Ajaran Iman

118
[Ilustrasi: www.lds.org]

HIDUPKATOLIK.com Pekan Biasa XXXII; 2 Yoh 1:4-9; Mzm 119; Luk 17:26-37

POLITIK Indonesia sedang gaduh, dipanas-panasi antara lain melalui agama yang dimobilisasi sebagai alat merebut kekuasaan. Ajaran iman bukan lagi menjadi pedoman menuju “sakramen politik”, tetapi direndahkan ke tahap orasi-orasi murahan yang tidak bertanggungjawab.

Ajaran iman hendaknya menuntun semua pihak kepada kebenaran. Bukan kebenaran subjektif yang beraroma relativisme, melainkan kebenaran universal yaitu Kasih, yang menjadikan hidup berbangsa lebih bermartabat.

Surat Yohanes mengingatkan, ajaran iman tidak sama dengan transfer ilmu pengetahuan agama, melainkan suatu pastoral evangelisasi yang mengandung dan melahirkan transformasi, yaitu hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang telah kita terima dari Bapa.

Bukan pertama-tama kebenaran intelektual tetapi nilai-nilai luhur kebenaran yang membuat hidup kita semakin memuji, menghormati, dan mengabdi Allah. Ajaran iman memampukan kita menghadapi para penyesat dengan sikap setia dalam kasih.

Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Yang tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak (1:9).

Mereka yang memelihara nyawa, akan kehilangan nyawanya; barangsiapa kehilangan nyawa, akan menyelamatkannya (17:33). Kehilangan nyawa artinya hidup yang tidak lagi terpusat pada diri sendiri. Beranikah aku?

 

Monica Maria Meifung
Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini