Dukungan Mgr Mandagi untuk Kontingen Sulteng

208
Kontingen Pesparani dari Sulawesi Tengah bertemu Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC di Keuskupan Amboina [HIDUP/Yusti H.Wuarmanuk]

HIDUPKATOLIK.COM-SAYA terharu dengan kehadiran anak-anak kontingen Sulawesi Tengah (Sulteng) khususnya dari Kota Palu. Kita harus belajar dari mereka soal bagaimana iman dapat mengalahkan ketakutan seseorang,” ujar Uskup Ambon Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC saat berwawan hati dengan kontingen Provinsi Sulteng di kediaman Keuskupan Amboina, Jalan Tulukabessy No.6, Kel Wainitu, Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku, Senin, 29/10.

Dalam pertemuan penuh kehangatan itu, Mgr Mandagi meminta anak-anak dari Sulteng untuk melihat peristiwa Pesparani sebagai kesempatan memperdalam iman kepada Tuhan. Menurutnya, musibah tsunami dan gempa bumi di Palu, Donggala, dan Sigi tidak menjadi penghalang bagi kontingen untuk mau berpartisipasi. “Saya mengapresiasi kehadiran kontingen dari Sulteng. Kita perlu memberi suport dan belajar soal keikhlasan, ketabahan, dan pengalaman iman dari mereka,” ungkap Mgr Mandagi.

Pendamping dan official dari Provinsi Sulteng bersama Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC [HIDUP/Yusti H.Wuarmanuk]

Bapak Uskup juga memberi motivasi dan dukungan penuh kepada kontingen dari Palu agar bangkit dari situasi yang ada. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Timotius Jeharut salah satu pendamping para peserta. Timo, demikian dirinya disapa mengatakan, kami mendapat dukungan sekaligus suport dan doa dari Mgr Mandagi.

“Kami merasa kesempatan terlibat dalam Pesparan ini membuat kami sejenak melupakan segala tragedi duka yang barusan kami terima. Bagi kami harta kekayaan bisa dicari tetapi nyawa tak bisa dicari. Maka momen Pesparani adalah kesempatan bagi kami untuk terus bersyukur. Syukur karena kami masih hidup,” ungkap Timo.

Kontingen Pesparani dari Sulawesi Tengah di Ambon [Dok. Pribadi]
Timo melanjutkan, sebelum gempa terjadi sedikitnya 75 peserta yang sudah tercatat dan siap berangkat ke Ambon. Tetapi pasca gempa dan tsunami di Palu, Donggala, dan Sigi banyak orang mengundurkan diri sehingga tersisa 33 orang ditambah pendamping dan official sehingga totalnya sekitar 45 orang. “Ada yang mengalami kerusakan rumah, mengalami luka, ada yang pindah ke tempat lain, tetapi ada juga yang masih trauma,” jelas Timo.

Pria lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Manadoi ini menambahkan, “Kami datang dalam keterbatasan. Bahkan kami tidak memiliki seragam dan mempersiapkan diri hanya dua hari setelah bencana yang melanda kami. Tetapi untuk Tuhan kami akan berjuang untuk yang terbaik,” ujar Timo di Ruang Lobi Hotel Golden Inn, Jalan Arab, Ambon, Selasa, 30/10.

Timo sendiri meminta dukungan dan doa kepada seluruh peserta yang hadir dalam Pesparani agar bisa mendoakan saudara-suadara di Palu, Sigi, dan Donggala yang sedang berjuang untuk bangkit. Ia juga mengapresiasi dukungan seluruh peserta yang memiliki belarasa kepada saudara-saudara di Palu dengan mengumpulkan kolekte dalam Pembukaan Pesparani.

Yusti H. Wuarmanuk (Ambon)

 

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini