Menuliskan Berkat di Hati Sesama

208
Judul Buku : Menghidupi Teologi Berkah Bersama Mgr J Pujasumarta; Penulis : Y. Gunawan Pr; Penerbit : Kanisius, 2018; Tebal : 452 halaman.

HIDUPKATOLIK.com SEBUAH pepatah mengatakan, “menulis adalah berkarya untuk keabadian”. Menulis tentu juga dalam kata-kata yang terangkai, tetapi menulis juga bisa berarti menuliskan sejarah kehidupan yang bisa dibaca oleh orang lain.

Demikianlah sejarah hidup seseorang bisa menjadi bahan bacaan bagi orang lain, menjadi inspirasi dan menjadi sarana belajar tentang kehidupan. Dalam buku Menghidupi Teologi Berkah Bersama Mgr J Pujasumarta, penulis mencoba membaca kehidupan Mgr Pujasumarta dan membahasakan di dalam satu tema besar yaitu Teologi Berkah.

Rangkaian demi rangkaian sejarah kehidupan yang dijalani Mgr Pujasumarta, yang kisah hidupnya berakhir pada 10 November 2015, coba dihidupkan kembali. Tentu kita tidak lagi bisa melihatnya secara fisik, tetapi kisah-kisah hidupnya bercerita tentang nilai hidup. Kisahnya juga, bisa dikenang, sekaligus dijadikan sumber teladan.

Buku ini dirangkai dalam tiga bagian besar yaitu bagian sejarah perjalanan hidup, kerangka pemikiran tentang teologi berkah, dan apa kata orang-orang terdekat tentang pribadi ini. Sejarah hidup Mgr Pujasumarta menampilkan sisi kemanusiaan sebagai seorang yang juga bergulat dengan panggilan hidup.

Situasi ini menentukan sikap hidupnya dan pilihan-pilihan yang diambilnya sebagai seorang beriman sekaligus pemimpin dalam Gereja. Salah satu pesan pentingnya saat menjabat uskup Bandung (2008-2010) adalah gagasan yang disebutnya sebagai, “menabur benih baik”.

Di akhir penggembalaannya di Keuskupan Bandung, setelah dua setengah tahun beliau mengangkat semangat, “Allah memberi pertumbuhan” (1 Kor 3:6). Salah satu perjuangan yang diupayakan oleh uskup ini adalah agar Gereja semakin bisa berdialog dengan masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang, terutama perbedaan agama.

Dalam upaya dialog ini terdapat berbagai macam kesulitan dan tantangan. Maka, sebagai sebuah undangan untuk berdialog dia mengatakan, “Janganlah harapan itu putus karena kesulitan, tantangan, dan ancaman. Justru sebaliknya, hendaknya menjadi semakin kokoh agar dialog antar agama sungguh teruji dan kita yakini menjadi cara dewasa menjadi Indonesia” (hal 206).

Beberapa tema lain juga menjadi bahan pembahasan dari buku ini, misalnya tentang keluarga, pendidikan, dan juga tentang kecintaan terhadap Ekaristi. Sebagai seorang pemimpin Gereja, Mgr Pujasumarta membahasakan pesan Kristus di dalam berbagai segi kehidupan. Memang tidak mudah merangkainya satu per satu karena keluasan gagasan yang ada, tetapi penulis buku ini mampu merangkumnya dalam satu pesan besar, “Teologi Berkah.”

Pada bagian terakhir buku ini, beberapa kerabat menuliskan tentang pembacaan mereka terhadap pribadi Mgr Pujasumarta. Ini menunjukkan bahwa Mgr Pujasumarta sudah menuliskan kisah hidupnya di dalam hati banyak orang. Salah satunya adalah Prof Sumanto Qurtuby, seorang Muslim yang mengatakan, “Hubungan saya dengan Rama Puja tidak sebatas hubungan formal, tapi juga hubungan informal.

Saya sering “keluyuran” ke kantor beliau untuk sekadar ngobrol. Tidak ada pikiran sedikitpun di benak kami untuk saling mengkristenkan atau mengislamkan” (hal 425). Tulisan kehidupan itu rupanya juga hidup melampaui sekat-sekat agama. Tepatlah kalau penulis buku ini memberi tema besar “Teologi Berkat”, karena pada dasarnya seorang imam diberi rahmat Imamat untuk menjadi berkat bagi sesamanya.

Dalam hal ini, Mgr Pujasumarta telah menorehkan berkat Allah itu di hati berbagai kalangan. Hal yang sama bisa dibuat oleh semua orang, asal ada kesetiaan dan ketekunan menghidupi panggilannya masing-masing, seperti dihidupi oleh Mgr Pujasumarta.

Maka, lebih dari hanya sekadar sebuah buku tentang seorang sosok, buku ini adalah sebuah buku undangan bagi setiap orang agar bisa menjadi berkat bagi sesamanya.

Terkenang kata-kata Yesus yang sama-sama kita ikuti itu, “Kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri” (Mat 22: 39). Rasanya itulah yang dituliskan oleh Mgr. Pujasumarta.

 

Pastor M. Joko Lelono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini