Seminar “Green Soldier for Green Earth” Singgung Pengelolaan Limbah Elektronik

218
Lucia Mona Hartari W. dan David Christian mengisi seminar “Think Green, Act Green” yang diadakan Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atmajaya di Gedung Yustinus, 28/9. Dalam seminar tersebut, Mona menyinggung pentingnya bagi tiap rumah tangga untuk mengetahu tempat membuang limbah elektronik. [ HIDUP/Elisabeth Chrisandra J.T.D.]

HIDUPKATOLIK.com Kita hidup di zaman saat konsumerisme telah menjadi gaya hidup. Ada yang merasa tidak percaya diri apabila tidak membeli seri terbaru suatu merek ponsel genggam tertentu. Cicilan kredit pun tidak apa-apa diambil asal bisa menenteng laptop paling mutakhir. Tapi pernahkah kita menghitung total alat elektronik yang kita beli dan membayangkan ke mana perginya mereka setelah tidak dipakai lagi?

Menurut laporan International Communication Union (ITU), sebanyak 18,2 juta ton metrik limbah elektronik dihasilkan oleh Asia pada 2016. Hal tersebut menjadikannya sebagai penghasil limbah terbesar di dunia. Total sampah sebanyak itu setara dengan membangun 1.832 menara Eiffel. Limbah tersebut berasal dari pelbagai perangkat elektronik seperti ponsel genggam, laptop, televisi, dan kulkas.

Dalam seminar “Think Green Act Green” yang diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atmajaya, 28/9,  pembicara Lucia Mona Hartari W. mewakili komunitas Gerakan Orang Muda Peduli Sampah (Gropesh) mengatakan bahwa limbah elektronik sangat berbahaya sebab, “bisa menyebabkan kontaminasi yang tinggi” baik untuk tanah dan makhluk hidup. Oleh karena itu jenis limbah ini masuk dalam kategori B3, yaitu Bahan Berbahaya dan Beracun.

Sayangnya pengelolaan limbah elektronik belum maksimal. Masih dari data ITU, hanya 15 persen sampah elektronik di Asia yang berhasil dikumpulkan dan didaur ulang, sisanya berakhir di pembuangan.

Menurut David Christian, salah satu pendiri Evoware, kendala menyelesaikan permasalahan ini terlebih dahulu harus dimulai dari membiasakan masyarakat untuk membuang sampah berdasarkan jenisnya.

 

Elisabeth Chrisandra J.T.D.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini