Yesus Naik ke Surga

984

HIDUPKATOLIK.com – Benarkah jika ditafsirkan bahwa kenaikan Yesus ke surga adalah tanda dari kedatangan kembali Kristus sebagai hakim akhir zaman, seperti dikatakan malaikat? Tetapi mengapa para Rasul tidak boleh melihat ke atas, padahal sebagai hakim akhir zaman, Yesus akan datang dari surga? Dan mengapa sebelum kenaikan Yesus ke surga, justru para murid masih menanyakan pemulihan kerajaan bagi Israel (bdk. Kis 1:6)?

Paulus Hadi Sigit, Malang

Pertama, memang benar bahwa kenaikan Yesus ke surga menunjuk pada kedatangan kembali Kristus sebagai hakim akhir zaman. Dengan naik ke surga, Kristus mengakhiri kehadiran-Nya yang kelihatan di dunia ini di antara para murid-Nya. Ungkapan “terangkat ke surga” (Kis 1:11) yang disertai dengan “awan menutupi-Nya dari pandangan mereka” (Kis 1:9), menunjukkan bahwa manusia Kristus diangkat ke kekuasaan dan wewenang ilahi. Awan adalah tanda khas penampakan yang ilahi. Jadi, kata-kata malaikat bisa diartikan bahwa hal Yesus terangkat ke surga memasuki kemuliaan ilahi-Nya, demikian pula Dia akan datang lagi dengan kemuliaan dan kekuasaan ilahi-Nya itu.

Kedua, kata-kata malaikat tidak hanya secara eksklusif merujuk pada kedatangan kembali Kristus pada akhir zaman, tetapi yang lebih penting, menunjuk terutama pada kedatangan Kristus segera. Karena itu, para murid tidak boleh melihat ke langit (Kis 1:10). Mereka harus melihat ke bumi, karena di bumi inilah Kristus akan datang melalui Roh-Nya. Para murid diutus kembali ke dunia di sekitar mereka karena kedatangan kembali Kerajaan Kristus akan segera diwujudkan di dunia ini. Maka, kenaikan Yesus ke surga berarti inagurasi kerajaan mesianis di dunia ini.

Tampak Yesus sendiri yang mengangkat kembali tema Kerajaan Allah ini, seperti dikatakan Lukas, “Ia membuktikan, bahwa Ia hidup” kepada para murid- Nya dan “berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah” (Kis 1:3). Karena itulah para murid bertanya, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis 1:6). Memang pertanyaan para murid masih mencerminkan pandangan umum orang Yahudi, yaitu kerajaan duniawi, politis. Mereka mengira waktunya sudah tiba. Yesus tidak membantah pandangan mereka bahwa kerajaan akan segera dibangun. Namun demikian, Yesus menyatakan bahwa kedatangan Kerajaan itu bukanlah dalam waktu singkat, tetapi dalam waktu yang panjang sesuai yang ditetapkan Allah sendiri. Yang terpenting di sini ialah para murid itu yang harus bertanggung jawab memperluas kerajaan itu dengan memberikan kesaksian sampai melampaui batas-batas Israel, bahkan sampai ke ujung bumi (Kis 1:8).

Jadi, kenaikan Yesus ke surga menandai pembangunan dan perluasan kerajaan mesianis, bukan oleh tindakan yang kelihatan dari Sang Guru, tetapi oleh tindakan dan kesaksian para murid-Nya. Yesus mendirikan kerajaan-Nya dengan pengangkatan-Nya ke surga. Dari surga inilah Dia akan mengirimkan Roh Kudus. Kuasa Roh Kudus inilah yang merupakan kekuatan untuk memperluas kerajaan.

Ketiga, dengan pandangan di atas itulah, maka para murid Yesus dan tradisi sesudah mereka menafsirkan peristiwa kenaikan ke surga sebagai pentakhtaan Sang Mesias dalam kerajaan-Nya. Pentakhtaan ini seringkali ditunjukkan dengan ungkapan “duduk di sebelah kanan Allah” (bdk Mrk 16:19). Seringkali pula, kenaikan Yesus ke surga langsung hanya dimaknai sebagai “duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita” (Rom 8:34). Ungkapan “di sebelah kanan Allah” bisa kita temukan di Kisah Para Rasul (2:33; 5:31; 7:55, dst.), di surat Pertama Rasul Petrus (3:22), Hibrani (1:3; 8:1; 10:12; 12:2) dan Kitab Wahyu (5:7).

Ungkapan ini adalah pengakuan akan kemahakuasaan Kristus sebagai Raja atas seluruh alam semesta dan sejarah. Sebagai Raja, kepada Kristus telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi (Mat 28:18; bdk Mrk 16:19) (KGK 668).

Petrus Maria Handoko CM

HIDUP NO.21, 25 Mei 2014

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini