Edmundus

203

HIDUPKATOLIK.com Minggu 19 Agustus 2018, Hari Minggu Biasa XX, Ams 9:1-6; Mzm 34:2-3, 10-11, 12-13, 14-15; Ef 5:15-20; Yoh 6:51-58

“Dengan tenaganya, hidupnya, bakat dan pengabdiannya selama ini, dengan honor yang begitu minim, Edmundus telah menjadikan dirinya “roti kehidupan” bagi masyarakat di
sana.”

YESUS memberikan diri-Nya sebagai “Roti Hidup” kepada murid-murid-Nya. Roti itu  diberikan untuk dimakan. Yesus menjadi “makanan”. Apa maknanya ? Makan adalah kegiatan harian yang sering tidak disadari, karena umumnya berjalan begitu saja.

Padahal kegiatan kecil ini, punya pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, makan adalah memasukkan sesuatu ke dalam mulut, mengunyah dan menelannya. Orang yang makan roti (singkong, sagu, nasi, kentang, dll) tentu mendapatkan energi dari makanan itu.

Makanan itu menyatu dengan tubuhnya, dan memberikan kekuatan, meskipun tidak tampak lagi bendanya. Diharapkan orang yang telah makan (makanan yang bergizi) dapat tumbuh dan berkembang kemudian bekerja atau bergerak sebagaimana mestinya.

Alkisah di salah satu desa pedalaman, hiduplah seorang guru yang telah puluhan tahun mengabdi. Nama guru itu Edmundus. Ia hanya berijazah SMP. Akibatnya, dia tidak pernah melamar untuk menjadi pegawai negeri. Honornya diterima tiga bulan sekali dari kepala desa. Saya bertemu dengan dia untuk pertama kalinya pada tahun 1992.

Pada bulan Desember 2017, saya bertemu dengan dia di desa yang sama. Karena pengabdiannya, murid-muridnya bisa membaca, menghitung dan menulis. Para mantan muridnya telah tersebar ke mana-mana. Ada yang menjadi guru, bidan, perawat, dan camat.

Dengan tenaganya, hidupnya, bakat dan pengabdiannya selama ini, dengan honor yang begitu minim, Edmundus telah menjadikan dirinya “roti kehidupan” bagi masyarakat di sana. Semangatnya, ketulusannya, kehidupannya, akan tetap hidup di dalam hati sanubari anak-anak, murid-muridnya, dan mereka yang hidup bersama-sama dengan dia di desa itu.

Edmundus, dengan dikuatkan oleh “Roti Hidup” dari surga yang diterimanya ketika ada kunjungan pastor ke desa itu, telah menjadi “Roti Hidup”. Ia telah menghayati sabda Yesus: “Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya”, dan meneruskannya kepada orang-orang di sekitarnya.

Di dalam diri Edmundus, “Roti” itu sungguh-sungguh menghidupkan. “Kehidupan Ilahi tampak dan terasakan di dalam kehidupan manusia, berkat undangan dan tawaran dari Roti Surgawi itu. Allah melalui Yesus menghendaki agar “roti itu dimakan” (menjadi makanan).

Maka, siapa saja yang makan “Roti” itu mendapatkan kekuatan, daya untuk tumbuh dan berkembang dalam relasi, kedekatan, komunikasi dengan Dia. Kehidupan yang ada pada diri Yesus (Sang Roti Hidup itu), diteruskan dan dihidupkan serta dikembangkan pada diri orang yang makan “Roti” itu.

Semakin sering dia makan “Roti Hidup” itu, dia akan makin ada dalam ikatan kasih dengan-Nya, dan tumbuh serta berkembang sesuai dengan “gizi dan daya luar biasa” yang ada di dalam Roti itu. Orang itu dapat benar-benar menampakkan Dia dan menjadi “hidangan yang lezat dan bergizi” bagi sesamanya.

Dalam kesatuan dengan Yesus, orang itu menjadi “Roti Hidup” bagi orang lain. Selain Edmundus, masih banyak orang: dokter, perawat, bidan, polisi, guru, katekis, pewarta, prodiakon, sopir, pembantu rumah tangga yang telah menunjukkan pengabdian dan pengorbanan yang luar biasa.

Orang-orang yang demikian ini, telah bekerja dengan gembira tanpa menuntut balas. Pemikirannya, tenaganya, perasaannya, talenta dan apa yang ada padanya menjadi sarana untuk menghadirkan kasih Allah kepada sesamanya.

Dirinya bagaikan “makanan” yang diberikan kepada istri, anak-anak, dan orang-orang di sekitarnya, murid-murid, majikan, umat Allah bahkan mereka yang jauh dari hadapannya. Dalam Yesus, orang itu juga menjadi “Roti Hidup” bagi sesamanya.

 

Mgr Nicolaus Adi Seputra MSC
Uskup Agung Merauke

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini