MENGGAMBAR ALLAH DENGAN KATA

153
Peserta writing camp penulis Katolik berdiskusi dalam kelompok.
[HIDUP/Stefanus P. Elu]

HIDUPKATOLIK.com - Ada empat penulis “best seller” di dunia Kristiani. Karya mereka tak pernah habis dibaca dan ditafsirkan. Empat orang itu menulis profil Si Pemuda Nazaret bernama Yesus.

SASTRAWAN Eka Budianta mengatakan, 2000 tahun lalu muncul seorang pemuda di Galilea. Ia berkhotbah, menyembuhkan orang sakit, dan mengampuni pendosa. Tindakan melawan arus yang Ia lakukan pada zaman itu membuat-Nya dimusuhi. Empat orang kemudian menulis sepak terjang Sang Pemuda itu. Di kemudian hari, keempat orang itu menjadi penulis best seller, yang karyanya masih kita baca sampai hari ini. “Mereka adalah Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Terbukti bahwa kita punya sosok yang biografinya tak pernah habis untuk diceritakan sejak 2000 tahun silam. Inilah keunggulan kita sebagai penulis Katolik,” kata Eka.

Eka mengatakan hal ini saat membuka kegiatan writing camp penulis Katolik di Rumah Retret Pratista Lembang, Bandung, Jawa Barat, Jumat-Sabtu, 28-29/10. Kegiatan belajar menulis bertajuk “Melukis Allah dalam Segala Hal”. Komunitas Deo Gratis adalah komunitas yang semula bergerak di media sosial Facebook, kemudian sepakat mengadakan tatap muka sebagai ruang untuk berjumpa secara langsung antar-sesama penulis Katolik.

Peraih penghargaan Khatulistiwa Literary Awards kategori prosa 2008, Ayu Utami yang hadir sebagai narasumber membagikan pengalamannya bergelut di dunia tulis-menulis sejak 1990-an. Ayu bercerita seputar proses kreatif yang ia tempuh tiap kali melahirkan satu buku baru, termasuk novel Saman yang melejitkan namanya. Setelah sekian buku berhasil ia tulis, ia sadar bahwa sumber inpirasinya yang pertama untuk menulis adalah Kitab Suci. “Waktu saya kecil saya sangat suka baca Kitab Suci. Saya menemukan macam-macam kisah tentang siapa Allah dan Yesus. Maka ketika saya memutuskan jadi penulis, gaya metafora yang ada di dalam Kitab Suci sangat mempengaruhi saya,” ujar Ayu Utami.

Dosen Teologi Dogmatik Fakultas Filsafat Universitas Parahyangan Bandung Dr Hadrianus Tedjoworo OSC mengatakan, lewat kegiatan menulis, seorang penulis Katolik berkontribusi untuk menjelaskan imaji tentang Allah. Karena itu, Romo Tedjo sangat menganjurkan agar para penulis Katolik tak hanya menulis sesuatu yang mengawang-awang tapi dari pengalaman nyata. “Pengalaman disentuh Allah itulah yang harus jadi sumber utama dalam tulisan-tulisan kita. Karena imaji yang kita miliki tentang Allah akan sangat mempengaruhi cara kita menuliskan relasi kita dengan Allah,” ujar Romo Tedjo.

Sementara praktisi fotografi, Umbu Justin menawarkan sumber menulis dari gambar atau foto. Menurutnya, sumber inspirasi untuk menulis tidak akan pernah habis. Ketika kita melihat sebuah gambar, kita punya cara pandang dan tafsiran yang berbeda-beda. Setiap foto atau gambar membuka ruang yang sangat luas untuk kita bahasakan lewat tulisan.

Stefanus P. Elu (Bandung)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini