Posisi Anak Kecil

193

HIDUPKATOLIK.com Pw St. Maksimilianus Maria Kolbe, Yeh. 2:8-3:4; Mzm. 119:14, 24,72, 103, 111, 131; Mat. 18:1-5, 10, 12-14

BACAAN Injil hari ini yang masuk dalam bagian yang berbicara tentang komunitas atau jemaat, sebenarnya terdiri dari dua bagian: syarat masuk kerajaan surga (ay. 1-5) dan kisah tentang domba yang hilang (ay. 10-14).

Dalam bagian pertama, syarat masuk ke dalam kerajaan surga adalah merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil (ay. 4). Kita sudah mengenal rumusan itu dengan baik. Tetapi, apa persisnya yang dimaksud dengan kata-kata tersebut?

Di dalam keluarga, “anak-anak” memang sangat dikasihi oleh orang tuanya. Tetapi, di dalam komunitas yang lebih besar atau dalam masyarakat, anak-anak, praktis menjadi kelompok yang lemah dan tidak bisa menyumbangkan banyak bagi masyarakat atau jemaat, setidaknya sampai mereka dewasa.

Anak-anak adalah mereka yang kecil dan lemah dalam masyarakat. Kata Yunani tapeinos yang diterjemahkan dengan ‘merendahkan diri’ memang bukan pertama-tama menunjuk pada kerendahan hati, tetapi lebih menunjuk status sosial.

Kalau demikian, maka menjadi seperti anak kecil berarti menerima status sosial yang rendah di dalam masyarakat dan dengan rela hati menyerahkan diri pada penggembalaan atau pengelolaan para pemimpin jemaat/masyarakat.

Dengan kata lain, yang mau digarisbawahi adalah ketaatan dalam hidup bermasyarakat. Supaya mereka tidak diperlakukan sewenang-wenang, Yesus melanjutkan bahwa bagi para pemimpin sendiri, menerima “anak-anak kecil” ini dianggap sama dengan menerima Tuhan Yesus sendiri (ay. 5).

Lalu? Siapa dan dimana posisi Anda di dalam masyarakat atau dalam jemaat? Yang mesti menjadi “anak kecil” dan berusaha taat atau yang mesti menerima “anak kecil” yang merupakan “perwujudan” Tuhan?

 

Pastor Dr. V. Indra Sanjaya
Dosen Kitab Suci Pasca Sarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini