Tokoh Agama Maluku Bicara Persaudaraan di Gunung Nona

268
Para tokoh agama di Kota Ambon dan Ketua LP3KN Adrianus Meliala berdialog dalam acara Boombastic di TVRI Kota Ambon [Eman Dapa Loka]
HIDUPKATOLIK.COM – KOTA Ambon selalu tak habis cerita. Sebuah kota yang terbentuk karena keunikan dari berbagai suku ini terus memberi rasa aman kepada para peserta Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) I. Letak posisi kota yang menakjubkan membuat orang tak bosan ingin menikmati kecantikan kota ini. Teluk Ambon yang indah menjadi primadona bagi setiap peserta Pesparani.
Selain jalan yang berbukit membuat pusat kota tepat berada dibawah bukit yang bisa dinikmati dari ketinggian. Pusat kota sejatinya tak besar, tetapi dibalik kesederhanaan itu, terdapat berjuta gairah budaya timur nampak dan berkembang.
Keramahan penduduknya membuat Ambon layak disandingkan dengan kata manise. Keindahan kota berkarakter suku dan budaya ini tampak terlihat jelas perpaduannya ketika menginjakan kaki di Gunung Nona. Kadang-kadang orang hanya datang ke Gunung Nona untuk berswafoto. Dari ketinggian Gunung Nona akan tampak jelas Ambon dengan keindahannya.
Para tokoh agama saat menjadi pembicara di TVRI Ambon [Eman Dapa Loka]
Dalam ajang Pesparani tahun ini, Gunung Nona bukan sekadar tempat berswafoto. Pada Senin, 29/10, di tempat tertinggi di Kota Ambon ini para tokoh agama berbicara soal kerukunan.
Bertempat di TVRI, para tokoh agama berwawan hati soal Pesparani sebagai rahmat bagi Kota Ambon. Hadir dalam pertemuan persaudaraan ini Ketua Majelis Ulama Indonesia  H. Abdullah Latuapo, Direktur Urusan Agama Katolik Kementerian Agama Republik Indonesia Aloma Sarumaha, Ketua MPH Sinode Gereja Protestan Maluku Pendeta A.J.S Werinussa, Ketua WALUBI Maluku Wilhelmus Jauwerissa, Ketua PHDI Maluku Nyoman Sukadana, dan Ketua LP3KN Adrianus Eliasta Meliala.
Dalam wawanhati itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Maluku  H. Abdullah Latuapo mengatakan Pesparani adalah kegiatan kerukunan antar umat beragama. Tidak saja menjadi acara orang Katolik tetapi juga menjadi acara semua agama. Hal ini terlihat dari suksesnya acara pembukaan Pesparani.
Dalam acara itu yang tampil tidak saja orang Katolik tetapi seluruh umat beragama. “Kerjasama ini terlahir dari pengalaman yang pernah dialami oleh Maluku. Pesparani terlahir karena mungkin pemerintah melihat bahwa Pesparawi dan MTQ berhasil sehingga adanya Pesparani,” ujar Abdullah.
Dalam persiapan menyongsong Pesparani, Abdullah sendiri meminta kepada umat Muslim baik dalam kotbah, majelis taklim, dalam dunia pendidikan seperti pesan kepada para peserta didiri, mahasiswa Muslim, dan kaum muda Muslim bahwa Pesparani harus menjadi bagian dari acara Muslim. “Kami sangat terbuka kepada sesama. Bahkan kami menawarkan rumah kepada para peserta Pesparani,” ungkapnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini