HIDUPKATOLIK.com – Luas ruangan itu hanya 190 meter persegi, tapi tak pernah sepi. Keramaian selalu terjadi dari pagi hingga larut malam. Tempat itu bukanlah toko di pasar atau pusat perbelanjaan melainkan salah satu ruangan di Kantor Gubernur Provinsi Maluku. Persisnya di Jalan Pattimura No. 1, Ambon, Maluku.
Ruangan yang terletak di lantai satu itu merupakan Sekretariat Panitia Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) I. Di sinilah denyut nadi geliat Pesparani terasa dari pagi hingga larut malam. Belasan anggota panitia silih berganti melayani ratusan orang yang keluar masuk.
Tiga pria di salah satu pojok tak henti mencetak tanda pengenal seluruh peserta, tim pendukung, panitia, undangan, dan partisipan yang akan menyemarakkan Pesprani. Di luar kelompok partisipan, setiap tanda pengenal mendapat satu nomor. Nomor yang terakhir sudah berangka 11.662 pada Kamis, 26 Oktober 2018, pukul 16.06 WIT.
Kesibukkan petugas semakin meningkat setiap kali ada kontingen daerah yang datang. Mereka memberikan informasi atau bantuan yang dibutuhkan para peserta. Di samping itu mereka juga melayani pertanyaan-pertanyaan lewat telepon tentang segala hal yang berkaitan dengan Pesta Paduan Suara Gerejani (PESPARANI) Nasional Katolik I.
Dua hari menjelang pembukaan, Kamis (25/10-2018) kesibukan semakin terasa. Para petugas sekretariat pun semakin sibuk melayani kontingen yang datang.
“Kalau petugas sekretariat yang ibu-ibu pulang paling lambat pukul 11 malam. Bapak-bapak bisa lebih malam lagi. Pagi kita biasa mulai datang lagi jam sembilan,” ujar Wakil Bendahara I, Selvi Ivakdalam yang juga merangkap tugas di sekretariat.
Kehadiran para peserta pun disambut dengan ucapan selamat datang pada umbul-ubul, spanduk, dan baliho yang terpasang mulai dari Bandara Pattimura hingga Kota Ambon. Ribuan atribut itu terpasang di tepi jalan, gedung pemerintah, hotel, restoran, dan di beberapa tempat umum lainnya.
Kedatangan para peserta ini membawa dampak pada tingkat hunian penginapan di Ambon. Hampir seluruh hotel telah dipesan jauh-jauh hari.
Dua wisatawan yang baru saja mendarat dari kepulauan Kei harus keluar masuk hotel untuk mencari penginapan karena tidak pesan terlebih dulu.
“Kita saja mengalami kesulitan untuk mencari penginapan bagi peserta yang terlambat mendaftar. Mau tidak mau mereka harus menginap di tempat-tempat penginapan yang seadanya,” tambah Selvi lagi.