Reuni

245

HIDUPKATOLIK.com Entah sudah berapa lama aku berupaya untuk mencarimu, mencari kabar dan berita tentang kamu. Kamu seperti hilang ditelan hutan belantara. Musnah ditelan bumi. Raib digondol maling. Mungkin aku tidak sungguh- sungguh mencarimu.

Sesekali kamu masih hadir dalam mimpiku, meski lebih banyak membuatku kecewa. Sejak terpaksa belajar berakrab ria dengan komputer, google, whatsApp, facebook, line, Instagram, mungkin sudah belasan kali aku memasukkan namamu. Yang muncul bukan kamu. Nama memang sama tetapi wajahmu tidak pernah muncul. Nama-nama itu orang lain bukan kau.

Atau engkau memakai nama lain untuk menghindariku, atau sudah operasi plastik di Thailand hingga aku tak lagi mengenalimu. Mungkin engkau sudah bermukim di negeri yang jauh, jauh dari jangkauanku.

Aku frustasi maka aku putuskan untuk tidak lagi mencarimu. Hanya menjadi follower pasif dari berbagai grup WA. Aku masih memantau grup WA dari teman-teman yang pernah sesekolah. Aku pernah merasakan selama dua triwulan sebangku denganmu. Selama itu aku merasa kamu menjadikan hidupku lebih berarti.

Grup makin ramai oleh kehadiran nomor-nomor dan foto-foto dari teman-teman yang telah terpisahkan oleh jarak dan waktu. Kini didekatkan lewat WA. Jarak antara Sorong dan Bekasi serta Palangkaraya serasa hanya lima belas menit seperti perjalanan dari rumahmu ke sekolah dengan naik sepeda.

Ngobrol tentang apa saja. Tentang anak-anak tentu saja. Sebagian besar sudah membiayai kuliah bahkan ada yang sudah dikaruniai cucu. Obrolan paling seru adalah cerita tentang guru-guru kita ketika di bangku sekolah. Rasanya ingin mengulangi masa itu.

Dan mengubah cerita tentang kita. Andaikan. Waktu itu aku menjadi sangat benci pelajaran Bahasa Inggris karena guru Bahasa Inggris yang masih muda itu kelihatan suka dengan kamu padahal aku lebih suka dengan kamu. Apa dayaku aku hanya anak yang masih bercelana pendek. Sampai sekarang aku tidak bisa berbahasa Inggris.

Aku ingat betul guru itu mengikat rambutmu yang panjang terurai, katanya menutupi matamu ketika beliau menjelaskan. Itu hanya modus untuk membelai rambutmu. Aku lebih suka rambut panjangmu terurai. Aku sangat tergila-gila dengan rambut panjang.

Karena aku berpikir gadis yang berambut panjang adalah gadis yang bisa merawat dirinya. Dan kalau bisa merawat dirinya tentu bisa merawatku. Aku suka pelajaran olah raga karena aku bisa dekat denganmu. Biasanya pak guru hanya duduk di pojok lapangan.

Beliau menyuruh kami-kami lari keliling lapangan. Justru pada saat lari itu aku bisa berdekatan denganmu. Kita bisa lari beriringan sembari bercanda. Usai lari sebagai bagian dari pemanasan, Pak guru biasanya menyuruh anak laki-laki bermain bola dan anak perempuan bermain volley.

Aku biasanya hanya main setengah permainan begitu juga kamu dan saat itu kita berdua tanpa dikomando sudah duduk berdua dengan alasan istirahat. Biasanya teman lain melindungi kita berdua. Mereka tidak akan mengganggu kalau kita sudah berduaan.

***

Daniel sang admin grup tiba-tiba memberi kejutan pada grup, lebih tepatnya kejutan bagiku. Daniel memasukkan nomor kamu disertai penjelasan dan hubungannya denganku. Namamu selalu dilekatkan dengan namaku. Dengan deburan hati, percampuran antara rasa senang seperti masa lalu dan khawatir bahkan dibumbui rasa takut, aku mencoba japri.

Aku hanya mendapati kalau sudah dibaca tetapi aku tunggu-tunggu tak ada reaksi. Mungkin kamu sedang tidak mau menjawab japriku. Aku harus tahu diri dan maklum karena kamu pasti tidak lagi ketika kita sebangku. Pasti sudah ada buah hatimu.

Ada rasa penyesalan yang tiba-tiba menyergapku, mengapa musti ada WA yang membuat aku berharap. Di grup mereka ramai membicarakan kamu dan selalu dihubungkan denganku. Apa lagi dibumbui dengan foto-foto waktu itu ketika aku masih bercelana pendek warna biru.

Mereka meng-upload ketika kita menjadi pengibar bendera. Kamu yang membawa bendera sedangkan aku di sebelah kananmu dan Daniel di sebelah kiri. Aku pandangi gambar kita berdua. Mereka juga upload gambar ketika kita didaulat oleh Bu Esti sebagai pembawa acara perpisahan.

Aku masih merasakan suasana itu, suaramu, bajumu, bahkan aku masih menyimpan bau parfummu yang membuatku ingin selalu dekat denganmu. Ada wajah-wajah cemburu dari teman-temanku yang selama ini tak begitu aku sadari. Saat itu aku sadar betul bukan hanya aku yang suka denganmu.

Justru dengan ini ada dorongan kuat untuk bersaing mendapatkanmu. Meskipun aku belum pernah menyatakan rasa sukaku tapi aku yakin kamu bisa membaca rasa sukaku lebih dari rasa suka dari teman-temanku yang lain.

Aku sangat senang dan antusias ketika ada wacana reuni. Berarti aku mempunyai kesempatan untuk bertemu denganmu. Rasanya aku satu-satunya orang yang ingin segera terwujudnya reuni itu. Ada gunungan rasa yang mengganggu tarikan napasku. Teman-teman sudah meledekku kalau aku bakalan ketemu kamu.

Meledekku bakal ada reuni pengibar bendera, bakal ada pertandingan sepak bola dan volley dengan syarat aku dan kamu hanya dipasang dua menit pertama selanjutnya
terserah Anda.

***

Rencana reuni tidak lagi sekadar wacana tetapi sudah pasti terselenggara. Aku kebagian ngurusi yang ada di Jakarta. Daniel yang di Jawa Tengah dan Yogyakarta sekaligus sebagai tuan rumah. Rani kebagian Jawa Timur. Wilayah Sumatera ada di bawah komando Rikardus.

Kepanitian sangat terbantu dengan adanya WA dan IG, kami dapat diskusi, rapat hanya bermodalkan HP tidak perlu sewa hotel. Konsumsi ditanggung masing-masing. Keuangan diurusi oleh bank dengan modal kepercayaan dan laporan dari teman-teman yang membelanjakan uang.

Di tengah kesibukan mempersiapkan reuni aku masih menyempatkan diri mencuri-curi waktu mencari informasi tentangmu.

Aku berharap kamu upload fotomu, kegiatanmu, aktivitasmu, anakmu, teman-temanmu sekarang. Mengapa kamu tak pernah memberi komentar meskipun kamu disebut-sebut?

Tak disangka-sangka HPku bergetar. Aku tak percaya kalau itu japri dari kamu. Aku perlu berkali-kali untuk membacanya. “Aku sedang ada di Jakarta…. Di Biara OSF Matraman.”

 

Nicolas Widi Wahyono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini