Renungan Senin, 14 November 2016 : Ciri Panggilan

390
[lds.org]

HIDUPKATOLIK.com - Pekan Biasa XXXIII; Why 1:1-4; 2:1-5a; Mzm 1; Luk 18:35-43

PANGGILAN mengikuti Yesus adalah anugerah. Itulah yang terjadi pada si pengemis buta yang duduk di pinggir jalan dekat kota Yerikho (lih. Luk 18:35). Ketika tahu Yesus lewat, ia minta untuk dikasihani. Ia memanggil Yesus dengan nama “Putra Daud”, padahal orang banyak menyebut, “Yesus orang Nazaret”. “Putra Daud” adalah nama yang memiliki nuansa mesianis (lih. 2 Sam 7). Sedangkan sebutan “Yesus orang Nazaret” adalah nama yang diteriakkan roh jahat (lih. Luk 4:34) dan disebut oleh hamba yang mengenali Petrus saat Yesus diadili di hadapan Mahkamah Agung (lih. Mat 26:71).

Sejak awal sudah tampak perbedaan karakter keyakinan antara si buta dan orang banyak. Orang banyak menegur, tapi bagi Yesus, seruan “Putra Daud” justru membuat Dia berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Secara spesifik si buta menyapa Yesus dengan ungkapan Kurios (tuan), yang menunjukkan pengakuan bahwa Yesus memiliki kekuasaan (bdk. Luk 19:33). Dalam Kitab Suci, nama kurios banyak dipakai untuk Yahwe dan mereka yang diurapi-Nya, menjadi Xristós (yang terurapi) atau Messiah (lih. Yes 61:1.2; Kis 2:36). Di sinilah si buta memiliki pemahaman yang dalam mengenai perutusan Mesias. Salah satu misi penting kedatangan Mesias adalah menyembuhkan orang buta (lih. Yes 29:18; 35:5; 42:7.15).

Yang unik, setelah disembuhkan, pengemis itu mengikuti Dia (Yun. ¯ekolouthei aut¯o) sambil memuliakan Allah. Makna ungkapan akoloutheó adalah “berada dalam keleuthos (jalan) yang sama”. Dalam keikutsertaan pada “jalan Yesus” itu, ia memuliakan Allah. Kisah ini menggambarkan sebuah panggilan. Awalnya berada di pinggiran (sosiologis maupun ritual), kemudian berkat ketekunan iman yang benar, dipanggil untuk mengikuti jalan Yesus.

Henricus Witdarmono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini