Bersukacitalah!

315
[HIDUP ED 50_T-043-Renungan Minggu]

HIDUPKATOLIK.com Minggu 16 Desember 2018, Minggu Adven III Zef 3:14-18a; MT Yes 12:2-3, 4bcd, 5-6; Flp 4:4-7; Luk 3:10-18

“Pertobatan itu konkret artinya membalikkan fokus yang ada pada dirinya sendiri menjadi terarah kepada Tuhan, dan yang dicintainya, yaitu sesama. Bertobat menuntut
perubahan sikap.”

GAUDATE (bersukacitalah). Demikianlah seruan yang mengawali upacara liturgi pada Perayaan Ekaristi Minggu III Masa Adven ini, maka disebut Minggu Gaudate. Antifon Pembuka diawali dengan kutipan Surat St Paulus kepada Jemaat di Filipi, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat” (Flp 4: 4-5).

Selanjutnya nuansa sukacita sangat kuat menggema dalam bacaan hari ini. Senada seirama dengan St Paulus, Nabi Zefanya dalam nubuatnya menyerukan “Bersorak-soraklah, hai Putri Sion, bergembiralah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai putri Yerusalem!” (Zef 3:14) yang disebut putri Sion, Israel, putri Yerusalem adalah umat Allah.

Warna pakaian Misa pun menengarai suasana yang harus diungkapkan: ungu menandai pertobatan (untuk masa Prapaskah dan Adven). Khusus minggu Gaudate, warna merah muda dipilih sebagai hasil warna campuran ungu dan putih. Merah muda bermakna sukacita di tengah pertobatan. Mengapa harus bersukacita?

Nabi Zefanya dalam nubuatnya menjelaskan bahwa Tuhan telah menyingkirkan hukuman, yang dijatuhkan di atasnya, menebas musuh-musuhnya. Ia di tengah-tengah umat-Nya, membela, melindungi umat-Nya, sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Seperti yang ditegaskan St. Paulus umat Allah tidak sendirian, sungguh Tuhan di antara umat-Nya.

Tuhan selalu menyertainya. Inilah Yesus yang diwartakan Yohanes Pembaptis. Dia yang akan datang bukan sembarang orang. Dia lebih besar dari dirinya. “Membuka tali kusut-Nya pun aku tidak layak” (Luk. 3:16). Ia mewartakan datangnya Sang Pembebas Sejati. “Ia sudah dekat.”

Kata-Nya yang dimaksud ialah Yesus. Maka orang harus mempersiapkan dengan hidup yang layak dan bersih. Bagaimana harus mempersiapkannya? Menyiapkan hati, yang terbaik untuk dikunjungi-Nya. Jalannya ialah “pertobatan.” Orang-orang yang tergerak hatinya untuk menerima kabar gembira yaitu Yesus Kristus Sang Juru Selamat, minta petunjuk kepada Yohanes Pembaptis, “Apa yang harus dilakukan?”

Yohanes menunjukkan hal-hal praktis yang harus diperbaiki melalui pembaharuan tingkah laku sehari-hari. Secara konkret ia menyontohkan jika memiliki dua helai baju, bagikanlah kepada yang tak punya. Begitu pula dengan makanan. Ketika pemungut cukai dan serdadu bertanya jawab dengan Yohanes, ia berkata agar jangan merampas, jangan memeras, cukupkanlah dengan gaji yang ada.

Pertobatan itu konkrit. Pertobatan itu meninggalkan sikap yang tidak terpuji, yang merugikan orang lain, dan kemudian melipat gandakan perbuatan baik kita untuk orang lain. Ini berarti: membalikkan fokus pada dirinya sendiri dan diarahkan kepada Tuhan, dan yang dicintainya, yaitu sesama kita.

Bertobat menuntut perubahan sikap. Natal sudah dekat. Sudah di ambang pintu, Mari tingkatkan persiapan kita. Bukan hanya menyediakan pohon Natal dengan berbagai aksesoris, melatih nyanyian, atau membersihkan lingkungan gereja. Tidak kalah penting bahkan yang terpenting ialah menyiapkan hati agar layak menerima kelahiran Yesus Sang Juru Selamat dengan bertobat.

Laku tobat dengan membersihkan hati, memuluskan jalan bagi kedatangan-Nya di dalam hati dan hidup kita. Sehingga kasih dan damai-Nya akan memenuhi hati, keluarga, dan lingkungan hidup kita. Bertobat seraya bergembira karena Dia sudah dekat.

 

Mgr Blasius Pujoraharja
Uskup Emeritus Ketapang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini