HIDUPKATOLIK.com – Youth Perduki ibarat batu yang akan terus tersusun dan tak terpisahkan dari fondasi. Mereka yang mempertahankan dan mewariskan iman Katolik yang tertanam dalam Perduki.
Puluhan anak begitu ramai di Lantai 5, Ruang Faber Sanggar Prativi Building, Pasar Baru. Beberapa anak remaja yang sudah dibagi dalam kelompok sedang asyik melakukan aktifitas. Mereka memanfaatkan berbagai media seperti streofoam, bola dan puzzle. Mereka mengikuti instruksi pembimbing selama kegiatan berlangsung.
Selain itu mereka juga menyanyikan berbagai lagu. Beberapa lagu di antaranya adalah lagu kebangsaan dan lagu-lagu pujian. Anak-anak remaja ini merupakan anggota Youth Perduki. Mereka biasanya berkumpul setiap hari Jumat pertama dan keempat.
Aurelia Lenora, Kelas 2 SMA mengungkapkan dengan mengikuti kegiatan ini ia merasa senang. Selain itu ia juga bangga karena kegiatan ini membuat ia memiliki banyak teman. “Saya pada awalnya canggung karena bertemu dengan teman yang baru. Akan tetapi setelah sering bertemu pada akhirnya kami bisa bermain bersama.”
Merangkul Remaja
Pembina Youth Perduki, Sugiarto Haman menjelaskan, pada awalnya Persekutuan Doa Usahawan Katolik (Perduki) membentuk Bina Iman Anak yang semua pesertanya anak-anak pengurus Perduki. Latar ide ini agar anak mendapat ruang untuk semakin paham tentang iman Katolik. “Mereka adalah anak-anak dari pengurus Perduki. Ada pemikiran bahwa orang tua anggota Perduki perlu membuka ruang bagi anak-anak mereka.”
Lebih lanjut, Sugiarto mengatakan, saat Perduki melakukan aktifitas, anak-anak akan ditinggalkan. Karna merasa ditinggalkan maka Perduki berpikir, anak-anak perlu dilibatkan di dalam kegiatan. “Mereka tidak perlu ditinggalkan di rumah ketika kami para orang tua menjalankan kegiatan. Mereka sangat penting untuk dibawa dan dilibatkan.”
Sejak saat itu Bina Iman Anak Perduki (BIA Perduki) mulai dijalankan sehingga anak-anak mendapatkan pembekalan iman. Sugiarto melanjutkan, setelah BIA Perduki berjalan cukup lama, muncul kegelisahan yang baru. Anak-anak yang sudah mulai beranjak remaja. Di sana, ada kegelisahan akan kehilangan satu generasi, ketika remaja tidak dilibatkan dalam Perduki.
Sugiarto mengatakan, anak-anak yang dibina dalam BIA Perduki, tentu saja akan berkembang menjadi remaja. Saat inilah disadari adanya kebutuhan untuk membentuk wadah baru. Maka, lanjut Sugiarto, Perduki membentuk Youth Perduki sebagai wadah untuk mempertahankan pendidikan iman untuk mereka. “Perduki kemudian membentuk Youth Perduki agar tidak ada ruang kosong bagi remaja. Youth Perduki merupakan bentuk kelanjutan dari BIA Perrduki.”
Pada Maret 2017 Youth Perduki resmi dibuka. Peserta yang terlibat ketika itu tidak hanya anak-anak dari pengurus dan anggota Perduki. Beberapa peserta berasal dari remaja Katolik dari luar. Sugiarto menambahkan, anak-anak yang dijaring berasal dari lingkup pergaulan teman sekolah anak-anak pengurus dan anggota Perduki. Mereka berusia 12 hingga 17 tahun atau yang masih duduk di bangku SMP atau SMA. “Ada strategi baru untuk menjaring Youth Perduki ini yakni dengan pergi ke paroki-paroki dan itu akan dilaksanakan di waktu-waktu yang akan datang.”
Maria Theresia Emmy yang adalah Pembina Youth Perduki menjabarkan, komunitas ini adalah jawaban atas tantangan zaman. Di era globalisasi, di mana perkembangan begitu pesat tantangan kehidupan semakin berat. “Bayangkan saja hingga saat ini tawaran-tawaran dunia seperti pegaulan bebas, narkotika dan juga radikalisme menjadi ancaman nyata bagi perkembangan seorang pribadi.”
Perkembangan teknologi juga mempengaruhi pertumbuhan pribadi anak. Banyak kasus depresi, hamil di luar nikah, hingga bunuh diri yang bahkan terjadi pada anak remaja. Maria mengungkapkan, hal semacam ini di kota besar seperti Jakarta tentu tidak dapat dielakan.
Youth Perduki ingin merangkul anak-anak remaja dan mendampingi meraka menjadi generasi yang memiliki masa depan. “Di sini anak-anak remaja akan di ajarkan untuk melayani Tuhan dan sesama. merupakan komunitas untuk melayani anak remaja dengan semangat agar mereka lebih mengenal Tuhan.”
Membentuk Karakter
Salah satu pembimbing Youth Perduki, Lie Agnes menjelaskan bahwa dalam proses membimbing Youth Perduki memang butuh kesabaran. “Mereka adalah anak-anak yang aktif yang tentu saja tidak dapat sekali dibentuk dan langsung jadi. Mereka butuh tahapan-tahapan yang harus dilalui.”
Menurut Agnes, ada kekhasan tersendiri dalam membimbing Youth Perduki, terutama membentuk karakter yang dekat pada Tuhan. Anak remaja terbiasa dekat gadget, media sosial, dan sering tidak pekah dengan lingkungan. “Di sini mereka mulai diajarkan untuk bersyukur, selain itu peka terhadap lingkungn sekitar. Mereka diajarkan untuk saling terbuka dengan melakukan sering pengalaman, memimpin doa, membaca serta merenungkan firman.”
Emmy menambahkan Youth Perduki memfasilitasi anak-anak untuk saling mengenal satu sama lain dan mengembangkan talenta yang mereka miliki. “Youth Perduki melakukan bermacam-macam kegiatan mulai dari praise and worship, games, youth camp, rosario bersama, sharing, pembekalan talenta dan jalan-jalan bersama.”
Youth Perduki menyediakan waktu kegiatan yang berlangsung setiap hari Jumat, pada minggu kedua dan keempat. Maria menjelaskan, materi kegiatan seputar pembelajaran untuk megasah karakter mereka.
Estafet Perduki
Sugiarto menjelaskan, kehadiran Youth Perduki sebenarnya gambaran masa depan Perduki. Remaja yang sedang bertumbuh dan berkembang akan menjadi penerus-penerus Perduki kelak. “Sudah lama Perduki memikirkan bagaimana membentuk generasi Perduki di masa yang akan datang. Bermula dari BIA Perduki hingga pada akhirnya Youth Perduki. Ini merupakan salah satu cara pengkaderan di dalam Perduki sendiri.”
Menurut Sugiarto, keterlibatan anak-anak di dalam Youth Perduki agar membentuk penerus Gereja dan bangsa. Youth Perduki adalah ruang bagi mereka untuk berkreasi. Di sini mereka benar-benar menjadi manusia yang bertumbuh. “Mengingat anak-anak ini adalah generasi mendatang Perduki maka mereka selalu dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan Perduki. Kegiatan tersebut mulai dari doa bersama, pujian-pujian hingga bakti sosial,” jelasnya.
Sugiarto menambahan, Perduki menginginkan agar BIA Perduki dan Youth Perduki turut mengambil bagian dalam kegiatan Perduki. Perduki menyadari bahwa anak-anak itu merupakan tongkat estafet bagi Perduki. Mereka adalah generasi yang memperpanjang nafas Perduki. “Saya membayangkan bahwa seandainya tanpa mereka, apa kira-kira yang akan terjadi puluhan tahun lagi. Youth Perduki ibarat batu-bata yang akan terus tersusun dan tak terpisahkan dari fondasi, sehingga membentuk tembok Perduki yang kokoh.”
Richard anggota Youth Perduki yang juga siswa kelas 2 SMP menjelaskan, dirinya mempelajari banyak hal bersama teman-teman yang lain di dalam komunitas ini. Ia menuturkan, pengalaman yang berkesan adalah saat memiliki kesempatan untuk membagikan pengalaman satu dengan yang lain. “Dengan cara seperti ini kami saling menghargai dan mensyukuri hidup,” katanya.
Willy Matrona