Berlomba Membantu Sulteng

95

HIDUPKATOLIK.com – Berturut-turut kita dikejutkan oleh dua gempa, yakni gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan gempa disertai tsunami di Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah. Bencana Lombok belum tuntas tertangani, kini bencana Sulteng memerlukan penanganan serius dan cepat dari semua pihak, terutama pemerintah. Sebagaimana penanganan di Lombok, kita menyaksikan Pemerintah Pusat memberikan perhatian yang besar dan cepat.

Dalam hitungan hari, Presiden Joko Widodo sudah dua kali menyusuri puing-puing reruntuhan bangunan dan terutama korban-korban di Sulteng. Begitu juga dengan para menteri dan pejabat dari instansi terkait, ramai-ramai memberikan pertolongan, khususnya bagaimana menyelamatkan warga yang mengalami luka ringan dan berat, serta memakamkan korban meninggal dunia.

Dunia internasional pun memberikan perhatian, bantuan, dan solidaritas kemanusiaan. Mulai dari pemain bola sampai dengan pejabat pemerintah (negara), dan para petinggi dan peserta International Monetary Fund (IMF) yang tengah berkumpul di Bali. Semua pihak menunjukkan belarasa kemanusiaan yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat apapun. Bahwa duka dan pilu yang menimpa warga Sulawesi Tengahadalah duka dan pilu kita, manusia sejagat. Itu pula yang mendorong umat beragama, termasuk di dalamnya umat Katolik di Indonesia. Sejumlah keuskupan pun menyelenggarakan penggalangan dana untuk intensi korban bencana di Sulteng.Hingga tulisan ini diturunkan, bantuan masih terus mengalir ke Posko-Posko yang ada di Pangkalan TNI Angkatan Udara di Dhomber, Balikpapan, Kalimantan Timur dan instansi-instansi di Sulawesi Utara sebagai transit yang paling dekat dengan Sulawesi Tengah dalam menyalurkan bantuan.

Kerusakan yang ditimbulkan gempa bumi-tsunami di Sulteng ini secara pasti belum terhitung secara keseluruhan. Namun, yang pasti, peristiwa ini telah memorak-porandakan rumah-rumah penduduk, fasilitas umum, fasilitas pendidikan dan kesehatan, perkantoran pemerintah, rumah-rumah ibadah, dan lain-lain. Semuanya membutuhkan penanganan urgen, terukur, dan terkoordinasi. Kendati penanganan ini adalah kewajiban Pemerintah Pusat dan Daerah, peran masyarakat sangat diharapkan. Tiap elemen masyarakat dapat mengambil bagian agar kehidupan masyarakat di Sulteng segera pulih sebagaimana nadi kehidupan yang mulai menggeliat lagi di Lombok. Hancurnya sarana jalur transportasi menjadi tantangan tersendiri dalam menyalurkan bantuan kepada para korban. Bahkan, untuk menjangkau daerah yang tiba-tiba terisolasi karena jembatan-jembatan dan jalan yang rusak total, bantuan diangkut dengan pesawat udara.

Beruntun dua bencana alam – gempa dan tsunami ini kiranya menjadi peringatan bagi kita semua. Kita mendesak pemerintah agar secepat mungkin membenahi dan memfungsikan alat-alat terbaik untuk mendeteksi pontensi gempa dan tsunami secara dini. Tsunami Aceh sekian tahun lalu harusnya menjadi pelajaran sangat berharga untuk membenahi hal ini agar masyarakat mendapat informasi akurat dan cepat terkait dengan ancaman gempa dan tsunami.

Maka, selain mendorong pemerintah untuk lebih antisipatif, kita – warga bangsa ini, mari berlomba-lomba memberikan pertolongan konkret kepada saudari-saudara kita yang sedang menanggung duka dan pilu di Sulteng.

HIDUP NO.42 2018, 21 Oktober 2018

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini