dan Efrat.

Keindahan taman itu sering dirujuk sebagai penghiburan (lih. Yesaya) atau teguran mendidik bagi mereka yang sombong (Yeheskiel). Yesaya menghibur Israel di pembuangan, katanya. “Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti Taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN” (Yes. 51:3). Taman Eden itu gambaran ideal masa depan Yerusalem, di mana “terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring”. Kebaikan Taman Eden itu mengungguli keutamaan apapun. Karena itu orang tidak boleh menyombongkan keutamaannya sendiri, seperti yang dikecam Yeheskiel pada Raja Tirus (Yeh. 28) dan Firaun (Yeh. 31).

Jadi Taman Eden itu adalah gambaran taman asali dan sekaligus taman masa depan yang dijanjikan Tuhan (bdk. juga Yoel 2:3). Lalu, apakah pelukisan taman itu menunjuk suatu tempat tertentu di bumi ini? Tentang ini, ada orang-orang yang suka menghubung-hubungkan dan menarik kesimpulan, apalagi mereka melihat adanya “petunjuk petunjuk”: seperti Sungai Tigris dan Efrat, adanya bani Eden, atau kisah Lot ketika diminta Abraham memilih tempat; Lot melihat tempat yang dipilihnya mirip seperti Taman Tuhan (Kej. 13:10), dsb. Dari petunjuk-petunjuk itu banyak orang merekomendasikan Mesopotamia, di ujung Teluk Persia di mana Sungai Efrat dan Tigris mengalir ke laut (Irak sekarang).

Benarkah demikian? Tidak perlulah. Memang menurut para ahli ada kemiripan kisah ini dengan legenda penciptaan tradisi Mesopotamia, di mana bisa dirujuk Mesopotamia sebagai tanah kebanggaan mereka; bahkan mungkin sekali kisah Kejadian dipengaruhi mitologi Mesopotamia itu. Namun sebenarnya Kitab Suci mempunyai tujuan sendiri, ketika menampilkan gambaran Taman Eden. Bukan terutama tempat yang mau ditunjuk, tetapi gambaran kasih persahabatan Allah kepada manusia ciptaan-Nya.

Itulah pandangan Gereja Katolik, seperti terungkap dalam Katekismus Gereja Katolik (no. 374-379). “Manusia pertama diciptakan sebagai mahluk yang baik dan ditempatkan dalam persahabatan dengan Penciptanya dan dalam keselarasan dengan diri sendiri dan dengan ciptaan yang berada di sekitarnya” (no. 374). Dalam terang Perjanjian Baru dan Tradisi, Gereja menjelaskan Taman Eden sebagai perlambangan Biblis, dan mengajarkan bahwa “nenek moyang kita Adam dan Hawa ditempatkan dalam satu keadaan ‘kekudusan dan keadilan’ yang asli”, di mana mereka menikmati rahmat kekudusan yang asli pula, yang membuat mereka “berpartisipasi dalam kehidupan ilahi” (LG 2). Gambaran taman merangkum keselarasan dalam suasana rahmat itu, kese larasan dengan diri sendiri, dengan alam dan terutama dengan Tuhan. Karena hubungan baik itu Allah menempatkan manusia dalam “kebun” untuk mengusahakan dan memeliharanya (KGK no. 378).

Jadi Taman Eden adalah gambaran suasana rahmat asali manusia pertama, tetapi juga gambaran tujuan hidup kita manusia sekarang ini ke depan. Apa yang dulu hilang karena dosa telah diperoleh kembali oleh Kristus, Sang Adam baru, untuk kita.

Gregorius Hertanto MSC

HIDUP NO.48 2018, 2 Desember 2018

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini