HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang baik, perkenalkan nama saya Roni. Saya sempat dekat (belum pacaran) dengan seorang gadis satu paroki dengan saya. Namun, kedekatan itu sirna lantaran perempuan itu akhirnya berpacaran dengan orang muda separoki dengan kami. Nyeseknya, pemuda itu, selain sewilayah dengan saya, juga sering nongkrong dengan saya di warung kopi dekat gereja. Dia juga tahu kalau saya dekat dengan perempuan yang kemudian menjadi pacarnya. Saya merasa dia menikung saya. Pantaskah saya marah atau menegurnya soal ini?
Roni, Cirebon
Roni yang baik hati, saya memahami perasaanmu yang merasa ditelikung oleh teman yang sering nongkrong bersamamu. Perasaan yang muncul pada dirimu adalah hal yang wajar, apalagi kamu menganggap bahwa temanmu mengetahui bahwa kamu dekat dengan seorang gadis yang saat ini sudah menjadi pacarnya.
Marah itu wajar muncul bila situasi tak sesuai dengan yang kita harapkan. Jadi, kamu berhak marah. Pertanyaan yang harus kita diskusikan selanjutnya adalah bagaimana kamu harus mengekpresikan kemarahan itu? Hal ini penting karena pada dasarnya emosi itu sifatnya netral (tak ada emosi yang baik atau buruk), tetapi cara kita mengekspresikan emosi itulah yang bisa dinilai baik atau buruk.
Kamu tetap bisa mengutarakan kekesalanmu kepada temanmu, yang menurutmu telah menelikungmu. Akan tetapi mengutarakan kekesalan dengan ekspresi berlebihan tak tepat. Jika itu berlebihan, alih-alih pesanmu bisa diterima dengan baik oleh temanmu, malah bisa jadi ekspresi emosimu dipersepsi secara negatif.
Gadis yang sempat dekat denganmu saat itu memiliki hak bebas untuk memilih siapa saja di antara kalian untuk menjadi pacarnya, sehingga bukan salah temanmu atau salahmu jika salah satu dari kalian terpilih menjadi pacarnya. Kebetulan pada kisahmu ini, temanmulah yang gadis itu pilih menjadi pacarnya. Gadis itu mungkin memandang bahwa temanmulah yang tepat sebagai pacarnya.
Hal ini bukan berarti gadis itu memandangmu secara negatif lho. Sebab, dia juga sempat dekat denganmu, pasti dia melihat ada sisi baik dari dirimu. Gadis itu hanya memilih di antara kalian berdua siapa yang tepat menjadi pacarnya. Saya yakin, kamu juga memiliki karakteristik yang baik, yang juga diketahui oleh gadis tersebut. Hanya saja, kamu bukan pilihannya.
Ingat, saat itu gadis tersebut memiliki hak bebas untuk memilih siapapun, termasuk jika memilih orang lain di luar kalian berdua. Jika kamu memang menyukainya, kamu juga harus dapat mendukung keputusan dia dengan cara berbesar hati menerima keputusannya.
Hal semacam ini membuat kamu tak tepat jika menegur temanmu.
Temanmu dan kamu sebenarnya saat itu di posisi sama, yaitu memiliki hak yang sama untuk melakukan pendekatan kepada gadis tersebut. Jika akhirnya temanmulah yang dipilih si gadis menjadi pacarnya, temanmu juga sebenarnya tak bersalah, karena mungkin di luar pengetahuanmu mereka juga memiliki kedekatan tertentu.
Mungkin saja sebenarnya saat kamu menceritakan kedekatanmu dengan gadis tersebut, temanmu tak menceritakan kedekatannya supaya tak menyinggung perasanmu. Atau mungkin saja temanmu tak menceritakan bahwa sebenarnya dia juga menyukai gadis itu karena tak enak denganmu. Intinya, banyak kemungkinan penjelasan yang mungkin tak kamu ketahui, kenapa akhirnya gadis tersebut memilih temanmu dan bukannya kamu. Walaupun begitu kamu tetap boleh dan seharusnya memang mengutarakan pikiran serta perasaanmu kepada temanmu agar dapat merasa lebih lega.
Akhirnya saya percaya pengalamanmu saat ini akan membuatmu menjadi pribadi yang kuat dan bijaksana. Lihatlah temanmu dan gadis tersebut sebagai sarana Tuhan untuk membantumu menjadi pribadi yang kuat dan bijaksana. Selanjutnya, kamu harus move on, dan kemudian membuka hati agar terbuka peluang untuk bertemu dengan gadis yang telah Tuhan siapkan untukmu. Menerima apapun keadaan yang ada dengan kepala tegak dan hati yang besar akan membuatmu terlihat keren.
Laurentius Purbo Christianto SPsi MA
HIDUP NO.38 2018, 23 September 2018