Kasihilah Tuhan Allahmu dan Sesama

441

HIDUPKATOLIK.com Minggu, 02 September 2018, Hari Minggu Biasa XXII Ul 4:1-2, 6-8; Mzm 15:2-3a, 3cd-4ab,5;Yak 1:17-18, 21b-22, 27; Mrk 7:1-8, 14-15, 21-23

HARI ini Tuhan menegur agar jangan mendahulukan kehendak dunia dan membelakangkan perintah Allah. Di Indonesia, umat Katolik menghadapi pelbagai tantangan baru Zaman Now.

Kita ditantang untuk menghindarkan keempat petaka nasional, yakni narkoba, begal, korupsi, dan pornografi. Kita dicemaskan oleh ancaman runtuhnya kesatuan NKRI. Pada bidang pengamalan hidup beragama, masih terasa kecemasan yang timbul dari kaum minoritas.

Di pihak lain, tak kurang berbahayanya arus sekularisme dan hedonisme yang semakin membahana. Rumah hiburan dan rekreasi lebih diminati daripada pergi ke rumah ibadat. Menghadapi semuanya itu rasanya kita harus bergegas mengamalkan catur takwa dan catur darma agar kita tetap sanggup mempertahankan kebahagiaan batin dan jasmani.

Catur takwa ialah empat keutamaan rasa bakti keluarga di hadapan Allah. Keempat takwa itu adalah pembangunan kesalehan dalam keluarga, yakni: Keluarga sebagai oase ilahi (keluarga yang saleh berdoa; keluarga yang saleh beribadat; dan keluarga yang mencintai sesama).

Keluarga menjadi oase ilahi dengan mengusahakan suasana teduh agar anak-anak dan anggota keluarga kerasan di rumah. Membangun kebiasaan tegur-sapa yang lembut dan akrab dengan semua anggota keluarga. Hal ini akan mendorong anggota keluarga rindu pulang ke rumah.

Anak-anak pun tidak akan cenderung pergi kepada narkoba, diskotek, begal dan penyimpangan lainnya. Selain itu, membangun keluarga yang berdoa dapat menjadi benteng melawan sekularisme dan hedonisme.

Membangun keluarga yang saleh dan beribadat membutuhkan tekad mengamalkan perintah Gereja, sekurang-kurangnya perintah kedua dan keempat, secara sungguh-sungguh: mengikuti Perayaan Ekaristi [atau Perayaan Sabda] pada hari Minggu dan hari raya wajib. Mengaku dosa sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

Pemenuhan kedua perintah ini sangat ampuh membentengi diri terhadap sekularisme dan hedonisme. Di Barat, kedua perintah ini diabaikan. Mereka menganggap hari Minggu adalah hari libur saja. Mereka mencari kesenangan ke tempat hiburan. Mereka tak membutuhkan pengakuan dosa. Mereka tidak beragama lagi. Kita harus sungguh-sungguh melawannya.

Takwa keempat adalah mencintai sesama sebagai saudara. Ada aliran yang mengajarkan membenci orang lain. Selain mendiskreditkan, juga mengkafirkan penganut agama lain. Kita menerima perintah untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri. Dari itu, keluarga Katolik adalah oase orang-orang yang mengajarkan cinta kasih persaudaraan, agar saling mengasihi sebagai saudara sejati.

Sedangkan, Catur Darma adalah empat keutamaan (virtus) yang pantas kita anut dalam bermasyakat dan bernegara. Keempat keutamaan itu adalah: (1) inklusivisme keakraban; (2) persaudaraan sejati; (3) damai lestari; dan (4) kerukunan sejati.

Mengenai inklusivisme keakraban adalah sikap terbuka persaudaraan inklusif, yang sama sekali bersih dari unsur SARA (Suku Adat Ras dan Agama), oleh perintah cintakasih ‘Cintai sesamamu manusia seperti dirimu sendiri’.

Katolik tidak boleh ikut-ikutan mendiskreditkan atau mengeksklusifkan orang atau golongan lain. Terlarang mengkafirkan orang atau kelompok mana pun. Mereka semua harus dianggap saudara yang akrab.

Membangun persaudaraan sejati, sekurang-kurangnya tiga hal harus dilaksanakan dengan baik; mengampuni orang yang bersalah kepada kita, menanggapi himbauan Sri Paus Fransiskus untuk membuang segala amarah, murka, kekerasan, dan balas dendam.

Pengampunan menjadi tawar peredam kemarahan dan penyejuk kedamaian di persada bumi Indonesia. Pembangunan damai lestari di mana setiap orang Katolik bertekad menjadi malaikat perdamaian bagi lingkungannya. Ia turut aktif menciptakan rasa aman dan ketentraman serta menghindarkan hal-hal yang meresahkan.

Orang Katolik tidak boleh menjadi bagian dari masalah, melainkan bagian dari solusi.

Mengenai kerukunan sejati dengan seni pengamalan prinsip bangsa kita ‘Bhinneka-Tunggal-Ika. Sri Paus Yohanes Paulus II, di Taman Mini pada 12 Oktober 1989, berucap: “Aku sangat kagum akan prinsip bhinneka-tunggal-ika Pancasila. Inilah dambaan Gereja Katolik dan seluruh umat manusia.”

Demikianlah dari bacaan-bacaan hari ini, kita dapat menarik pedoman hidup. Landasan dan tujuannya sangatlah handal bagi hidup persaudaraan yang rukun. Maka kita layak mengamalkan SEPADAN: Setia kepada Agama dan Negara.

 

Mgr Anicetus B Sinaga OFMCap
Uskup Agung Medan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini