Klinik Panti Usada: Gerak Pelayanan Setelah Dihempas Gempa

628
Kepedulian: Rotari Club of Yogya-Tugu menyemarakkan acara peresmian Klinik Panti Usada dengan menggelar pemeriksaan gratis.
[HIDUP/H.Bambang S.]

HIDUPKATOLIK.com – Balai pelayanan kesehatan milik paroki ini sempat tutup setelah porak- poranda karena gempa. Vakum dua tahun, kini beroperasi lagi. Sejak Juli 2014, balai ini ditingkatkan menjadi Klinik Kesehatan bagi masyarakat umum.

Sejak 2006 pelayanan kesehatan di Balai Pengobatan Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta, tutup akibat gempa bumi. Setelah membuka kembali layanannya, sejak Juli 2014, balai pengobatan milik Paroki Baciro ini berganti nama menjadi Klinik Panti Usada. Kini, setiap hari melayani para pasien, baik umat Katolik maupun warga sekitar gereja.

“Biaya pemeriksaan dan obat-obatan kami sediakan gratis. Pasien lama cuma bayar seribu rupiah, sedangkan pasien baru dikenakan seribu lima ratus rupiah uang pendaftaran,” tutur dr Anastasia Retno Supanti, dokter di klinik ini kepada HIDUP, Minggu, 7/9. Hari itu, usai misa pagi, di panti paroki yang terletak bersebelahan dengan Klinik Panti Usada digelar bakti sosial pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan gratis. Kegiatan pelayanan ini diselenggarakan oleh Rotari Club of Yogya-Tugu, sekaligus memeriahkan pembukaan kembali Klinik Panti Usada.

Tutup karena gempa
Klinik ini terletak di kompleks gereja, tepatnya di Jl Melati Wetan 49 Yogyakarta. Balai pelayanan kesehatan ini berdiri sejak 1986. Saat itu balai pengobatan hanya memberikan pelayanan umum kesehatan dan kesehatan gigi, untuk umat paroki. Namun, gempa 27 Mei 2006 memporakporanda kan bangunanpun peralatan medis. Demikian juga Gereja Paroki Baciro rusak parah. “Karena itu, pelayanan kesehatan bagi umat, vakum hingga 2008,” terang dr Anas.

Setahun kemudian, atas saran Uskup Agung Semarang waktu itu, Mgr Ignatius Suharyo (kini Uskup Agung Jakarta), pelayanan kesehatan itu diaktifkan kembali. Pertimbangannya, antara lain bahwa Paroki Baciro merupakan satu-satunya paroki di Kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki balai pengobatan. “Maka, sejak tahun itu hingga bulan Juli lalu, balai pengobatan dibuka kembali, namun hanya tiap Minggu saja,” jelas dr Anas.

Pada 2010, izin operasional balai pengobatan ini habis. Maka, pastor paroki minta dewan paroki memperpanjang izin. Ini dimaksudkan agar pelayanan kesehatan bagi umat bisa terus berlangsung dan bahkan dapat meningkatkan pelayanan yang lebih luas, untuk masyarakat umum.

Untuk itu, selama kurang lebih tiga tahun, pengelola balai pengobatan mengupayakan persyaratan standar yang harus dipenuhi untuk pengoperasian sebuah klinik kesehatan. Menurut standar yang berlaku, klinik kesehatan minimal memiliki dua dokter umum, dua dokter gigi, apoteker, asisten apoteker dan perawat. Mereka pun harus, mempunyai izin praktik. Selain itu, klinik harus dilengkapi peralatan kesehatan yang memadai.

“Dari 2010 sampai 2013 kami berproses mencari tenaga medis yang bisa membantu untuk turunnya izin. Dan sekarang kami sudah memenuhi standar tersebut. Ketika Panti Usada dibuka kembali pada 7 Agustus lalu, semua izin sudah kita miliki,” tutur dr Anas.

Ia menyebutkan, untuk memenuhi persyaratan izin membuka klinik itu, pengelola mendapat dukungan penuh dari William Soeryadjaya Foundation. “Pada November 2013, kami dipertemukan dengan William Soeryadjaya lewat perantara Pastor Rekan Paroki Baciro, RD C.B. Mulyatno,” ungkapnya.

Kembali melayani
Selain melayani pemeriksaan kesehatan umum dan gigi, klinik ini juga melayani pemeriksaan laboratorium sederhana dan rekam jantung. Panti Usada memiliki 30 tenaga kesehatan: tiga dokter umum, dua dokter gigi, empat petugas bagian pendaftaran, lima petugas asisten apoteker (mahasiswa farmasi), termasuk para suster dari Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus (OP), serta mereka yang melayani pada bagian administrasi.

Sementara, fasilitas ruangan terdiri dari kamar unit pelayanan gigi, ruangan tindakan, poliklinik umum, dan bagian administrasi. “Kami buka dalam dua shift, pagi pukul 09-12.00, sore pukul 16.00- 19.00. Sedangkan Minggu, pukul 07.00- 10.00 WIB,” terang dr Anas.

Pastor Kepala Paroki Baciro RD Adolfus Suratmo menuturkan, turunnya izin dan dibukanya kembali layanan kesehatan ini hendaknya dibaca dalam kacamata iman: bahwa Gereja harus mengolah tiga hal. Pertama, pemahaman iman yang ditempuh melalui bermacam-macam pembelajaran. Kedua, pengolahan terkait dengan penghayatan iman dijalani melalui serangkaian liturgi peribadatan yang semakin mengungkapkan iman dan bakti manusia pada Allah. Ini ditempuh melalui peribadatan, baik di paroki maupun lingkungan untuk memberikan pelayanan kepada segenap umat beriman. ”Terakhir, yang perlu diolah adalah kerasulan pelayanan,” ujarnya.

Kegiatan ini disebutnya sebagai perhatian kepada yang lemah, tersingkir dan difabel. “Ini hanya bisa terwujud bila kita bekerja sama dengan mereka yang berkehendak baik,” katanya.

Bentuk pengabdian
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti, saat meresmikan Klinik Panti Usada tersebut, mengapresiasi peran William Soeryadjaya Foundation yang telah mendukung beroperasinya klinik di tengah masyarakat tersebut. “Pembangunan kesehatan tidak mungkin berhasil tanpa peran dan komitmen kita semua,” katanya.

Layanan kesehatan ini disebutnya sebagai bentuk kesetiaan dalam pengabdian kepada masyarakat. “Ini sebuah contoh pengabdian yang tulus ikhlas di bidang kesehatan. Kesehatan masyarakat tidak datang sendiri, tapi perlu diupayakan oleh kita semua,” tandasnya.

Dalam kesempatan itu, Haryadi berpesan agar petugas klinik terus mensosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat. Juga, mencegah perkawinan usia dini dan penyalahgunaan Narkoba. ”Jadikan Kota Yogya ini bersih dari Narkoba,” pungkasnya.

Malam harinya, usai menerimakan Sakramen Krisma di Gereja Kristus Raja Baciro, Uskup Agung Semarang Mgr J. Pujasumarta memberkati Klinik Panti Usada yang baru diresmikan ini.

H. Bambang S.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini