HIDUPKATOLIK.com – Pastor Hertanto, pada bulan Mei lalu di lingkungan kami, umat dihimbau untuk aktif berdoa Rosario seperti tahun-tahun sebelumnya. Begitu juga pada Oktober nanti. Bulan Mei disebut sebagai bulan Maria, sedangkan bulan Oktober disebut sebagai Bulan Rosario. Saya minta penjelasan mengenai kedua bulan ini.
Leo, Bekasi.
Tradisi Mei dan Oktober sebagai bulan penghormatan Maria mempunyai sejarah yang berbeda. Tradisi Oktober sedikit lebih tua, dan berkaitan dengan peristiwa kemenangan pasukan Gereja atas pasukan Turki, di sebuah pertempuran laut di Lepanto, pada tanggal 7 Oktober 1571. Sebelumnya Paus Pius V sendiri sudah minta kepada umat untuk berdoa Rosario (Bdk. Bulla Consueverunt Romani 1569). Sebelum hari pertempuran itu umat, khususnya yang tergabung dalam Persaudaraan Rosario, mendaraskan doa Rosario. Mereka khawatir terhadap pasukan Turki yang terkenal tak tertandingi itu.
Doa itu ternyata dikabulkan! Tepat tanggal 7 Oktober 1571 pasukan gabungan menang atas pasukan Turki dalam sebuah pertempuran laut di Lepanto. Karena sebelumnya umat memang berdoa untuk ujud ini dengan doa Rosario, umat sungguh yakin bahwa kemenangan itu pastilah berkat bantuan Bunda. Karena itu pada peringatan satu tahunnya Paus Pius V menetapkan 7 Oktober sebagai Hari Maria Ratu Rosario. Paus pengganti beliau, Gregorius XIII, menetapkan Minggu pertama Oktober sebagai pesta Rosario Suci di gereja-gereja yang mempunyai altar Maria.
Akhirnya Paus Leo XIII menetapkan seluruh bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Dengannya ia meminta umat untuk berdoa Rosario selama bulan itu. Tradisi itu menetap sampai sekarang ini. Rosario menjadi doa Gereja yang penting. Juga Paus Paulus VI dalam rangka mengenang 400 tahun seruan Paus Pius V di atas meminta agar kita menghidupkan bulan ini dengan doa Rosario sebagai jalan perdamaian dan jalan mengarahkan diri pada Tuhan (Recurrens mensis October, 7 Oktober 1969).
Tradisi Mei sebagai bulan Maria dimulai kemudian. Tercatat, bahwa tahun 1784 suster-suster Ordo Kamilian di Ferrara, Italia, merayakannya untuk pertama kalinya sebagai kegiatan satu bulan untuk menghormati Perawan Maria. Pemilihan bulan Mei ini berhubungan dengan tradisi menyambut musim semi yang sangat popular di Eropa dan sering kali dimaknai secara mendalam. “Setelah masa salju dan es, beku dan dinginnya musim dingin, setelah badai musim semi dan curah hujan, bumi pada bulan Mei menghiasi dirinya dengan kehijauan baru dan hiasan daun-daun segar” (Henry Newman 1801 -1890). Mei adalah bulan pengharapan akan hidup baru.
Bertepatan juga, banyak sekali perayaan Gerejani dirayakan pada bulan Mei: sesudah Paskah, ada Kenaikan Yesus, Pentakosta, Tritunggal Maha Kudus, Tubuh dan Darah Kristus, dan Hati Kudus Yesus. Itulah perayaan-perayaan misteri utama Yesus Sang Hidup. Tentulah tidak terlupakan peran Maria di sini, yang adalah Bunda Pengharapan, yang menghantar umat dekat dengan segala keindahan misteri ini. Maka dua hal ini cocok sekali satu sama lain. Keindahan bulan Mei adalah tanda suka cita hidup dan iman. Siapakah yang pantas menerima persembahan semua itu selain dari ibu yang telah melahirkan Tuhan kehidupan? Apalagi, sudah sejak abad pertengahan ibu kita ini digelari “Mawar tak berduri” dan “Bunga terindah dari antara semua bunga”.
Bulan Mei ini sebagai bulan Maria diteguhkan oleh Paus tahun 1815. Tradisi ini pun makin berkembang ke seluruh dunia. Berbeda dari bulan Oktober, sebenarnya pada bulan ini ada lebih banyak variasi doa untuk Maria: renungan Maria, novena, dan doa-doa lainnya. Jadi bukan hanya untuk Rosario saja, melainkan juga untuk aneka bentuk devosi Maria yang lain.
Gregorius Hertanto MSC