Jalan Kecil St Theresia Lisieux

2368
Salah satu adegan dalam drama dalam acara “Invisible” yang diadakan KTM Muda Mudi Jakarta di Universitas Atma Jaya, Jakarta. [HIDUP/Felicia Permata Hanggu]

HIDUPKATOLIK.COM – Kekudusan tidak harus lahir dari hal besar tetapi bisa dilakoni dalam hal paling remeh sekalipun.

TERBAKAR oleh cinta kepada Tuhan membuat seorang gadis muda memutuskan untuk melemparkan diri sepenuhnya kepada Kerahiman Allah. Hati gadis itu begitu rindu untuk bersatu dengan yang dicintainya. Setelah menunggu begitu lama, gadis bernama Theresia Martin itu pun masuk Biara Karmel saat berusia 15 tahun.

Namun, cita-citanya untuk bersatu dengan Sang Kekasih menemui jalan berliku. Suster muda kelahiran Alençon, Perancis ini banyak mengalami pergolakan batin semasa hidupnya di biara. Theresia yang masih kecil harus berhadapan dengan para suster yang berumur lebih tua darinya.

Terkadang ia harus menerima perlakuan beberapa suster yang menjengkelkan. Melalui hidup berkomunitas inilah kepekaan dan cinta Theresia kepada Kristus semakin terasah. Latihan rohani ia dapatkan dalam perlakuan yang tak mengenakkan. Di sini anak dari pasangan Louis Martin dan Zelie Guerin dituntut untuk melakukan penyangkalan diri.

Segala sesuatu yang bertentangan dengan dirinya diterimanya dengan sukacita sehingga menimbulkan faal iman, harapan, dan kasih yang sempurna. Kelahiran 2 Januari 1873 ini pun diberi rahmat oleh Tuhan untuk memiliki kesadaran penuh melihat kehadiran Yesus di dalam pribadi orang yang menjengkelkan hatinya.

Rahmat itu adalah cinta. Segala sesuatu yang terkecil dan remeh sekalipun seperti memungut jarum dipersembahkan Theresia demi cinta kepada Tuhan. Hingga saat ia berjuang dalam sakratul maut selama empat bulan dan menemui ajal di usia 25 tahun, Theresia Lisieux masih menyatakan kegilaan cintanya kepada Yesus ditengah kesakitan hebat akibat penyakit yang dideritanya.

“Aku tidak ingin memilih apa-apa. Aku hanya ingin menaati kehendak Tuhan. Oh Muder, tak ada satu kerinduan lain selain kerinduan untuk mencintai Yesus sampai gila. Ya, cinta itu sajalah yang menarik aku.” Kisah inspirasi iman St Theresia Lisieux atau yang lebih dikenal dengan Theresia dari Kanak-Kanak Yesus ini dibawakan oleh Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM) Muda Mudi Jakarta.

Acara pujian penyembahan bertajuk Invisible yang diadakan pada Sabtu, 15/12 di Aula D Unika Atma Jaya merupakan sembilan rangkaian besar acara Blessed to Bless menuju Kebangkitan Rohani Katolik tahun 2020.

Pelayan Distrik KTM Muda Mudi Jakarta, Sheiren Sengkey, mengungkapkan, meski peringatan St Theresia Lisieux telah lewat, namun pengajaran imannya selalu relevan untuk diajarkan. Fenomena anak muda yang tersedot dalam dunia digital seolah membutakan anak muda untuk menghindari hidup dalam kekudusan.

“Hidup St Theresia Lisieux menunjukkan kepada kita betapa hal-hal kecil mampu membawa kita kepada kekudusan,” tuturnya. Ia melanjutkan, pertunjukkan drama ini hanya menjadi salah satu cara untuk menangkap hati anak muda khususnya bagi mereka yang belum memiliki komunitas untuk berproses bersama menuju kesempurnaan kasih dalam spiritualitas 100% Katolik 100% Karismatik.

Sepanjang hidupnya, Theresia setia untuk mencapai apa yang menyenangkan bagi Tuhan. Ia teguh beriman walaupun harus berjalan ditengah hal yang tidak pasti. Pewarta firman KTM, Albert Laurentius menjabarkan, yang dikehendaki Yesus adalah disposisi batin yang terbuka kepada rencana Allah.

St Theresia mampu melihat apa yang tidak terlihat. “Misteri Ilahi selalu membawa kita kepada keraguan karena kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi, namun St Theresia mengajak kita untuk berani menyerahkan seluruh hidup kita dalam penyelenggaraan Tuhan,” ujarnya.

 

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.01 2019, 06 Januari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini