Komunitas Lumen Christi : Penikmat Sepi di Kebisingan Kota

563
Lumen Christi membentuk lingkaran saat melangsungkan kegiatan.
[NN/Dok.Pribadi]

HIDUPKATOLIK.com – Komunitas Lumen Christi mengajarkan untuk mencintai keheningan. Di dalam keheningan itu setiap pribadi mampu menimba banyak inspirasi terutama untuk mewartakan kerajaan Allah.

Udara pagi begitu dingin memasuki sela-sela Kapel Getsemani, Paroki Yohanes Bosco Sunter. Beberapa orang sedang duduk dengan tenang, memejamkan mata, mengatur nafas dan masuk ke relung batin untuk berdoa. Mereka mengikuti setiap arahan yang diberikan pemipin untuk menyadari suasana sekitar, mendengar bunyi dari yang jauh hingga yang paling dekat, merasakan getaran, bahkan rasa sakit saat duduk bersila.

Sang pemimpin mengajak untuk merasakan kebisingan kota. Menyingkirkan diri sejenak dan sesaat untuk memasuk ke dalam sepi. Mengajak berdoa dan merenungkan beberapa ayat Kitab Suci. “Meditasi memang adalah sebuah perjalanan ke tempat yang sunyi untuk berkontemplasi,” ujar Fransiska Angela Senitini Effendi, seorang pembina Komunitas Lumen Christi.

Meditasi bagi Fransiska selalu memberi ketenangan dan kesegaran bagi yang tekun menjalaninya. “Meditasi membuat kami menjadi fokus. Tidak hanya saat menjalankan meditasi tetapi juga saat kami menjalankan tugas ke mana dan di manapun kami pergi.”

Jalan Sunyi
Nome nest omen, “nama adalah tanda”. Lumen Christi bukanlah sembarang nama. Lumen yang berarti “cahaya atau terang” sedangkan Christi yang berarti “Kristus”. Nama inilah yang kemudian di sematkan ke sebuah komunitas yang mencintai kesunyian di Paroki St Bonaventura, Pulo Mas, Jakarta Timur. Bermula ketika Pastor Thomas Aquinas Rochadi Widagdo, Kepala Paroki St. Bonaventura kala itu bertanya-tanya ketika banyak orang mohon doa kesembuhan dari sakit penyakit dan luka batin. Pastor Rochadi tak mau menutup mata terhadap keluh kesah umatnya.

Lewat berbagai refleksi, Pastor Rochadi lalu mendirikan Komunitas Lumen Christi untuk bermeditasi dengan mendalami Kitab Suci. Kelompok ini diresmikan pada 15 November 1994 dan pengurus pusatnya berada di Paroki St Bonaventura.

Para anggota Lumen Christi menyadari bahwa tidak mudah memang untuk paroki lain melirik komunitas ini. Ada beberapa paroki yang memang sama sekali tidak membuka pintu bagi kehadiran komunitas ini dengan berbagai alasan. Tetapi itu tidak menjadi alasan bagi anggota komunitas untuk terus mewartakan kabar Tuhan. Bagi mereka untuk mencapai kedekatan intim dengan Tuhan ada berbagai cara dan meditasi. Salah satu cara memperoleh kedekatan tersebut.

Veronika Sriyani Wikarta yang kini menetap di Paroki St. Yohanes Bosco Danau Sunter bercerita. Awalnya Paroki St Yohanes Bosco tidak membuka pintu bagi komunitas meditasi apapun. Tetapi Veronika merasa gundah hatinya karena lewat cara meditasi ia bisa dekat dengan Tuhan. Rasa gundah ini membawanya menghadap pastor paroki dan menanyakan soal meditasi. “Saya bertanya kepada pastor paroki perihal kelompok meditasi dan jawabannya belum ada. Saat itulah saya menawarkan kelompok meditasi ini dan disetujui pastor paroki.”

Gayung bersambut. Atas izin Pastor Noel Villavuerte SDB selaku Kepala Paroki kala itu menerima kelompok Meditasi Kitab Suci Lumen Christi. “Mulai saat itulah Lumen Christi Paroki Bosco dibentuk. Anggotapun mulai dijaring baik di sekitar paroki maupun di lintas paroki. Mereka berdatangan dan memiliki komitmen untuk mengikuti meditasi,” cerita Veronika.

Veronika juga tidak menampik bahwa anggota Lumen Christi di Paroki Don Bosco awalnya adalah pindahan dari kelompok di Paroki Bonaventura. Setelah terbentuk dengan baik, kegiatan meditasi mulai sering dibuat dan dijadwalkan pada pagi hari setiap Selasa dan Kamis. Akan tetapi dalam perkembangan waktu terjadi perubahan jadwal kegiatan meditasi yang dilakukan pada malam hari. Pertimbangan ini diambil untuk anggota yang sibuk bekerja di siang hari. “Mereka sangat antusias dan memiliki komitmen untuk melakukan meditasi. Mereka benar-benar meluangkan waktu untuk meditasi. Anggotanya baik sekitar paroki bahkan dari paroki yan terjauh seperti Paroki St Antonius Bidaracina,” kata Veronika.

Doa Hening
Anggota Lumen Christi terus bertambah meskipun tidak terlalu banyak. Mereka terus berkumpul sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. Komunitas ini berkomitmen agar menjadi wadah persekutuan spiritual Katolik yang berorientasi pada Meditasi Kitab Suci dan pelayanan.

Angela Effendi menjabarkan anggota komunitas ini terpanggil untuk menjalani doa hening. “Setiap orang atau kelompok memiliki cara sendiri untuk menjawab panggilan Allah, begitu juga dengan doa.” Menurutnya doa hening sangat mempengaruhi setiap anggota komunitas. Dalam sharing-sharing yang diungkapkan bahwa setiap anggota memiliki pengalaman bergulat dengan pengendalian diri. “Itu berarti doa hening memberi kontribusi untuk membentuk karakter dan pribadi yang kuat,” ujar Angela.

Veronika juga membenarkan hal tersebut. Menurutnya yang terpenting dalam Meditasi Kitab Suci adalah bagaimana seseorang mengalami transformasi diri. “Kalau hanya meditasi saja tidak cukup. Perubahan-perubahan kualitas pribadi ke arah yang lebih baik itu sangat penting.” Ia melanjutkan, meditasi itu hanya sebuah jalan menjawab panggilan untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan Kristus. Karya keselamatan yang kita terima dari-Nya tidak boleh berhenti dalam permenungan meditasi tapi jauh melampaui itu yakni dalam perbuatan nyata.

Veronika berbangga dengan anggota komunitas Lumen Christi ini. Sebagian besar anggota setelah ditempa, sangat aktif di lingkungan gereja dan masyarakat. “Itu adalah harapan dari meditasi ini, tidak hanya berhenti pada diri sendiri tapi juga bagaimana melayani orang lain. Anggota-anggota kami banyak yang menjadi aktivis dan saya apresiasi semangat mereka,” jelasnya.

Kini sudah 15 tahun Komunitas Lumen Christi terbentuk. Veronika mengungkapkan dalam usianya itu Lumen Christi tidak pernah berhenti untuk menyerukan perjalanan keluar. Selama ini meditasi selalu diidentikan dengan duduk dan diam tanpa berbuat apa-apa. Lumen Christi menyadari bahwa doa itu harus diwujudkan dengan keluar menemukan dunia yang sesungguhnya dimana Yesus turun.

Atas dasar ini, beberapa kegiatan sosial sudah lahir dari kelompok ini. Mereka pernah mengunjungi panti jompo, dan panti Anak-anak Berkebutuhan Khusus (ABK). “Kami tidak hanya berhenti pada ret-ret, rekoleksi dan doa-doa serta duduk untuk meditasi. Kami juga melakukan beberapa kegiatan bakti sosial. Kami melayani mereka secara bersama-sama dengan kelompok kategorial lainnya di Paroki Yohanes Bosco.”

Dosen Unika Atmajaya, Program Bimbingan dan Konseling ini menambahkan, Lumen Christi menjadi wadah bagi menyiapkan para rasul awam Katolik untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan Kristus. Meditasi Kitab Suci sangat membantu seorang pribadi untuk berjalan ke dalam dirinya sekaligus keluar diri. Kualitas-kualitas pribadi yang tertata melalui meditasi terutama untuk mengasah kepekaan dalam kehidupan sosial.

Lumen Christi juga sebagai wadah untuk mempersiapkan seorang pribadi untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan yang nyata. Wadah ini menampung, memadukan, menyalurkan aspirasi masyarakat bagi perkembangan nilai-nilai kehidupan baik pribadi, keluarga maupun masyarakat supaya dengan bebas dan penuh syukur memuliakan Tuhan, saling mencintai serta melayani sesamanya.

”Itulah kenapa setiap pribadi yang datang ke komunitas ini diajarkan untuk mencintai keheningan. Di dalam keheningan itu setiap pribadi mampu menimba banyak inspirasi terutama untuk mewartakan kerajaan Allah,” pungkas Veronika.

Willy Matrona

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini