HIDUPKATOLIK.com – Minggu 01 Juli 2018, Minggu Biasa XIII, Keb 1:13-15; 2:23-24; Mzm 30:2,4,5-6, 11, 12a, 13b; 2 Kor 8:7,9,13-15; Mrk 5:21-43
“Bila kamu dibebani menolong orang lain bukanlah supaya orang lain mendapat keringanan tetapi keseimbangan.”
PERJALANAN sejarah pengembangan keselamatan hidup menggereja selalu memerlukan tenaga merasul, untuk mewartakan berita gembira. Ini sudah terlaksana sejak Tuhan Yesus hidup mewartakan dan memproklamasikan Injil atau Kabar Gembira kepada umat di dunia ini.
Selanjutnya barisan generasi penerus ajaran Tuhan Yesus sejak permulaan sampai zaman ini, selalu mewujud dalam kiprah Gereja membina tenaga kader atau perwira pewarta keselamatan. Gerakan ini tertangani dengan diselenggarakan dalam pendidikan secara formal, yang menelan waktu bertahun-tahun. Misalnya melalui karya pendidikan dalam keluarga, dalam sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi.
Kiprah pewartaan kabar gembira perlu tenaga, pengetahuan, ketrampilan, waktu, medan kegiatan. Pribadi yang diserahi karya perwartaan perlu memikirkan pihak yang perlu pelayanan : bangsa, suku, kelompok, umur, dan pekerjaannya. Itu semua memerlukan pengetahuan tentang apa yang sepantasnya diwartakan dan apa yang harus dipelajari oleh para pewarta.
Gerakan kerasulan semacam ini tidak berhenti pada keberhasilan orang yang sudah dilayani, tetapi mempunyai tujuan seterusnya, agar orang yang sudah dilayani selanjutnya menerapkan apa yang telah dialami yaitu melayani pihak lain yang memerlukan pertolongan.
Inilah yang dimaksudkan dalam isi pewartaan Paulus dalam surat kedua kepada jemaat di Korintus. Demikian pula dalam bacaan Injil tentang mukjizat Yesus menghidupkan anak putri Yairus.
Intinya, dalam mewartakan karya keselamatan, sangat penting merintis perwira atau kader untuk karya keselamatan. Itulah yang dihayati Gereja dalam karya mendidik generasi muda, bidang menyembuhkan orang, sakit, menolong orang miskin.
Dalam Bacaan Pertama dari Kitab Kebijaksanaan dikatakan bahwa, memang maut tidak dibuat oleh Allah dan Allah pun tidak bergembira karena yang hidup musnah lenyap. Sebaliknya Allah menciptakan segala-galalanya supaya ada dan supaya makhluk-makhluk jagat menyelamatkan.
Tidak ada racun yang membinasakan dan dunia orang mati tidak merajai bumi. Maka kesucian mesti baka sebab Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan dan dijadikannya gambar hakikat-Nya. Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia dan yang menjadi milik setan mencari maut itu.
Dalam Bacaan Kedua, Paulus menunjukkan Jemaat Perdana yang saling memperhatikan dan mengembangkan. Bila seseorang atau sebagian kelompok sudah berkembang, janganlah malah menindas teman atau kelompok lain yang terbelakang perkembangannya.
“Bila kamu dibebani menolong orang lain bukanlah supaya orang lain mendapat keringanan tetapi keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini selayaknya kelebihanmu mencukupi kekurangan mereka, agar juga kelebihan mereka kemudian mencukupi kekuranganmu, supaya ada keseimbangan” ( 2Kor 8:13-14).
Cita-cita Paulus merupakan pelaksanaan langkah ulang apa yang dikerjakan Tuhan Yesus saat menghidupkan anak putri Yairus, Kepala Rumah Ibadat di Gerasa. Yesus mengembangkan iman Yairus, yang sudah mempelihatkan imannya kepada Yesus. Ia juga meningkatkan iman tiga rasul, Petrus, Yohanes, dan Yakobus.
Yesus terus memperkuat iman mereka untuk menjadikan mereka tenaga inti pewarta-pewarta Injil. Saat Yesus menghidupkan anak Yairus, semua tamu diminta keluar rumah. Yesus hanya didampingi Petrus, Yohanes, Yakobus, Yairus, dan istrinya.
Orang banyak itu nantinya mendapat keterangan tentang mukzizat itu dari Yairus sendiri. Inilah peristiwa bina kader tenaga pewarta Kabar Gembira yang sudah mulai tumbuh di kehidupan Petrus, Yohanes, Yakobus, dan Yairus.
Demikianlah langkah khusus Yesus membina perwira pewarta Injil. Kelak mereka akan meneruskan karya Yesus di dunia. Peristiwa saat Yesus menghidupkan anak Yairus adalah peristiwa proses pengkaderan (langkah formatif istimewa) calon penerus pewarta Injil (Para Rasul).
Inilah yang menyinari secara khusus (penanaman benih inspirasi ) Gereja mendidik para calon penginjil dengan adanya pembinaan secara istimewa: Seminari Menengah, Seminari Tinggi, Fakultas Teologi dan lain-lainnya.
Itulah benih praktis pengkaderan dalam proses pendidikan imam, bruder, suster, dan awam yang nantinya menjadi pewarta iman yang ampuh untuk memimpin jemaat.
Mgr Julianus Kema Sunarka SJ
Uskup Emeritus Purwokerto